Maaf, Aku hanya Memanfaatkan Fitur

Sekitar jam 11.12 wib,  hp saya berbunyi. Saya kira,  itu notif dari wa grup kantor. Karena wa  grup kantor selalu ramai di jam-jam menjelang istirahat.

11.35 wib saya buka wa, ternyata ada wa dari teman akrab saya semasa sd.

Dia mengirimkan sebuah video, tanpa keterangan apapun.

Kebetulan belum istirahat,

saya download dulu video itu. Wifi kantor jadi pahlawan di tanggal tua saat ini. hahaha

Setelah menunggu tidak sampai 30 detik, video itu sudah bisa saya tonton.

Backsound khas Arab, membuat saya cukup speechles.

Ya, karena di dalam hati berbicara,  

"Ini video apaan sih siang2 dikirim lagu arab, momennya lagi ribet banyak kerjaan gini lagi." Gerutu saya dalam hati.

Belum sempat saya tonton video itu sampai habis, rekan kerja saya memanggil saya.

Seketika, saya taruh hp di meja dan pergi mendatangi rekan kerja saya.

Jam 13.30 wib,  saya tonton lagi video tadi.

Saya sampai tonton 3 kali, entah kenapa,  

saya sulit memahami pesan tersurat dari video itu. 

Hahaha

Untuk ketiga kalinya, saya baru mengerti kalau video itu undangan pernikahan. Haha

Beruntung sekali,  

saya tidak langsung membalas chat teman sd saya dengan jutek.

Saya selalu membiasakan tidak membalas chat saat emosi saya tidak stabil.

Kebiasaan sepele, 

tapi bagi saya dapat menghindari masalah yang sebenarnya enggak perlu terjadi. 

Ketika saya sudah pulang ke rumah dan santai, 

saya membalas chat teman sd saya. Saya biasa panggil dia Ita.

"Kamu nikah ta?"

"Iya Nur, doain yah."

Antara percaya atau enggak, karena selama ini punya nomor masing-masing tapi jarang banget komunikasi. 

Bahkan, di Instagram hanya jadi viewer story aja.

Tingkat kekepoan menghampiri pikiran saya, haha

Iseng aja nanya,

"Orang mana calonnya ta?"

"Orang kali abang nangka."

"Orang Bekasi ta?"

"Iyah."

"Ta'aruf ?"

"Dibilang ta'aruf enggak.

Dibilang enggak ta'aruf  juga enggak."

Saya bingung dengan jawaban teman saya, jadi cuma saya baca aja. Haha

5 menit kemudian, teman saya chat lagi, 

"Gmn tuh?"

Saya bingung maksudnya apa ya, dia chat gitu.

Mau nanya, tapi sungkan.

Enggak nanya, tapi takut salah ngeresponnya.

Di sisi lain, saya juga agak menyesal kenapa saya lupa non aktifkan ceklis birunya.

Biasanya saya selalu non aktifkan ceklis biru di whatsapp saya. Haha

Jadi ketahuan bangetkan,  kalau pesan dia sudah saya baca tanpa saya ada keinginan melanjutkan obrolan.

Haha

Karena udah terlanjur ketahuan dibaca,

yasudah saya balas lagi .

"Nur juga bingung disebutnya apa, 

kalo enggak ta'aruf tapi enggak pacaran juga wkwk

"Bukan ta'aruf , pacaran juga enggak."

"Kita satu majlis pengajian, satu guru."

"Jadi, pas dia pengen ke aku, dia langsung bilang ke guru nya, tapi tetep enggak pake pelantara Beliau." 

"Dia langsung ngontek ke aku, sama aku disuruh datang aja ke rumah nemuin Bapakku."

Saya langsung membalas begini, 

"MasyaAllah, terus-terus?

Terharuu Nur  2020 masih ada laki-laki yang segentle ituuu."

Sekitar 2 menit dia balas lagi.

"Tapi penuh drama teh, 

Enggak se uwu ituu????."

Saya membalas lagi.

"Terus gimana respon Bapak Ita?"

Dia membalas dengan hitungan detik, cepat sekali. Hahaha

"Butuh kurang lebih 6 bulan buat dia nge gentle in datang ke rumah."

"Alhamdulillah di respon baik."

Setelah saya baca pesan dia dari notif yang muncul, 

saya langsung menonaktifkan ceklis biru di whatsapp saya.

Semoga lancar pernikahan teman saya. Segera saya tidur. Hahaha