Bincang Bawah Tanah

dialog alam kubur antara jasad denga tanah sebelum melumat habis tubuh mati hingga menyisakan tulang ekornya saja.

Bincang Bawah Tanah

Memang namanya saja manusia tak bisa lepas dengan harta dan tahta…
Lebih suka melihat yang diluar daripada yang ada didalam…
Ada orang kehilangan uang di dalam namu dia mencarinya di jalanan, ketika
ditanya kenapa tak cari saja didalam rumah, dengan enteng ia menjawab ‘di
dalam gelap’…
Hei tulang koruptor yang giginya ompong, kau suka mengaku orang Jawa suka
wayang tidak, siapa idolamu…? Jika melihat tampangmu semasa hidup aku
yakin kau seperti Sengkuni q q q…
Aku tak begitu paham tentang wayang, mbosenin jadul abis, ceritanya cuma gitu
aja. Yang aku hapal cuma Gareng, Petruk dan Bagong karena sering kutemui di
jalanan dan di atap rumah-rumah.
Kenapa bisa begitu?
Ya setiap pedagang dawet kan slalu membawa Gareng dan Bagong di pikulan
atau surungannya. Kalo Petruk biasanya bermain kitiran dengan genternya di
wuwungan.
Dasar tukang minum kau ini Tor…
Tan, tolong terusin ceritamu tentang Sunan Kalijaga itu…
Wah kapan aku cerita Sunan Kalijaga?
Maksudku Syeh Siti Jenar itu lho…
Hmmm… tertarik juga kau ternyata, sudah tinggal tulang baru pengin tahu
sejarah para Wali yang menyebarkan Agama yang kau anut entah lurus atau
menyimpang kau jalani, sepertinya kamu ambil yang menyimpang yak wong
koruptorrrr...
Hnahhh mulai lagi nih seni perngejekannya kau Tan, ayo buruan keburu abis
tulangku kau lumat.
Santai saja, bagian kepala adalah paling belakang sebelum tulang ekormu yang
cuma secacing itu q q q…
Konon Syeh Siti Jenar pernah beradu kesaktian dengan Sunan Kalijaga tanpa
ada pemenangnya karena sama saktinya, para muridnya saling mengunggulkan
gurunya tentunya. Pertarungan itu diketahui para Wali yang berharap kalahnya
Sang Syeh juga merupakan hukuman untuknya. Namun walau sudah dibantu
para Wali Syeh Siti Jenar belum jua terkalahkan.

Siti Jenar paham kalau kehadirannya tak diinginkan para Wali sebab
menganggapnya berperilaku menyimpang sebagai seorang muslim. Maka dalam
sidang para Wali yang akan memancung kepalanya, beliau berbisik kepada
Sunan Kudus jika tak ada yang mampu mengalahkannya, dengan pedang paling
tajam sekalipun tak akan mampu memisahkan kepala dari tubuhku. Aku bukan
Tuhan namun aku meyakini keyakinanku dan tentu saja sadar dan paham
agamaku Kanjeng Sunan, daripada menjadi slilit diantara para wali lebih baik aku
mundur selamanya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dan seketika tubuhnya lunglai dihadapan para wali seolah Sunan Kudus yang
merenggut nyawanya namun tak ada yang tahu sebenarnya dan sampai kini pun
masih terselubung misteri. Mereka punya cerita sendiri-sendiri tentu saja dengan
versinya.

"Lantas ada apa dengan anjing itu? katanya...."

hmmm... itu juga salah satu rekacerita yang bermuatan pulitis pada masa itu.

yang jelas anjingnya itu kamu! hehehe...

"nahlhooo... mulai lagi ilmu perngejekanmu Oom, saya kan tanya beneran toh..."

Sudahlah nanti diteruskan... 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.