Sengsara

Sebuah kisah untuk jiwa yang rapuh

Sengsara

Berteman dengan orang yang dikenal sejak kecil adalah sebuah kebahagian tersendiri.Aku Iman dan temanku Jingga adalah sobat sandal orange sedari kecil.Berawal dari hidup bertetangga dimulai dari ayah dan ibu kami dulu.rumah kami jarak nya terhalang empat rumah saja.Konon kata ibu ku dulu aku lahir hampir barengan dengan Jingga,Aku lahir hari Rabu pagi setelah sembilan jam ibuku kontraksi akhir nya Rabu jam 06.32 aku lahir kedunia,sedangkan Jingga lahir Rabu selang tujuh jam dari kelahiranku artinya dia lahir menjelang maghrib yang langit nya berwarna Jingga maka ayah nya memberikan nama Jingga,Kami lahir tidak di rumah sakit,melainkan di rumah paraji atau dukun beranak.Ibu Bedah nama paraji nya.Sepasang sandal orange milik pasien lainnya terpakai sebelah oleh Ibu nya Jingga dan terpasang sebelah oleh Ibu ku,tanpa disadari sendal yang mereka pakai merupakan sasirangan,hehehe.Kisah itulah berawal menjadi sobat orange.

Usiaku kini sudah menginjak dua puluh satu tahun,usia remaja beranjak dewasa,Menganggur adalah profesiku kini,setelah di Drop out dari kampus gara-gara demo terus jarang masuk kuliah membuat aku dan keluargaku memutuskan untuk break dulu sampai aku bener-bener tobat kata ibuku.Tabiat diriku dasar nya baik sedangkan karena pergaulan saja yang sok idealis membuat diriku terbakar api pergaulan.Kondisi terbalik dialami Jingga.Dia bentra lagi lulus dan menyandang gelar sarjana ilmu politik.Kami berdua masuk kampus berbeda,dri kecil taman kanak-kanak,sekolah dasar,sekolah menengah pertama sampai sekolah menengah atas sekolah kami sama.Tetapi ketika masuk ke dunia kampus kami berbeda pandangan.Jingga lebih ke dunia politik sedangkan aku lebih ke sastra.Masalah cewek pun kami berbeda selera,Jingga cenderung menyukai cewek kalem sedangkan diriku lebih ke menyukai tantangan outdor.Semenjak lulus sekolah kami seakan ingin menunjukan siapa yang paling eksis.Misal nya aku sendiri lebih ikut BEM fakultas supaya kelihatan keren dan eksis dikenal dengan mahasiswa pergerakan.Sedangkan Jingga lebih ingin fokus belajar lalu mengerjakan tugas tepat waktu.

Orang tua kita pun sering ngobrol membandingkan kekurangan dan kelebihan masing-masing.Namanya ibu-ibu pasti membandingkan kelebihan anak nya dan alhamdulillah nya masih rukun heheh.Sifatku berubah ketika masuk kampus,jiwa ku yang tenang berubah menjadi jiwa yang ingin serba benar merurut versiku dan yang lain salah jika bertentangan.Bukan tanpa sebab pergaulan kampus membuatku makin ingin mencoba dan mencoba hal-hal baru termasuk organisai.

Sengsara akhirnya aku alami,ketika semua tidak sesuai dengan yang di inginkan seakan menjauh dari hadapanku semua nya.aku belajar mencoba menjadi lebih bijak dan berfikir lebih maju,tetapi semua sudah terlambat.Surat peringatan satu sampai tiga aku terima.tetapi aku terlalu idealis sehingga lingkungan sekitarku menjadi kurang respect.Pada akhir nya aku harus menerima kenyataan kalau surat DROP OUT akhirnya aku terima.Ingin melawan arus,ingin melawan teman,ingin membuktikan tetapi aku sadar semua ada batas nya.Jarang masuk kelas,jarang mengerjakan tugas itu alasan pihak kampus memberikan surat "cinta nya" untuk mahasiswa yang bernama Iman Tegar Mulia.Awalnya aku sembunyikan dari kedua orang tuaku,sampai akhir nya aku gak sanggup menahan beban mental.Aku ceritakan semua kepada ibuku.Dia sangat kecewa dan marah kepadaku.Menangis adalah eksperesi yang dia keluarkan,menangisi kebodohanku.Ayahku sangat bijak orang pertam yang merangkul adalah ayahku,Dia merangkul dan mencoba meyakinkanku jika DO dari kampus adalah awal dimana aku harus bersikap dewasa,berani berbuat berani bertanggung jawab.

Dua bulan setelah DO dari kampus aku mencoba bangkit,aku mencoba membuka buku-buku motivasi diri dan agama,dulu ayahku selalu bilang gelapnya dunia obat nya ilmu.Aku mulai sadar jika ilmu yang aku dapat tidak harus selalu dari bangku kuliah.Aku mulai membaca buku 'LaaTahzan,buku karangan DR.Aidh Al-Qarni setebal 572 halaman  ini membuat jiwaku tertolong.salah satu kutipannya "Betapa banyak jalan keluar yang datang setelah putus asa, dan betapa banyak kegembiraan yang datang setelah kesusahan. Siapa yang berbaik sangka pada Pemilik ‘Arasy, dia akan memetik manisnya buah yang dipetik di tengah-tengah pohon berduri." atau kutipan lainnya "Orang berkata “Langit selalu berduka dan mendung”Tapi aku berkata “Tersenyumlah, cukuplah duka cita dilangit sana” .Sontak jiwa yang rapuh dan mati setelah keluar dari kampus seakan mendapat air kehidupan.Betapa besar kasih sayang Allah SWT kepada ku,betapa sayangnya kedua orang tuaku terbukti apapun kondisinya dia selalu ada dan siap merangkul.

Berdagang kecil kecilan menjajakan teh depans ekolah SDN Negeri adalah usaha ku untuk bertahan hidup dan memulai lagi dari 0."Aku bisa aku mampu aku bangkit"itulah tulisan didalam kamarku yang aku tulis dalam kertas HVS berukuran A3.Aku tempel di depan pintu supaya ketika aku masuk kamar aku siap untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.Beda nasib dengan Jingga dia mulai menyusun skripsinya tetapi kita teta[ sahabat,dia selalu merangkul aku juga ketika kondisi dibawah.Dia mencoba meyakinku jika aku bisa bangkit lagi dari keterpurukan.Salut aku pada Jingga,hanya dia yang mau menerima kondisi ku,teman teman di fakultas Sastra seakan hilang ditiup angin.Mereka sibuk dengan dunia nya.Mereka lupa dunia nyata yang real adalah teman.

Terima kasih Ayah dan Ibu engkau bagai cahaya,menerangi raga,menghilangkan dahaga.

_The End_

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.