Gadis Hujan dan Tuan Mentari

Sebuah kisah tentang gadis yang mencintai hujan

Gadis Hujan dan Tuan Mentari

Ada seorang gadis berparas manis yang sangat mencintai hujan. Setiap hari, ia selalu melangitkan do'a agar hujan turun membasahi kotanya. Tapi, langit tak pernah muram.

Suatu hari menjelang senja, awan hitam mendatangi kota sang gadis manis yang selalu bergamis ini. Si gadis penyuka kismis ini langsung keluar rumah demi menyambut kekasih hatinya. Bibirnya tak henti merapalkan do'a agar hujan segera turun mencumbunya.

"Datanglah hujan, dan jangan berhenti. Tidakkah kau merindukanku?"

Tetes-tetes hujan pun mulai berjatuhan membasahi paras manis dan baju gamisnya. Senyum di bibirnya semakin lengkung menikmati tiap cumbu dengan pujaan hatinya.

"Hujan, turunlah dengan deras, agar aku semakin bahagia."

Bisiknya pada rintik yang mengecup wajahnya.

Namun, tak lama setelah ia berlirih, hujan tak lagi membasahi kotanya. Mentari segera tersenyum kembali. Sang gadis merengut. Tampak tetesan hujan akan segera beralih dari langit ke kedua matanya yang indah.

"Tega sekali kamu, sudah lama tidak datang berkunjung, dan sekarang kamu berkunjung hanya sesaat."

Di ufuk, Mentari tersenyum melihat tingkah nona bergamis.

"Nona, bukankah Tuhan selalu tahu apa yang dibutuhkan hambaNya? Ia hanya sebentar menurunkan hujan di kotamu, karena Ia tahu kau hanya membutuhkan sedikit rinai. Ia tahu jika hujan turun berlebihan di kotamu, maka bahagiamu akan berlebihan. Bukankah semua yang berlebihan itu tidak baik, nona?"

Tak lama setelah Mentari kembali tersenyum, pelangi pun muncul.

"Lihatlah pelangi itu nona. Bukankah saat salah satu pintu kebahagiaan ditutup, pintu kebahagiaan yang lain akan dibuka?" Ujar Mentari.

Sang gadis berparas manis pun mendongak namun kembali memalingkan muka. Nampaknya, ia masih kecewa tehadap hujan yang hanya mampir sekilas.

Sang pelangi menari-nari diantara awan yang semakin memutih. Lambat laun warna-warnanya semakin memudar. Saat itulah ia menyadari kalau si gadis sedang mengamatinya.

"Ternyata kamu tak kalah menenangkan dibanding dia" batin si gadis.

"Nona, tahukah kamu mengapa pelangi muncul hanya setelah hujan reda?"

Tanya Mentari pada si gadis yang masih bercumbu dengan warna-warna pelangi yang semakin memudar.

"Karena ia tak ingin mengganggu tetesan perasaan yang turun deras. Karena ia tak ingin menghilangkan romantisme petrichor yang dibalut dersik. Karena ia tak ingin mengganggu keindahan petir yang menyambar dengan jutaan sinar. Karena ia selalu setia menunggu ketetapan Tuhan."

Si gadis bergamis terdiam mendengar penjelasan dari Mentari. Ia setuju sepenuhnya dengan ciptaan Tuhan yang semakin terik.

"Lalu kenapa kebanyakan manusia tak bisa setia menunggu ketetapan Tuhan?" Tanya sang gadis pada Mentari.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.