Lesbi Sableng

“Hellloooow…selamat pagiiii…”
Ah, si gila datang. Sebentar lagi dia dandan, kibasin rambut, nyalain PC lalu setelah itu kerja. lima menit cukup buat dia kerja, setelah itu berkeliling ruangan, ambil sarapan orang lalu ngakak sekeras-kerasnya.
“Naaa, mandi ga lo?”
“Hahahaha, ya engga lah. Muka model gue mah kaga ketauan mandi atau engga. Eh Bang Sigit sini deh, ciumin tete aku ehhh ketek aku, bau apa engga”
Risna ini sekretaris paling lama di kantor, entah apa dosa bos gue, ko bisa-bisanya punya sekretaris model begini. Datang ke kantor paling pagi jam 10 dan pulang jam 4 tepat.
Hidung mancung, kulit putih, betis langsing, mata belo dan gigi berderet bersih. Bos mana yang ga ngiler liat Risna.
Roknya selalu Panjang tapi belahan sampingnya sampai setengah paha, kalau dia singkap sedikit aurat yang buat cowo nafsu jelas terlihat.
“Naaa, kurang atas. Nanggung ini, lu liatin tapi ga boleh di apa-apain dosa lu”
“Hahahahh abaaaang, dosa urusan gue, nafsu urusan lu. Liatin aja nih sampai puasssss, bening kan? Ga kaya abang, kalau mati lampu repot lihatnya. Kalau nyengir juga tetep ga keliatan, gigi abang kuniiiiiiiing”’
Satu ruangan dibuatnya tertawa, ini salah satu kesablengan Risna. Datang seenaknya, kerja semaunya, ketawa seikhlasnya tapi semua pekerjaan memang kelar sih. Pintar lah dia jadi sekretaris.
“Kampret lu Na, tapi punya gue gede tau.”
“Ih Abang percuma gede kalau ga keliatan”
Nih kalau isi ruangan karyawan fresh graduate, dipastikan pada kabur di hari pertama kerja, bakal shocked melihat pemandangan model begitu. Antara dosa dan Bahasa beda tipis.
Kalau ga pintar membaca kelakuan Risna, sudah di blacklist dia punya nama di kehidupan manusia.
Ada yang patut diacungkan jempol terhadap Risna, cara dia mengolah Bahasa selalu pas, Pas bikin orang sakit hati wakakakakkaak.
“Na, berkas gue mana. Jadwal gue apa aja?”
“Apa sih bapaaaaa, yang jadi bos bapa ko aku yang urusin”
“Kan lu sekretaris gue. Mau gue pecat?”
“Eh iya lupaaaa, kirain bapa OB. Habis mukanya kaya OB”
Kali ini semua diam, hati semua tertawa. Rupanya tertawa kali ini tidak bisa dipendam, angina ketawa lari ke bawah.
Duuuut….
“Eh buseeeeeet, woooooy yang bener dong. Siapa ini yang buang air, eh buang angin?”
Ini bau udah campur aduk, antara bau kentut mahal, bau kentut murah, bau mulut yang ditahan dan bau badan yang agak bau bawang gitu lo. Duh, mendadak ruangan kaya di bis Kopaja yang miring jalannya, kalau salah belok sedikiti bakal ndubrak.
“Yang tertawa barusan siapa?. Andri Mana?”
Duh satupun tak ada yang berani jawab pertanyaan owner ini. Gue beraniin diri aja apa ya?. Tapi Risna kan sekretarisnya. Kulihat ke meja nya. Oow, mulutnya penuh dengan makanan, kalau dia jawab, keluar semua isinya.
“Emm, Pa Andri sedang ke Ruang Direktur Pa.” Duh bener ga yah, aku tidak terlalu perhatikan saat tadi kita semua menahan tawa.
“Manager kalian tidak ada di ruangan dan kalian malah bikin gaduh?. Tertawa sampai ke Lorong lift. Keterlaluan, kalian pikir ini pasar?
Perasaan tadi semua diam. Apa suara kentut kita mirip Kuntilanak kalau tertawa ya, melengking sampai 8 oktaf.
Ya Tuhan, mulut gatal. Inginnya jawab, ini memang pasar pa, pagi Mba Mun datang bawa sarapan, jam 9 Lingling jual minuman Thai Tea lalu ga lama berselang Meta Jual Yoghurtnya. Gue aja kadang bingung, nih kantor apa pasar wakakakakak.
“Hei, kamu. Kamu duduk di situ sekretarisnya kan?”
“Kenapa tidak jawab pertanyaan saya?”
Lagi-lagi dagelan si Risna dimulai, kenapa ga dia telan dari tadi sih. Kan aku udah kasih waktu untuk mengalihkan Pa Bagus, owner perusahaanku. Kenapa ngedadak hilang kepintaran si Risna.
Huaciiiiih….
Semprul, semprul. Risna muntahkan semua isi makanan yang tersisa, meja dan dokumen penuh dengan hasil bersin raksasa barusan.
“Jam berapa ini, berani sekali kamu makan di kantor.”
“Maaf Pa, saya sedang tidak enak badan. Maksud saya mau minum obat tapi karena belum makan saya tidak berani. Makanya saya makan sedikit ini Pa, biar lambung saya baik-baik saja saat saya minum obatnya.”
Aha, cerdas emang si Risna. Itu toh maksudnya dia bersin menjijikan tadi.
Pa Bagus dan ajudannya ngeloyor pergi. Gagal dia minta NIK dan ID Card Risna untuk diproses HRD. Wakakak. Sableng lu Na.
Kejadian tadi lumayan bikin kita seka keringat. Waktu sudah pukul sebelas siang, dan saatnya fokus kerja biar istirahat bisa tepat waktu. Gila ya, giliran istirahat mesti on time.
“Hiks…hiks. Huaaaaaaa sakiiiiit”
Ko seperti ada yang teriak, telingaku masih fokus mendengarkan Karma dari Cokelat. Bass distel maksimal, volume jangan ditanya.
“Huaaaaaaa, sakiiiiit”
“Eh ya ampun, lu kenapa Na. Lu kan ga dipecat tadi. Ngapain sih ah. Bikin pusing aja.”
“Egaaa, egaaa nakal. Aku mau mati aja”
“Nakal apaan sih, nih kita lagi serius terus lu sayat lengan lu? Biar apa?”
“Aku mau mati”
“Ya udah sana mati, ga usah di sini. Ribet nanti diminta jadi saksi”
Darah bercucuran di meja kaca, aku bingung mana yang harus didahulukan, bersihkan darah terus membiarkan Risna menangis atau ngobatin Risna tapi ada Rani yang akan pingsan sebentar lagi kalau lihat darah dimana-mana. Pasien jadi dua nanti.
Dasar Lesbi sableng, pacarnya salah chat aja lebay. Di kata kalau mati langsung masuk surga.
Nanggung pula dia sayat punya lengan, nadinya tidak sampai putus. Kan Cuma bikin kulit beningnya bernoda saja.
“Lesbi kalau marahan lebay ya, lebay lu Na.” Sambil gue sembur mukanya.
“Ih, Nda. Ini bukan lebay ini karena terlalu cinta. Aku cemburu .”
BODO AMAT.
#Bandung, 03 Apri 2020
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.