Semua Masalah Berawal Dari Diri Sendiri
Apa sesungguhnya yang menimbulkan berbagai masalah di dunia ini? Jawabannya adalah kebutuhan diri kita sendiri. Kebutuhan sering dipandang lebih baik dari sekadar keinginan padahal secara mendasar keduanya sama-sama “ciptaan” manusia. Lalu jika di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna, mengapa kita terkadang atau bahkan sering percaya terhadap ciptaan manusia yang jelas tidak akan pernah sempurna? Bukankah sesuatu yang sempurna itu dambaan setiap manusia? Anda yang membaca artikel ini tentu menanggapi dengan beragam reaksi, salah satunya setuju atau tidak setuju. Maka tulisan ini telah berhasil “menciptakan” sebuah masalah baru. Pertanyaannya, apakah masalah baru ini disebabkan beberapa kalimat tadi atau diri kita yang mempermasalahkan karena rasa tidak setuju? Maka tugas kita selanjutnya adalah mencari solusi yang sesungguhnya dari awal sudah dilakukan, yaitu berkomunikasi. Secara spesifik, kita sedang berkomunikasi melalui tulisan yang termediasi oleh perangkat digital masing-masing. Anda mungkin sedang menatap telepon seluler, komputer, tablet, atau televisi pintar yang menyajikan kata demi kata dalam tulisan ini. Jika sampai tahap ini Anda masih membaca, ada kebutuhan akan rasa ingin tahu apakah solusi komunikasi yang ingin dibahas. Tanpa kita sadari, inilah alasan mengapa penulis menyebut bahwa kebutuhan adalah titik awal munculnya masalah. Jika rasa ingin tahu bukanlah sebuah kebutuhan, penulis yakin bahwa Anda akan berhenti saat membaca judul di atas bukan? Sebagai makhluk sosial, manusia tidak hanya membutuhkan makanan dan tempat tinggal, tetapi juga membutuhkan keberadaan manusia lainnya. Komunikasi hadir sebagai jembatan yang menghubungkan satu manusia dengan manusia lainnya dalam berbagai bentuk. Uniknya, permasalahan yang muncul justru tercipta dari komunikasi setiap manusia itu sendiri. Sebagai contoh, tentu akan lucu jika kita mengetahui ada seseorang yang menyalahkan alam karena terjadi bencana gunung meletus, cuaca yang terlalu panas, atau membanting ponsel karena emosi. Masalah yang pasti terjadi dan sudah terjadi sejak dahulu sesungguhnya adalah “manusia yang mempermasalahkan manusia lainnya”. Ada sebuah contoh kasus perdebatan di media sosial antara penggemar merek A dengan penggemar merek B. Kedua kelompok penggemar sama-sama bersikukuh bahwa produk dari merek yang mereka gunakan adalah yang terbaik. Dari contoh kasus ini terlihat jelas jika mereka mempermasalahkan sebuah ciptaan manusia yang tentu tidak akan ada yang sempurna. Lalu sampai kapan hingga akhirnya perdebatan dapat berakhir? Tulisan ini tentu tidak bermaksud menyalahkan siapa pun, karena tulisan ini pun bisa jadi adalah salah. Akan tetapi, jika Anda merasa setuju atau tidak setuju terhadap isi tulisan ini, percayalah bahwa hal itulah tujuan komunikasi yang ingin disampaikan tulisan berjudul “Semua Masalah Berawal Dari Diri Sendiri”, yaitu menciptakan rasa setuju atau tidak setuju dalam diri kita. Maka dari itu, salah satu tujuan komunikasi telah tercapai. Jawaban dari contoh kasus penggemar merek A dan penggemar merek B adalah mengakhiri perdebatan dengan menggunakan prinsip “agree to disagree” atau “setuju pada ketidaksetujuan”. Konflik lebih lanjut sebenarnya tidak diperlukan, karena selayaknya kita tidak memaksa orang lain setuju dengan kita. Inilah kunci untuk hidup dengan damai. Setuju atau tidak setuju, komunikasikan secara terbuka dan jelas agar kita selalu bisa saling memahami tanpa diiringi rasa benci. Tentu saja, penulis juga mempersilakan Anda sebagai pembaca memilih setuju atau tidak setuju, karena hal ini adalah hak kita bersama, karena semua masalah bisa diselesaikan dengan komunikasi.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.