DUSTA DALAM DARAH
Kebohongan yang ditutup serapi apapun pasti akan terbuka, layaknya bangkai yang disembunyikan pasti akan ada baunya. Bram yang seorang Don Juan mendapatkan kejutan dari istrinya, Novi. Kejutan yang tak ia sangka. Novi yang berulang kali dikecewakan Bram, mendapatkan cinta dan perhatian dari pria lain.

DUSTA DALAM DARAH
Keringat dingin bercucuran di pelipisnya, begitu juga bajunya mulai basah oleh peluh. Bram bergerak-gerak gelisah, menunggu antrian donor darah. Hari ini adalah hari istimewa, karena untuk pertama kali dalam hidupnya Bram akan melakukan donor darah. Saking takutnya dengan jarum, lelaki berhidung mancung itu sampai tak tahu golongan darahnya.
Beruntungnya Bram sampai saat ini, di usia 30 tahun, ia tidak pernah mengalami sakit yang membuatnya terpaksa harus dirawat di rumah sakit. Sehingga ia dapat terhindar dari tajamnya benda kecil itu menusuk kulitnya.
"Gile, lu sampe keringetan kayak gitu? Takut beneran lu?" Tama tiba-tiba sudah berdiri di sebelah ya.
"S*t*n, berisik lo," desis Bram sambil melirik marah.
"Biasa nyuntikin cewek-cewek kok sekarang mau disuntik jadi gini," kata Tama sambil tertawa. "Eh sekretaris baru tuh kayaknya bisa digebet deh." Tama menunjuk seorang wanita berambut panjang yang mengenakan blazer berwarna merah.
"Nggak ah, lu aja." Bram menolak. "Main aman Tam, kalau dia sampai isi terus dia ngadu ke perusahaan dan hoki. Kita bisa dipecat kayak Iwan kemarin."
Beberapa waktu yang lalu salah seorang rekan kerjanya dipecat karena menjalin hubungan gelap dengan mahasiswi kerja praktek. Sang istri tak terima dan melapor ke SDM, sehingga harus menghadapi sidang disiplin pegawai yang berujung pemecatan. Bram tak takut kehilangan pekerjaan, toh dia memang dari keluarga berada. Keluarganya memiliki berbagai macam usaha, antara lain rumah kos di daerah-daerah strategis. Persewaan mobil, rumah makan, warung makan, laundry, dan sebagainya. Bram hanya bekerja untuk senang-senang saja, dan supaya ia bisa bermain di sana sini dengan alasan pekerjaan. Tapi kalau sampai seorang don Juan seperti Bram dipecat gara-gara perempuan, apa kata dunia?
"Novi nggak pernah curiga sama elu?" Tama berisik lagi. Ia sungguh heran, karena sampai detik ini istri Bram tak tahu menahu. Entah tak tahu menahu atau pura pura tidak tahu.
"Kayaknya sih dia tahu, tapi diam. Lagian mau apa dia, adiknya aku yang bayar kuliahnya. Usaha yang dikelola dia sama orang tuanya, aku yang modalin."
Novi tidak akan bisa apa-apa tanpanya. Kalaupun Novi tahu, Bram tak peduli. Dari dulu waktu masih pacaran pun, Bram memang tak pernah setia. Ia selalu kembali kepada Novi, karena sifat sabar dan ngemongnya itu membuatnya bertahan di sisi wanita itu.
*
"Aku turun dulu ya, Mas." Novi mencium pipi lelaki itu sebelum membuka pintu mobil.
"Bentar," kata laki-laki itu seraya menarik tangan Novi dan mendekatkan wajah mereka berdua. Dengan cepat ia mencium bibir mungil gadis itu dan melumatnya dengan penuh gairah.
"Aduh, nanti dilihat orang." Dalam kegelapan Novi bisa merasakan pipinya memerah.
"Sepi ini, buat obat kangen kalo aku tidur sendirian tar malem." Lelaki itu tersenyum. "Salam buat Kiran ya, dari papa."
Novi hanya tersenyum, ia kemudian turun dari mobil dan mulai berjalan menuju ke rumahnya. Sesampainya di rumah dipandanginya Kirana, putrinya yang baru berusia lima bulan itu tertidur di ayunan ditemani suara televisi. Makin kesini, wajah Kiran makin mirip dengan papanya. Matanya, hidung mancung, bentuk wajah persegi, kulit kuning langsat, bahkan senyumnya pun sama.
Diliriknya jam dinding, sudah pukul delapan malam. Seperti biasa Bram belum pulang, atau mungkin tidak pulang. Novi sudah biasa. Ia sudah lama mati rasa dengan perlakuan Bram padanya, semua perselingkuhan suaminya dan memakluminya. Dari dulu Novi tahu selama ini Bram tak pernah setia dengannya, tapi kata-kata manis dan semua hadiah-hadiahnya membuat ia terlena. Bram yang royal dalam memberikan uang, bahkan menyekolahkan adik bungsu dan membiayai usaha kedua orang tuanya, membuatnya bergantung.
"Ma, Mas Bram belum pulang?" Novi bertanya pada ibunya, walaupun ia tahu jawaban pasti sama.
"Belum, Nov. Habis pergi sama si Mas? Apa kabar dia?"
"Sehat, Ma, Kiran nggak rewel?" Novi bertanya sambil melepas blazer dan baju kerjanya serta memasukkan dalam keranjang kotor. Hanya dalam balutan handuk, ia kemudian menuju ke kamar mandi.
"Nggak kok, Kiran nggak rewel. Nov, awas ponselmu. Jangan sembarangan, nanti Bram tahu."
"Beres, Ma." Novi sudah melakukan tindakan pencegahan sebelum ia pulang ke rumah, walaupun Bram sama sekali tak pernah memeriksa isi ponselnya. Mungkin Bram baru ingat kalau punya istri, ketika ia tiba di rumah. Kadang-kadang Novi berpikir seperti itu.
Gadis bermata indah itu dulu seringkali menyesali mengapa memilih Bram, tapi tak mungkin menyudahi. Ia harus menutup mata dengan kebiasaan suaminya berselingkuh di sana sini karena keluarganya terlalu banyak berhutang budi. Tetapi semenjak kehadiran lelaki itu semua berubah, Novi kini lebih bahagia.
Awalnya lelaki itu datang untuk studi banding di tempatnya bekerja, mereka pun berkenalan. Biasa saja, tak ada yang istimewa. Beberapa bulan lelaki itu kembali, mutasi jabatan membawanya menginjakkan kaki di kota hujan ini. Novi tahu lelaki itu sudah beristri, hanya saja istrinya berada di kota lain. Laki-laki itu datang di saat yang tepat, saat Novi lelah dengan semua penghianatan Bram, dan hatinya membutuhkan siraman kasih sayang.
Pesan-pesan sederhana di whatsapp yang awalnya berisi tentang pekerjaan, berubah menjadi curhatan yang bersifat pribadi. Perhatian yang diberikan lelaki itu membuat hati perempuan yang berstatus istri Bram ini goyah, sehingga akhirnya terjalinlah hubungan terlarang itu. Setiap siang makan bersama, kemudian sepulang kantor menghabiskan waktu berdua hingga malam menjelang. Novi pandai mengatur jadwal, sehingga ia selalu sudah berada di rumah ketika Bram datang. Dari yang awalnya hanya makan dan jalan, berakhir dengan saling memanaskan ranjang.
Dengan Bram, Novi selalu jadi yang kedua. Dengan laki-laki ini, Novi menjadi yang pertama. Apa yang perempuan bermata indah ini inginkan pasti diwujudkan oleh lelaki ini. Hadiah-hadiah penuh kejutan dan perhatian yang tak pernah putus. Novi tak pernah kekurangan uang, ia mampu membeli barang-barang mahal dari uang yang diberikan Bram. Yang ia butuhkan adalah perhatian dan kasih sayang. Dengan lelaki ini, ia mendapatkan semuanya. Novi merasakan dicintai secara utuh. Bahkan ketika perempuan itu memberi kabar kalau ia berbadan dua, laki-laki itu pun sangat gembira.
Bram juga senang, ketika mendengar dari mulutnya kalau dia hamil. Tapi itu hanya di awal saja, setelahnya suaminya kembali seperti biasa. Bahkan lebih sering lelakinya yang mengantarkan ia pergi ke dokter kandungan daripada suaminya sendiri.
Novi sempat ragu dan bingung, anak siapa ini. Lelakinya selalu meyakinkan Novi, bahwa dia mencintai perempuan itu dan bayi di kandungannya, tak peduli anak siapa. Walaupun saat ini perempuan itu makin yakin, bahwa Kiran adalah putri dari lelakinya.
*
"Pertama kali donor?" Petugas kesehatan cantik itu bertanya pada Bram. Bibirnya yang dipulas pemerah bibir tipis-tipis membuat Bram terpesona.
"Iya, Mbak, tolong ditusuknya pelan-pelan aja ya." Pinta Bram sambil tersenyum, menutupi kegugupannya.
"Jarum sama Bapak, gedean situ. Masa Bapak takut sama jarum." Petugas berjas putih itu tertawa, diikuti oleh rekan-rekannya. "Tahu golongan darahnya, Pak?"
Bram menggeleng. Ia kemudian hanya bisa pasrah, ketika dengan cepat petugas itu menusuk jarinya. Setelah mengukur hb dan menambahkan cairan-cairan tertentu pada sampel darah yang diambil jarinya.
Petugas tersebut berkata, "golongan darahnya A ya!" Ia kemudian menyerahkan selembar kertas seukuran kartu nama yang ada sampel darahnya dan golongan darahnya.
Jantung Bram terasa berhenti berdetak sesaat kemudian berdetak cepat dan makin cepat. Ia berdiri dari kursi dan bersandar di dinding tak jauh dari situ,memandang kartu tersebut dengan tatapan nanar dan nafas memburu. Masih teringat jelas kejadian di rumah sakit lima bulan lalu.
"Pak, ini putrinya golongan darahnya B ya. Ini kelengkapannya semua ada dalam tas ini."
***
Jangan di copy ya, boleh di share. Yang pasti jangan ada plagiat diantara kita.
Makassar, 7 Mei 2020
Kanaya Aprili
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.