Di monitor HP muncul notifikasi, ada wa dari Ami. Adik angkatan di jurusan arkeologi.
Saya terkesiap. Sebab, hampir sebulan belakangan namanya seliweran di kepala saya. Bukan tanpa alasan. Saya menyasar dia sebagai narasumber untuk sebuah riset. Tahu-tahu, dia duluan yang yang menghubungi. Sungguh tak disangka!
"Malam Mamat. Lagi beberes lemari dapur, gw nemu masting atas nama loe," bunyi wa-nya
Sebuah foto mendahului pesan itu. Memperlihatkan dua buah àlat makan kemping persegi dari metal. Pada dua-duanya tercantum tulisan 'mamat' dengan spidol anti-air berwarna biru, yang sudah bocel-bocel dimakan waktu.
Sekali lagi, saya terkesiap.
Almarhum suami Ami, dipanggil Bayek, adalah adik angkatan juga di jurusan yang sama. Dia pun yunior di klub pencinta alam universitas kami. Sudah biasa peralatan kemping disalingpinjamkan. Sudah biasa juga, meski nyebelin, peralatan itu tak kembali ke pemiliknya. Yang luar biasa adalah, sepasang nasting (yang sering juga disebut masting atau mesting) ditemukan kembali. Setelah entah berapa dekade kemudian. Dan, kemungkinan akan kembali lagi ke saya.
Kapankah barang itu dipinjam almarhum? Mungkin sekitar 1988-89, kalau tak lebih lama lagi. Saya berpatokan pada tahun tersebut, berhubung di sekitar tahun itu Bayek meminjam, sekurangnya, jeriken lipat milik saya. Dibawanya mendaki ke Gunung Semeru. Sepulangnya, dia melapor bahwa jeriken tersebut termasuk barang-barsng yang tak sempat dibawa turun. Gara-gara semburan pasir panas Semeru yang tiba-tiba menerjang, sehingga almarhum dan tim-nya harus segera lari menyelamatkan diri.
Selain jeriken itu, saya tak ingat apa lagi yang dipinjamnya. Saya pun tak ingat soal dua nasting ini. Saya hanya pikir, barang apapun yang dipinjamnya, sudah lenyap pada kejadian di Semeru itu. Mungkin. Bersama lewatnya waktu, tak pernah lagi saya persoalkan. Tokh saya tak memerlukan barang-barang itu lagi.
Bayek meninggal pada 25 Oktiber 2007. Nasting itu ditemukan Ami hanya dua hari sebelum tahun ke13 berpulangnya Bayek. Di angkatannya, Bayek adalah orang yang paling lucu. Paling lucu di angkatannya, sehingga ia ditunjuk sebagai ketua angkatannya. Tak hanya lucu, almarhum juga baik hati meski kalau jahilnya keluar, ampun deh! Maka, kupikir, ditemukannya nasting ini pasti kelakuan jahil almarhum. Dia pasti terkekeh dengan caranya yang khas, melihat Ami dan saya membahas perjalanan nasting itu dengan terkagum-kagum.
Kalau benar ini keisengan dia, justru rasanya menyenangkan sekali. Sebuah surprise yang menyejukan hati. Ini pasti caranya untuk bilang, "Woi, jangan lupain gue!" Ah, jadi rindu padanya. Sekarang tak bisa bertemu lagi, tak mengapa. Tokh nanti, pada lain masa.dan lain tempat, akan ketemu juga. Hanya tinggal tunggu waktu.
Rest in power, Bayek, rest in love. Al fateha untuk lo!
Epilog: Setelah tulisan ini selesai, datanglah paket yang berisi sepasang nasting itu. Terima kasih, Ami; terima kasih, Bayek. Hadiah saya terima dengan senang sekali. Sekali lagi, al fateha buat lo, Yek.