Ketika Angin Meniup Dandelion

Dandelion bersungut-sungut. Ia sebal dengan angin. Permintaannya belum dipenuhi, padahal hanya sebuah permintaan sepele. Dandelion minta angin meniup bunga di ujung batangnya. Bunga-bunganya sudah cukup umur dan tak sabar menunggu disebarkan. Jika bunga bisa berpindah jauh, artinya keturunan Dandelion akan tumbuh di tempat-tempat baru. Sebuah regenerasi bagi Dandelion, sekaligus prestasi yang membanggakan.
"Apa susahnya, sih meniup bunga-bungaku?" Dandelion mengomel. "Engkau pilih kasih!" Dandelion mulai menuduh angin. Angin rela meniup layang-layang di ketinggian, padahal itu hanya permainan anak-anak. Bukan perkara hidup dan mati seperti Dandelion. Bahkan angin berkenan meniup gantole-gantole dengan manusia-manusia bergelantungan kurang kerjaan. "Angin, kau harus adil!" teriak Dandelion murka.
Angin melihat Dandelion dari ketinggian. Ia merasa tak pernah membeda-bedakan. "Aku adil, Dandelion. Akan kubuktikan". Angin pun bertiup kencang. Pusaran angin berputar ke bawah menuju bunga-bunga Dandelion yang tersenyum lebar bagai menyongsong sang kekasih. KRAKK BUUMM!! Pinus di sebelah Dandelion patah terhantam pusaran angin kencang. Bahkan setengah tubuhnya terhempas ke aspal. Sementara bunga-bunga Dandelion ceria beterbangan ke segala arah, Pinus mengerang-erang kesakitan. Sang angin pun berlalu tanpa beban. (rase)
-----------------------------
pentigraf adalah cerpen tiga paragraf
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.