Planet Biru

Airmataku menetes. Dan menderas sejauh lantunan lagu yang berputar dari speaker digital. Aku tahu, perahu emosiku sudah terlampau penuh. Overloaded. Terlalu banyak sampah emosi yang sudah bertumpuk bertahun-tahun lamanya. Perahu itu kini tampak seperti sampan mungil dengan tumpukan aneka barang rongsokan yang menggunung. Perahu itu diam tak bergerak. Membatu di samudra luas yang hitam. Muatan yang menggunung itu seolah menahannya untuk tidak melaju, bahkan tak kuasa untuk bergoyang. Seperti yang kurasakan kini dalam jiwaku.
Tuhan, tolong aku.....bisik hatiku. Airmataku semakin deras. Dadaku berguncang.... Kucoba untuk berfokus pada nafasku. Meredam emosi yang bergolak. Kutarik nafas panjang, dan menghembuskannya perlahan.....berulang-ulang.
Nafasku berangsur tenang. Airmataku hanya menetes perlahan. Terpaku menatap kosong. Tuhan, rasanya aku mau jadi Alien saja, supaya aku bisa tinggalkan perahuku. Dan aku bisa melanglang buana dalam sosok yang lain. Alien. Aku bisa tinggal di planet manapun yang aku suka. Atau di bintang-bintang. Yang penting tidak di bumi. Yang penting aku bisa menjauh dari perahu itu. Dari tumpukan rongsokannya. Biar hidupku plong, bisa ringan melangkah.....hayalanku terus mengembara.
Di langit aku bisa berlompatan di antara awan. Berkejaran dengan angin. Bercengkrama dengan bulan. Bercerita pada langit. Hayalku semakin jauh. Mungkin juga bertemu dengan Alien lain.
Sosoknya seperti E.T. Dia yang akan mendampingiku keliling planet baruku. Planet Biru. Semuanya bergradasi warna biru. Menyejukkan. Tidak dingin, tidak panas. Semua pepohonan berwarna biru. Tanah biru. Air biru.
Kami tidak saling bicara. Hanya saling menatap, kami bertelepati. Saling mengerti. Tanpa kata. Tanpa debat. Kami berjalan dengan kaki telanjang. Juga bisa melayang. Bergerak dengan tenang. Kami menyatu dengan alam. Semua hidup damai. Dalam harmoni.
Kami akrab dengan angin. Dengan pohon. Dengan tanah. Dengan air. Tak ada rasa khawatir. Tak ada rasa marah. Tak ada rasa iri. Yang ada hanya kasih sayang. Tak ada rasa sakit. Tak ada pertumpahan darah. Kasih sayang menyembuhkan segala lara dan duka. Misi kami hanya memberikan damai. Menebar kasih sayang. Yang murni. Tanpa embel-embel. Tanpa ekspektasi. Tak harap kembali.
Planet Biru yang tenang. Yang damai. Semua mahluk hidup dalam kasih sayang. Penuh senyum dan simpati. Saling mengerti.
Pikiranku melayang. Hendak melanjutkan bumbungan hayal. Tetiba dering telepon genggam keras menyentak. Dadaku terkejut. Membuatku bangkit terduduk. Masih di atas ranjang. Merutuki telepon genggam yang memutus hayalku. Tentang Planet Biru.
Ku tarik nafas panjang. Terdiam sejenak. Mengumpulkan kesadaran dalam benak. Menajamkan netraku. Memandang sekeliling. Speaker digital masih memutar lagu. Buku-buku berserakan di ranjang. Aromaterapi kopi yang harum masih menguar tipis. Jam menunjukkan tepat tengah malam. Aku memutuskan untuk tidur. Matikan telepon genggam. Matikan lampu. Dalam hati aku berdoa, Tuhan....ijinkan aku bermimpi tentang Planet Biru....aamiin.
*****
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.