MERAH MARUN

Setelah lama diam, Tono berkata, “Dek, rindu ini seperti kopi, pekat dan pahit. Maaf, aku ndak bisa memberi cinta yang layak, meski aku ingin."
Tini diam sambil mencecap kopinya. Jadi selingkuhan mungkin seperti ini rasanya, mendapatkan cinta yang utuh itu hal yang mustahil. Tapi aku tak boleh nyerah, aku harus jadi istrinya!
Dua setengah tahun berlalu, dunia berubah. Juga hubungan Tono dan Tini yang sebelumnya seperti main kucing-kucingan.
“Tini sayang, sudah kubayar lunas mas kawin yang kau minta. Rumah dan isinya, mobil, perhiasan, kebun, dan seluruh tabunganku. Kita nikah!"
“Iya, mas, kita nikah,” jawab Tini dengan tersenyum lebar penuh kemenangan.
Ponsel berbunyi. Sebuah pesan masuk.
"Selamat, kau berhasil mendapatkan laki-laki impianmu, Nduk. Tak salah aku memberimu pelet terhebat di gincu merah marunmu."
***
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.