Do'a Ibu

Do'a Ibu

“Iya bu, iya pasti…” kataku

“Baik baik disana ya kak, makannya dijaga lihat-lihat! Pokoknya kamu hati-hati langsung pulang. Jangan tidur malem-malem! besok masih kerja.”Sambung ibu, suaranya menenangkan membuatku makin rindu. 

“Iyaa buuu, ibu juga tidur! Di Indonesia juga udah tengah malem kan. Udah dulu ya bu, besok kakak telfon lagi. Assalamu'alaikum” Jawabku buru-buru di sambung jawaban salam dari ibu kemudian sambungan telfonpun terputus. Aku memasukkan telfon genggamku dan melanjutkan perjalanan pulang.

Ini merupakan waktu yang selalu ku tunggu, jalan pulang ke rumah. Sambil menikmati angin malam dan pemandangan indah, mekarnya bunga sakura. 

Setiap hari aku memang selalu menyempatkan untuk menelfon ibu. Karena ibu adalah satu-satunya bestfriendku teman untuk berbagi cerita, pendengar yang baik untuk berkeluh kesah, serta guru spiritual agar hidup ini tetap seimbang. Walaupun sudah bertahun-tahun merantau ke Seoul, tapi tetap saja aku masih sering homesick. Ingin rasanya pulang ke Indonesia tinggal bersama ibu, bisa makan masakan ibu. Tapi apa boleh buat, aku masih terikat kontrak kerja dengan salah satu perusahaan industri perfilman di Korea Selatan yang membuatku harus tetap bertahan disini sembari mengumpulkan tabungan untuk pulang melanjutkan hidup di Indonesia. 

Angin malam menerpa wajahku, mengingatkan tujuan awal kedatanganku ke Seoul. Aku memang pecinta drama dan film korea, selain para aktornya yang luar biasa. Jalan cerita dan genre yang ditampilkan juga menarik untuk di tonton. Oleh karena itu aku berusaha untuk mendapatkan beasiswa jurusan perfilman di salah satu universitas di Seoul. Berkat do'a, dukungan, serta izin dari ibu aku berhasil mendapatkan beasiswa dan berakhir melanjutkan cita-citaku untuk bekerja di industri perfilman Korea Selatan. 

Aku bersyukur punya ibu di hidupku, ibu selalu mendukung semua keinginanku ibu selalu memberikan nasihat serta tidak pernah lupa untuk selalu mendoakanku. Ucapan baiknya serta pikiran positifnya selalu menenangkan dan menyemangatiku. Walaupun aku jauh dari ibu, hal-hal baik selalu menyertaiku. 

Memang hidup jauh dari negara sendiri dan menjadi warga asing di negara orang tidak lah mudah. Kadang sedih rasanya karena jauh dari rumah dan ibu. Sejak mengambil kesempatan untuk melanjutkan kuliah di Seoul dan menetap untuk bekerja, hari-hariku tidaklah mudah. Karena tidak setiap hari itu menyenangkan kadang ada juga yang menjengkelkan sampai bikin emosi. Tapi ya begitulah, namanya juga hidup ga selalu berjalan mulus, kadang ada juga tikungan, tanjakan, serta turunan terjal yang harus kita hadapi belum lagi jalanan yang berlubang. 

“yaaa begitulah kak, namanya juga manusia. Selagi masih diberi kesempatan untuk hidup pasti akan ada masalah. Yang penting pintar pintar kita menghadapi dan bijak dalam menyelesaikannya.” Kata ibu yang selalu ku ingat. Apalagi di kala aku sedang galau akibat homesick 

“ingat kak awal tujuan kedatanganmu, ingat kenapa kamu milih kesana. Ibu tau kamu memilih kesana karena kamu sanggup dan bisa jadi kamu harus menjalankan dan terima segala resiko yang kamu pilih. Do'a ibu selalu menyertaimu, ingat Allah selalu bersamamu. Gapapa sedih dan rindu sesekali tapi jangan berlarut-larut” nasihat ibu yang selalu menyadarkanku. 

Perjalanan panjang untuk pulang malam ini terasa sedikit sentimental, walau lelah karena pekerjaan namun perasaan itu lama-lama menghilang akibat jatuhnya bunga sakura yang sedang bermekaran membuat suasana perjalananku bagaikan scene di dalam sebuah drama.

Tanpa aku sadari kelopak bunga sakura itu jatuh di atas telapak tanganku. Konon katanya jika kelopak bunga sakura yang jatuh di atas telapak tangan, kita harus segera membuat permohonan niscaya akan dikabulkan. 

Namun bagiku Do'a ibu lah yang paling ampuh untuk dikabulkan, walaupun memang tidak langsung dikabulkan saat diminta namun akan dikabulkan di waktu yang tepat dan terbaik. 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.