Naik kereta ngeteng....ke Garut!

Baru kali ini saya beranikan diri pergi ngeteng naik kereta bareng ponakan.

Naik kereta ngeteng....ke Garut!

Sungguh, ini kali pertama saya pergi naik kereta ngeteng.

Sejatinya memang kurang adventurir sih saya, Ponakan bersedia menemani. Jadilah! Pencetus saya mau ke Garut karena saya tergiur ketika ada satu kelompok Reading Club mencetus pergi ke Garut. Dalam kelompok itu sudah ada yang membahas, naik kereta ke sana itu, Garut, maksudnya, jadwalnya ga ngenakin dari Jakarta. Mau yang ngeteng atau langsung dari Pasar Senen semua sampenya malam hari, hampir tengah malam, bahkan tengah malam! "Bikin capek aja, mana harus nginep 2 malam untuk acara 1 hari." ujar seorang anggota. Apapun itu, saya bertekad pengen cobain naik kereta. 

Jadi, yaaa...penasaran kan ya... membandingkan ongkos yang langsung dan yang ngeteng. Cari punya cari di Youtube yang share pengalaman naik kereta ke Garut, eh seru nih.  Ponakan santuy dia mah. Ikut aja, pokoknya diajak Budangnya, hayuk aja. OK deh... Jadi pagi sekitar pukul 10.00-an berangkat dari rumah di bilangan Bendungan Hilir ke Stasiun BNI City/Sudirman Baru. Hujan saat itu, jadi naik taksi ke sana. Sebenarnya sih lebih dekat ke Stasiun Karet. Pertama kami ambil kereta commuter ke Cikarang. Ongkos Rp3.000 per orang, berbekal kartu E-money dan Flazz, lancar lah perjalanan kami. Sekitar 1 jam perjalanan sampai Cikarang. Sampai sana, kami masih ada waktu untuk solat dan pergi ke peturahan. Seselesai itu kami menuju peron, jalur 4 katanya untuk menaiki kereta selanjutnya. 

Perjalanan selanjutnya naik kereta Walahar Express, Cikarang ke Purwakarta. Biayanya Rp4.000 per orang, nah tiket ini, kami sudah beli lebih dulu melalui aplikasi KAI Access. Tempat duduknya seperti kereta lama itu...bikin punggung pegal sebenarnya sih.  Maklumlah, udah masuk usia lansia awal. "Ini kereta tempat duduknya begini amat sih, Bud." keluh ponakan. "Yah beginilah, semoga kita aman nyaman sampai Purwakarta, Nak". Kami mendapati gerbong yang agak kosong. Duduk di tempat yang untuk 4 orang. Di sisi sebelah jika merunut nomor kursi-- walau tidak berlaku--untuk 6 orang. Kami sudah tenang duduk. Tiba-tiba Pak Sekuriti masuk dan meminta kami yang ada di gerbong kereta itu untuk pindah, karena ada rombongan anak TK akan naik. Waduh! Dengan berat hati, padahal udah pewe... 

Kereta berangkat tepat waktu. 12.45 dari Stasiun Cikarang. Perjalanan kami melalui beberapa stasiun: Lemah Abang, Kedunggedeh,Karawang,Klari,Kosambi, Dawuan,Cikampek,Cibungur dan terminus di Purwakarta. Setiba di terminus Purwakarta, kami bersiap keluar, Ibu di samping kami, bilang:"Kalau mau terus ke Bandung atau sampai Garut enggak usah turun." dengan logat Sunda yang kental. Saya dan ponakan pandang-pandangan. Kami pamit turun. 

Nah, turunnya masalah bagi orang OA kaya saya. Tinggi banget itu gerbong ke peron. Cuma akhirnya kami menikmati alur keluar stasiun melihat di depan stasun ada patung dan kemudian kami masuk lagi ke stasiun, menuju peturahan lagi, dan kembali ke kereta tadi. Saya kali ini minta tolong Pak Sekuriti untuk menempatkan tangga ke dekat gerbong agar mudah naik. 

Waktu keberangkatan dari Purwakarta tepat waktu juga, kami lewati banyak stasiun: Ciganea, Sukatani, Plered, Cikadongdong, Rendeh, Maswati, Sasaksaat, Cilame, Padalarang, Cimahi, Cimandi, Ciroyom,Bandung, Cikudapateuh,Kiaracondong,Cimekar,Rancaekek, Haurpugur,Cicalengka, Nagreg, Leles,Karangsari,Cibatu, Pasirjengkol, Wanaraja dan terminus Garut. 

Kami tiba 22.10. Keluar gerbong kereta, ponakan berseru "Cakep nih stasunnya." Dia potret beberapa kali. Garut +771 mdpl. Sebelum kami keluar, kami menyempatkan bertanya kepada seorang sekuriti apakah besok kami berangkat dengan kereta yang sama dengan kereta yang membawa kami. "Oh beda, Ibu." Baiklah. Kami keluar dan kelihatan dari jauh sebuah restoran di kiri halaman parkir stasiun. Cantik tempatnya. "Lapar, Bud." cetus ponakan. "Ayolah kita ke Restorasa itu, sebelum kita ke penginapan. 

Dengan bantuan supir gocar kami sampai ke penginapan sekitar 400 m dari stasiun. Penginapan yang kami pilih ternyata tidak menyenangkan. Tapi bolehlah buat meluruskan punggung. 

Pagi kami sudah bersiap jalan, mau sarapan ke Soto H.Ahri. Tahun 2015 kami pernah mencoba masakan ini di Jalan Mandalagiri. Pasar di jalan Mandalagiri itu banyak macam-macam dijual, termasuk kembang untuk nyekar. Setibanya di gang tempat Soto Ahri itu. Soto ini menggunakan anglo arang kayu bakar. Yang jelas, perut kenyang. Saya tak perlu mengulas rasa. 

Setelah itu kami jalan-jalan sebentar sambil cari ATM BCA. Lalu berangkat ke stasiun lagi. Pag ini baru terlihat stasiun ini besar jadinya, ada bagian keberangkatan dan kedatangan. Di bagian kedatangan, bangunannya bangunan baru. Tadi malam kami datang itu stasiun lama. 

Kami memang sengaja menunggu di stasiun, sampai waktunya tiba, banyak juga orang yang berangkat. Sengaja kami naik paling belakang, sambil melihat WC dalam kereta ada WC duduknya atau tidak. Penting sekali ini bagi saya. 

Perjalanan melewati banyak stasiun tentu berulang seperti kami berangkat dari Cikarang. Tiba di Bandung cukup lama kami berhenti, ada tambahan gerbong kereta. Kami sempat melihat Kereta Argo Parahyangan yang dalam rangkaiannya ada gerbong kereta Panoramic. Keren keretanya. Disebut panoramic karena kita bisa melihat pemandangan di atas kepala kita juga. Jendelanya lebar. 

Sampai terminus Cikarang, kami segera bergegas mengejar KRL Commuter jurusan Angke di jalur 1 eh kalau tidak salah. Ramai juga orang yang menggunakan KRL ini. Sampai di BNI City, cari taksi pulang, bearrkhirlah perjalanan ngabolang kami. Dengan ongkos kereta 21.000 perak per perjalanan per orang, lumayan kami bisa sampai Garut. Semoga ada pelangkahan lainnya ke kota lain.  

 

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.