MANTAN, dalam Konteks Analogi Kebendaan

MANTAN, sering diidentikkan sebagai barang bekas. Sesuatu yang pernah ada, penting bagi kehidupan, dan memberikan kesan serta melengkapi hidup. Tapi, setelah semuanya selesai, beberapa dari kita memiliki cara pandang berbeda-beda kepadanya. Ada yang masih menyimpannya dalam inventori yang rapi dan tersusun, namun tak sedikit pula yang membuangnya jauh-jauh dan tidak lagi peduli akan eksistensinya. Begitupun MANTAN. Ada yang masih menyimpan kenangannya secara khusus dan terstruktur, ada juga yang menganggapnya sebagai masa lalu yang tak perlu diungkit-ungkit lagi untuk alasan apapun.

MANTAN, dalam Konteks Analogi Kebendaan

MANTAN, dalam Konteks Analogi Kebendaan

MANTAN, sering diidentikkan sebagai barang bekas. Sesuatu yang pernah ada, penting bagi kehidupan, dan memberikan kesan serta melengkapi hidup. Tapi, setelah semuanya selesai, beberapa dari kita memiliki cara pandang berbeda-beda kepadanya. Ada yang masih menyimpannya dalam inventori yang rapi dan tersusun, namun tak sedikit pula yang membuangnya jauh-jauh dan tidak lagi peduli akan eksistensinya. Begitupun MANTAN. Ada yang masih menyimpan kenangannya secara khusus dan terstruktur, ada juga yang menganggapnya sebagai masa lalu yang tak perlu diungkit-ungkit lagi untuk alasan apapun.

Ada tiga cara yang biasa digunakan kebanyakan dari kita dalam memperlakukan MANTAN, yang dianalogikan sebagai benda. Yang pertama ialah mereka yang memperlakukan “benda” tersebut secara rapi. Maksudnya adalah meletakkan “benda” tersebut di sebuah etalase dan menaruhnya di tempat yang sering dilewati orang-orang dalam aktivitas kehidupannya. Untuk beberapa orang yang menganut prinsip ini adalah mereka yang menganggap MANTAN sebagai hal yang biasa. Manusia pada umumnya yang masih bisa dan boleh untuk diajak berkomunikasi dan bersosialisasi. Tak jarang orang-orang seperti ini menganggap seolah-olah tidak terjadi apa-apa sebelumnya dan menjadikan hal itu lumrah adanya.

Tipe yang kedua adalah yang memperlakukan “benda” tersebut dengan perlakuan khusus atas dasar alasan yang khusus pula. Mereka adalah orang-orang yang meletakkan “benda” tersebut ke dalam boks, menyegelnya dengan lakban, membawanya entah ke loteng atau basement, menaruhnya di pojokan yang jarang terjamah orang, menutup ruangan tersebut dan mengunci, kemudian menyimpan kunci tersebut di tempat yang disembunyikan. Nah, orang-orang dengan tipikal seperti ini adalaj tipikal manusia yang tidak mau lagi berurusan secara langsung, tapi masih menyimpan kenangan tersebut dan sedang berusaha untuk disembunyikan karena alasan tertentu. Mungkin salah satu alasan tertentu itu adalah karena mereka yang menganut cara ini masih memiliki perasaan sayang, tetapi kehidupannya yang sekarang tidak merestui atau menghendaki ia memiliki kenangan apaun terhadap “benda” tersebut. Namun, jauh di lubuk hati yang paling dalam mereka si penganut cara ini masih terlalu sayang dan memiliki niatan tertentu pada “benda” ini di suatu hari.

Dan yang terakhir adalah, tipikal orang yang memperlakukan MANTAN sebagai suatu “benda” yang telah using, tak terpakai, dan tidak perlu untuk ditengok lagi. Tipikal orang seperti ini adalah tipe orang yang menganggap MANTAN sebagai hal yang terjadi di masa lalu dan tak perlu lagi untuk dibahas dan dikenang di kehidupan saat ini. Ia cenderung tidak lagi peduli, bisa jadi dikarenakan karena terlalu sadis dikecewakan oleh “benda” tersebut atau bisa jadi karena memang tidak mau lagi berurusan dengan kronologi masa lalunya.

Terlepas dari apapun keputusan kamu, dalam hal memperlakukan MANTAN yang dianalogikan sebagai “benda”  tersebut, alangkah baiknya jika memperlakukan sebaik-baiknya. Karena bisa jadi pintu yang kita melewati sambal membantingnya, suatu saat kita akan kembali lagi mengetuk pintu itu. Jadi bijaklah dalam menyikapinya dan pertimbangkan konsekuensinya.

PATI, 19 Januari 2021

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.