Hello Pumpkin
![Hello Pumpkin](https://thewriters.id/uploads/images/image_600x460_5ed8fe779b30c.jpg)
Gemetaran kedua tangan Kus, memegang secarik kertas. Dibacanya perlahan tulisan tangannya yang bertinta biru. Diulangnya berkali-kali. Blank! Konsentrasi tak berhasil dikumpulkannya. Tak bisa dihapalkannya tulisan di kertas itu. Akhirnya Kus menyerah. Nanti ia akan membacakannya saja, tak perlu dihapalkan.
"Cobalah lihat dari sisi positifnya." Begitu Kus ingat akan nasihat Bu Narti kepadanya. Kus menahan panik saat seminggu lalu dia dipanggil Bu Narti, guru BK. Ternyata Bu Narti diam-diam memerhatikan Kus, yang sering diolok-olok teman-temannya alias jadi korban perisakan.
"Luh, kowe wis adus durung? Kok mambu waluh?" begitu olokan disertai gelak tawa yang sering diterimanya.
Mendengar olokan itu, Kus sangat sedih. Ia selalu memastikan dirinya mandi bersih sebelum ke luar rumah, apalagi ke sekolah. Dibilang berbau labu kuning membuatnya rendah diri.
"Mosok aku mambu waluh?" Kus selalu terusik dengan olokan teman-temannya.
Kerongkongan terasa tercekat, dan air mata tiba-tiba menggenang. Untung Kus selalu berhasil menahan lajunya supaya tak jatuh menetes. Kus termasuk anak pendiam. Tak pernah sekalipun ia membalas perlakuan buruk teman-temannya.
Teman-teman sekelas, terutama yang laki-laki, memanggilnya 'Luh', yaitu dari kata 'waluh' alias labu kuning. Itu karena labu kuning identik dengan Kus dan keluarganya. Pak Slamet, ayah Kus, memang menanam waluh di kebunnya. Ibunya, menjual waluh di pasar. Kang Adi, kakak sepupunya, sering memasok labu kuning ke Yogyakarta. Neneknya membuat kue putu ayu berbahan dasar waluh, untuk dititipkan di warung dan toko dekat pasar.
Kus tinggal bersama keluarganya di sebuah desa di kaki Gunung Merbabu. Cuaca yang sejuk dingin di daerah itu, sangat cocok untuk menanam segala jenis sayuran, termasuk labu kuning. Bertumpuk-tumpuk labu kuning ada di teras depan. Selama kulit luar tidak rusak, labu kuning tahan disimpan berbulan-bulan, bahkan bertahun.
Kus hanya diam menunduk, sambil menautkan dan memainkan jemari kedua tangannya. Kus grogi duduk di hadapan Bu Narti. Ia hanya mengangguk dalam diam sebagai respon atas semua nasihat Bu Narti. Kus merasa tak enak hati jadi beban pikiran gurunya itu.
Nasihat Bu Narti terngiang-ngiang terus. Kus mencoba menuruti nasihat bu guru yang tergolong masih muda itu. Sepertinya Bu Narti seusia Bulik Nas, adik ibunya. Kus ingin melatih diri melihat sisi positif dari olok-olok teman-temannya.
"AHA!'
Rasanya ada sebuah lampu tiba-tiba berpijar di dalam kepala Kus. Ia tersenyum. Sepertinya ia menemukan ide. Cara yang ingin dia coba di pelajaran Bahasa Inggris. Meskipun dalam hati Kus mengakui bahwa idenya cukup bagus, tapi tak urung ia gelisah dan gemetaran menunggu giliran maju.
- - - -
My Friends Call Me Pumpkin
My father plants pumpkins in his farm
My mother sells pumpkins in the market
My grandma cooks pumpkin everyday
So, my friends call me pumpkin
Pumpkin for breakfast
Pumpkin for lunch
Pumpkin for dinner
So, my friends call me pumpkin
We also eat the pumpkin leaves,
pumpkin seeds,
and pumpkin flowers,
So, my friends call me pumpkin
Pumpkin looks ugly
But it tastes yummy
And full of nutrition
So, my friends call me pumpkin
- - - -
Ketika Kus mengakhiri puisinya, Mister Tri, guru Bahasa Inggris yang sekaligus wali kelasnya yaitu VIIB , langsung menyambut dengan tepuk tangan yang bersemangat. Teman-teman sekelasnya menyusul ikut bertepuk tangan meriah.
"Excellent, Kusuma!" puji Mister Tri sambil mengacungkan dua jempol tangannya. Kus tersenyum dan tersipu. Hatinya mekar karena senang dan bangga dipuji gurunya. Kus merasa tak perlu sedih lagi dipanggil waluh oleh teman-temannya.
"Hello, Pumpkin."
Kus tersentak! Usai menyelesaikan presentasinya, Bagas sengaja berjalan melewati tempat duduk Kus dan memanggilnya 'pumpkin'. Dulu, Bagaslah yang mula-mula menjulukinya waluh. Kini ia berani-beraninya meneruskan keonarannya. Kus merengut. Senyum tipis yang sebelumnya sempat menghiasi wajahnya, langsung pudar dan sirna.
"Ngapa sih deweke kok nganggu aku terus?" batin Kus dengan gemas. Air matanya nyaris tumpah.
Kenapa Bagas seakan tak bosan dan tak kehabisan akal mengganggu dan menggoda Kus? Meskipun Kus selalu diam, tetapi orang normal pasti bisa melihat bahwa Kus tidak suka diperlakukan seperti itu.
"LEAVE ME ALONE!" Kus hanya berani berteriak dalam hati.
-------------------------------------------
Catatan:
Luh, kowe wis adus durung? Kok mambu waluh? = Luh, kamu sudah mandi apa belum? Kok berbau labu kuning?
Mosok aku mambu waluh? = Masak sih aku berbau labu kuning?
Ngapa sih deweke kok nganggu aku terus? = Kenapa sih dia menggangguku terus?
Leave me alone = tinggalkan aku sendiri
Teman-Temanku Memanggilku Labu Kuning
Bapakku menanam labu kuning di kebun
Ibuku jualan labu kuning di pasar
Nenekku masak labu kuning tiap hari
Jadi, teman-temanku memanggilku si labu kuning
Labu kuning untuk sarapan
Labu kuning untuk makan siang
Labu kuning untuk makan malam
Jadi, teman-temanku memanggilku si labu kuning
Kami juga makan daun labu kuning,
biji labu kuning,
dan bunga labu kuning,
Jadi, teman-temanku memanggilku si labu kuning
Labu kuning terlihat jelek
Tapi rasanya lezat
Dan penuh nutrisi
Jadi, teman-temanku memanggilku si labu kuning
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.