Coffee Ceremony
Ethiopia

Selama ini Helen menjadi langganan dan supplier utama sembako. Saat itu kami tinggal dan bekerja di sebuah kota di Ethiopia, Afrika. Kami belanja sembako di toko Helen untuk membeli kebutuhan mingguan.Dengan ramah, Helen mengundang kami, rombongan tujuh orang Indonesia mampir ke rumahnya.
“Please come to my house, we can drink coffee and have a chat” kata Helen mengundang kami.
“ Okay no problem “ sahutku setelah aku menengok ke teman teman.
Sebenarnya kami terburu buru karena Laila temenku kebelet beol. Tapi akhirnya kami penuhi undangan Helen, perempuan yang berumur sekitar 25 tahunan.
Itung itung kami menjaga hubungan baik .Bisa mampus kalau nanti Helen gak masok beras, begitu pikirku sambil nyengir dalam hati.
Setelah sampai di rumah Helen, kami diminta duduk di lantai teras berkarpet.
Rumahnya besar dengan halaman seluas dua kali lapangan badminton. Maklum Helen pedagang kaya. DIa sering bolak balik Addis Ababa – Dubai untuk cari barang dagangan dari Dubai untuk dijual di Ethiopia.
Helen permisi masuk ke dalam rumah. Lima belas menit menit gak keluar keluar. Kawanku Laila yang tadi kebelet beol mulai panik.
“ Kok Helen gak keluar keluar ya Pak Rikho”
“ Gak tau, mungkin mau bikinkan kopi kita terus kebelet beol kali, kayak kamu “
Firasatku naga naganya bakal nyantol lama di rumah setelah melihat Helen keluar membawa biji kopi dan alat penggiling kopi. Helen juga menyiapkan tungku bara api kecil dan membakar etan, semacam dupa yang berbau mirip kemenyan.
Aduh ini apaan, apa mau ritual klenik, aku membatin. Bau dupa etan itu segar menyengat hidung.
Laila dengan wajah pucat berbisik padaku
“ Lha tak kira Helen tadi masuk ke rumah untuk buatin kita kopi pak, lha kok keluar malah malah bakar kemenyan”,
“ Udah kamu beol di sini aja, bilang Helen mau ke toilet”
Akhirnya Laila saking gak bisa nahan ijin ke Helen pakai toilet.
Laila berlalu masuk ke dalam memenuhi panggilan alamnya.
Lalu aku lihat Helen mencuci biji kopi di wastafel samping teras rumah. Selanjutnya menyalakan arang di satu tungku agak besar dan menaruh wajan sebesar tampah. Helen menyanggrai biji kopi di atas wajan yang tadi dicuci.
Kami melongo mendapati ternyata kami harus menunggu. .. Waduh!!
Yang terjadi berikutnya Helen menggiling biji kopi yang sudah disanggrai. Bubuk kopi hasil gilingan dimasukkan ke dalam jeubeuna,semacam teko kecil dari tanah liat. Terus jeubeuna yang berisi bubuk kopi ditaruh di atas tungku bara api dan dituangi air mendidih.
Helen mengambil jeubeuna lain yang masih kosong dan menaruh saringan di atas leher jeubeuna.
Seduhan kopi di jeubeuna yang di tungku, dituang ke dalam jeubeuna kosong yang dipasang saringan. Akhirnya jadilah kopi panas yang siap diminum.
Helen meletakkan lima sini , semacam cangkir kecil sebesar sloki, di depan kami. Seduhan kopi yang sudah disaring dituangkan dari jeubeuna ke masing masing sini yang ditaruh di atas lepek. Di lepek juga ditaruh sehelai daun herbal tenaadam. Daun ini kalau kita celupkan ke seduhan kopinya akan merubah rasa kopi seperti ditambahi rasa mint. Rasa kental pahitnya menjadi berkurang bila daun tenaadam dicelupkan ke kopi.
Awalnya aku pikir kalau diundang ke rumah orang Ethiopia minum kopi ya cuma ngobrol bentar basa basi datang ke rumahnya, disuguhin kopi, terus pulang.
Eh ternyata kami harus menunggu dari bener bener biji kopi diproses. Sopir kami merengut wajahnya. Mulutnya macam perahu terbalik karena awalnya kami bilang hanya mampir lima belas menit. Jadinya satu setengah jam .
Belakang hari kami baru tahu ternyata Helen ngajak kami mampir ke rumahnya ngopi itu ternyata untuk sebuah ritual yang dalam bahasa Amharic disebut yeu bunna a feulal ( coffee ceremony).
Ritual ini sebenarnya untuk menghormati kami.
Kalau kita sudah datang ke rumah orang Ethiopia dan mereka sudah menyiapkan yeu bunna a feulal, maka kita harus menunggu dari biji kopi menjadi seduhan kopi panas di mulut. Tidak sopan secara etika bila kita pamit sebelum minum kopi tiga sini.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.