Selamat Tinggal Hawassa Ethiopia ( Aku Pulang)

Selalu bergejolak dalam hatiku segitiga harapan,keyakinan, dan kepastian

Selamat Tinggal Hawassa Ethiopia ( Aku Pulang)
Matahari mengintip di balik gerbang Bole International Airport,Addis Ababa,Ethiopia. Pukul 06.00 30 Oktober 2021. Photo Koleksi Pribadi

Mungkinkah kerinduan terobati tanpa pertemuan. Selama ini kami tak pernah menegaskan pertemuan. Sampai saat itu datang. Akhirnya aku pulang. Di penghujung bulan Oktober 2021, kelak Hawassa akan kukenang.  Seperti halnya aku akan mengenang Nerium Oleander bunga khas Afrika yang warnanya mirip kembang sepatu. Bunga ini tumbuh di depan apartemenku. Warnanya merah muda,sedikit lebih gelap dari warna pink. Bunga ini setiap hari selalu mekar dan memandangiku di pagi hari ketika aku menunggu mobil untuk berangkat ke kantor.

Sampai pukul 23.59 di 29 Oktober 2021 aku sungguh tak bisa tidur. Selalu bergejolak dalam hatiku segitiga harapan,keyakinan, dan kepastian. Aku membayangkan pertemuan dengan dua gayung jiwaku, putriku Adel dan istriku Ida. Sebelumnya aku hanya bisa berharap. Aku juga mampu membangun keyakinan atas harapan bahwa aku akan pulang. Kepulangan yang sudah aku angankan itu akhirnya akan datang. Namun hanya Tuhan yang menggenggam kepastian. Aku menunggu kepastian itu datang malam itu

Hanya Tuhan dan malaikat yang tahu kapan akhirnya aku tertidur. Ketika aku terlelap mungkin lorong selebar dua meter di apartemen itu  terasa sunyi. Apartemen lantai tiga itu seluruhnya dihuni oleh kawan kawan dari Indonesia.  Sekitar pukul 02.00 di 30 Oktober 2021 aku terbangun. Sampai terdengar suara kawanku Ade mengetuk pintu kamar apartemenku. Mungkin hanya sejam mataku terpejam. Itu pun tidur ayam.

“ Bangun..Bangun”

Bergegas aku buka pintu kamarku sambil menyahut,”Aku sudah bangun”.

Aku lantas mandi. Dua koper besar seolah memandangiku, tak sabar untuk kuangkat keluar. Dua koper itu sudah dua bulan kuturunkan dari atas lemari, lalu kucuci. Saat itu takdir belum menitahkan aku pulang sehingga dua koper itu teronggok di sudut apartemen studioku. Baru sehari sebelumnya aku sempat mengepak. Dini hari itu akhirnya aku mengangkat kedua koper itu keluar kamar. Kedua koper itu akan kubawa pulang. Kututup pintu kamar 314 yang menjadi tempat tinggalku selama delapan belas bulan.

Mobil Toyota Hiace sudah menunggu di depan studio apartemen di Hawassa Industrial Park. pukul 03.00 30 Oktober 2021. Sopir dan keneknya orang lokal Ethiopia. Nuri nama drivernya seperti nama burung. Aku berbasa basi dengan sopir dalam Bahasa Inggris, dia menjawab dalam Bahasa Inggris yang cukup untuk kupahami. Lumayan kalau sopir bisa berbahasa Inggris. Tidak terlalu pusing nanti dalam berkomunikasi nantinya. Maklum, kemampuanku berbicara Bahasa Amharic, Bahasa nasional Ethiopia, masih terbatas. Aku, Renita,Sukma dan Maya. Kami akan pulang ke Indonesia. Kami masing masing membawa dua koper. Nuri si sopir dan kenek menaikkan delapan koper ke dalam mobil.

Suasana dini hari depan apartemen itu begitu sunyi. Hanya hembusan angin dingin Hawassa. Air di danau buatan yang terhampar di depan apartemenku pun juga seolah membisu. Mobil kami berlalu meninggalkan pohon godhong purik yang tumbuh di tepi danau buatan.

Kami akan melakukan perjalanan darat dari Hawassa ke Addis Ababa. Jarak Hawassa – Addis Ababa 273 km. Kami tidak naik pesawat dari Hawasssa ke Addis Ababa karena pesawat pagi sering cancel terbang. Pesawat kami Emirates Airline EK724 Addis Ababa – Dubai  akan berangkat pukul 16.00 30 Oktober 2021. Setelah transit di Dubai kami akan naik kami Emirates Airline EK356 Dubai Jakarta 31 Ooktober 2021 pukul 04.35.

Ini kali pertama aku menempuh perjalanan darat Hawassa – Addis Ababa. Aku menggumam dalam hati. Kubayangkan perjalanan darat ini kutempuh saat matahari terbit.Selama ini aku bermimpi menikmati pemandangan perjalanan darat Hawassa – Addis Ababa. Namun kini aku harus menempuh perjalanan darat dalam keadaan gelap karena berangkat pukul 03.00 pagi. Aku tetap mensyukuri perjalanan darat ini.

Tiga puluh menit kemudian kami sampai di Shesamane. Seokor Hyena melintas di jalan.  Sopir memperlambat laju mobil. Binatang ini sebelumnya hanya kusaksikan di channel National Geograpic. Saat ini nyata kulihat berlalu di depan mataku. Sorot mata Hyena seperti sinar senter mengerlip di kegelapan.

Maya, Rineta, dan Sukma tertidur lelap. Setelah Hyena itu lewat,sopir terus memacu kendaraan di samping kenek yang tertidur pulas. Di Shesamane, kami melewati check point. Dua orang bersenjata AK-47 menghampiri kami. Dari seragamnya tertulis Sidama Special Police Force . Kedua polisi itu berbicara kepada Nuri sopir dalam Bahasa Amharic. Sopir menyahut,” Industrial Park”. Dua polisi itu mengangguk dan menengok kami dari jendela depan mobil. Aku ucapkan,” Selam New”. Salam khas Bahasa Amharic. Dua polisi itu menjawab ,”Selam New”. Kami saling melempar senyum. Kami pun berlalu setelah polisi mempersilakan kami jalan. Nampaknya sopir memberitahukan kami dari Hawassa Industrial Park.

Setengah jam kemudian sekitar pukul 4.00 pagi mobil sampai di Zeway. Di Zeway ini mobil masuk ke jalan tol. Ini pertama kali aku lewat jalan tol di Ethiopia. Sopir terus memacu kendaraan diiringi music berbahasa Amharic. Aku sebenarnya lelah namun aku tak mau tidur. Aku ingin melihat suasana perjalanan darat dari Hawassa ke Addis Ababa. Walaupun hanya kegelapan malam di kanan kiri kaca jendela namun aku bersyukur. Tuhan menyayangiku dengan memberikan kesempatan merasakan perjalanan darat ini.

Kami melewati jalur tol Zeway – Mojo – Bishoftu – Dukem – Tuludimtu – Addis Ababa. Sepanjang perjalanan dari Zeway sampai Addis Ababa selama hampir 3 jam,aku tak menemukan satu pun rest area. Jadi tidak boleh kebelet pipis. Karena tidak ada tempat berhenti sepanjang perjalanan melewati jalan tol. Kalau nekat bisa saja,menepi,pipis di kegelapan semak semak.

Suasana jalan cukup sepi,hanya beberapa truk pengangkut barang yang kami jumpai. Jalur tol dari Zeway ke Addis Ababa hanya bisa dilewati dua lajur mobil. Tidak seperti jalan tol di Indonesia yang masih ada badan jalan untuk menyalip dari kiri. Jalannya halus seperti jalan tol di Indonesia. Dilengkapi penunjuk jalan nama kota serta jarak tempuh km-nya. Kutengok Maya, Rineta dan Sukma, teman seperjalananku pulang ke Indonesia. Mereka tertidur pulas.

Sekitar pukul 5.30 mobil memasuki kota Addis Ababa ibukota Ethiopia. Suasana pagi di Addis Ababa,kota berpenduduk sekitar 5 juta jiwa ini masih sepi. Kota Addis Ababa terletak di ketinggian 2400 mdpl cukup dingin. Ketika Aku bilang kebelet pipis. Sopir menjawab,” Later,15 minutes we will reach Airport”. Sukma pun bilang kebelet pipis. Waduh!!.  Sulit banget cari tempat pipis di Ethiopia. Nuri sopir berhenti di depan sebuah gedung bertingkat . Seseorang menaikkan barang di atas atap mobil kami. Aku minta Nuri carikan aku toilet dengan bertanya kepada orang yang menaikkan barang tadi. Nuri bilang toilet umum terkunci karena masih pagi. Walah!!.

Jangan bayangkan seperti di Indonesia yang bisa nyaman berhenti di SPBU untuk pergi ke toilet. Toilet SPBU di Indonesia rata rata terjaga kebersihannya. Pengalaman hidup di kota Hawassa tak pernah kutemukan toilet di SPBU. Kalau pun ada toilet umum kondisinya jorok.

Aku tepis keinginan menyuruh sopir cari toilet di SPBU. Kami pun terpaksa menahan pipis dua puluh menit kemudian, sampai kami tiba di Bandara Bole Internasional Addis Ababa.

Pukul 06.00 pagi 30 Oktober 2021 di kejauhan mentari menyeruak, mengintip di balik kokohnya gerbang Bandara Bole Internasional Addis Ababa di ufuk timur. Kulihat sekarang gerbang harapan. Gerbang pertemuanku menuju gayung hatiku, , putriku Adel dan istriku Ida.

 

Addis Ababa,Ethiopia,30 Oktober 2021

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.