Sisir Antik (Bagian Pertama)
Cerita bersambung 2 bagian.

Bagian Pertama
Aku memandangi aneka barang di garage sale.
Mataku tertuju pada sebuah sisir tua.
Terlihat kotor dan beberapa giginya sudah hilang. Tapi ukirannya indah.
Tapi entah kenapa aku suka melihatnya.
Kuraih sisir itu dan kuamati.
“Itu cuma 10 dollar aja!” ujar wanita penjual garage sale.
“Mahal amat, kan udah rusak.” kataku.
“Itu sisir antik dari abad ke 16!” kata wanita itu.
“Itu punya nenek moyangku yang berasal dari Inggris, dulu mereka itu bangsawan Inggris!” kata wanita itu.
Kulihat rumah mereka yang biasa saja, sulit dipercaya mereka keturunan bangsawan.
“Kalau antik, kenapa nggak dijual ke penjual barang antik?” tanyaku.
“Soalnya itu somplak, mereka nggak mau menerima barang rusak!” katanya.
“Kotor banget!” kataku, agar dapat menawar lebih murah
“Boleh 3 dollar?” tanyaku.
“Ya sudah aku kasih 8 dollar!” katanya.
“5 dollar gimana?” tanyaku.
Wanita itu mengambil uang 5 dollarku dan memberikan kantong plastik.
Aku melangkah pergi dari garage sale itu, mencari garage sale lain di gang yang sama.
Hari ini ada parade garage sale. ada sekitar 100 rumah yang mengadakan garage sale bersama di lingkungan ini.
Lumayan bisa dapat banyak barang bekas murah. Uangku pas-pasan, belum dapat kiriman uang dari orangtuaku bulan ini. Maklum sejak pandemi covid, usaha kecil orangtuaku menurun drastis. Masih untung aku masih bisa bertahan kuliah di sini, tidak dipanggil pulang seperti beberapa temanku.
Telponku berdenting.
“Mau makan siang bareng?” text dari Jason.
“Mau makan dimana?” kubalas text-nya.
“Terserah kamu, pilih aja” jawab Jason.
Kucek dompetku. Tinggal 20 dollar tersisa.
Masih banyak garage sale yang belum aku masuki. Aku lebih ingin menghabiskan uangku untuk beli barang di garage sale daripada untuk beli makanan.
“Aku lagi di parade garage sale nih. Tanggung masih banyak rumah yang belum aku datangin. kamu makan sendiri aja deh!” kataku.
“Ayo dong, Aku udah kangen nih!” ketik Jason.
Gombal, kalau kau traktir sih aku mau ikut. Makan selalu bayar sendiri, percuma punya pacar.
Modal ganteng doang.
Aku ingat nasehat ibuku.
“Jangan pacaran sama bule, Eni!, beda budaya, nanti repot!” kata ibuku.
“Aku udah ngerti budaya mereka.” kataku.
“Mending cari orang Indonesia aja!” kata ibuku.
“Ya kan susah bu. Di kampusku cuma ada sedikit orang Indonesia, semuanya perempuan!” kataku.
Kampusku memang bukan kampus ternama. Karena orangtuaku bukan orang kaya. Mereka cuma bisa membiayai aku di College. Bukan University.
Sekarang aku mulai merasakan kebenaran ucapan ibuku. Jason pelitnya minta ampun. Tapi memang sudah budaya mereka begitu. Semua bayar sendiri sendiri. Kalaupun memberi hadiah untuk ulang tahun. Cuma hadiah sederhana aja. Seperti ultahku tahun ini, aku cuma mendapat hadiah sebuah buku. Buku resep masakan. Kata Jason, supaya aku bisa belajar masak.
Ah itu sih bukan hadiah untukku, tapi untuk kepentingan dia juga biar aku bisa masakin dia.
Kadang kadang aku suka iri saat mendengar teman temanku di indonesia mendapat hadiah keren dari pacar mereka. Temanku menelponku kemarin, katanya dia dapat hadiah ultah mobil dari pacarnya. Seharusnya aku ikut senang. Tapi aku iri, kenapa aku cuma dapat buku masakan dari Jason?
Ingin rasanya punya pacar kaya. Tapi di College aku yang tidak terkenal, College ecek-ecek, mana ada mahasiswa dari keluarga berada, yang mau kuliah di situ. Semua dari keluarga pas-pasan seperti aku aja. Mau cari di mana pacar yang kaya?
Setelah puas berkeliling ke parade garage sale, aku pulang.
Makan siang dengan instant noodle. Maklum lagi pengiritan.
Sambil kubuka hasil perburuanku hari ini. Dapat beberapa baju bekas yang masih terlihat bagus. Lumayan buat tambahan baju kuliah. Beberapa buku novel. Dan sisir antik.
Sebenarnya aku tidak yakin sisir ini benar sisir antik atau cuma tua aja.
Kalau cuma sisir tua, aku rugi bayar 5 dollar. Gratis juga aku enggak mau ngambil.
Tapi kalau barang antik dari abad ke 16, aku bisa untung besar.
Aku sering melihat acara antik roadshow di TV. Barang antik bisa dihargai sangat mahal. Aku pernah melihat orang yang membeli barang antik di garage sale, ternyata mendapat untung seharga milyaran dollar. Siapa tau aku seberuntung itu.
Selesai makan, aku mencuci sisir antikku. Setelah bersih,
aku mencoba menyisir rambutku dengan sisir antik itu.
Bagaimana ya perjalanan sisir ini selama beberapa abad?
Siapa saja pemiliknya?
Apakah benar nenek moyang wanita itu bangsawan inggris?
Bagaimana sisir ini bisa pindah dari Inggris ke Canada?
Sisir antik itu membuatku menghayal. Mungkin putri bangsawan pernah memakainya.
Aku ingat khayalan masa kecilku yang selalu ingin menjadi putri raja.
Sambil menyisir, aku melamun membayangkan perjalanan sisir ini.
“Aw…” tiba tiba aku merasa sakit. Rupanya aku menyisir terlalu keras. Sisir metal itu menusuk kulit kepalaku. Kuusap bagian yang sakit. Wah ternyata berdarah.
Aku merasa pusing. Entah karena kepalaku yang luka, atau aku kena corona?
Kuingat tadi banyak orang yang tidak mengenakan masker di garage sale tadi.
Seharusya aku tidak ke sana, Tapi napsu berburu barang murah membuatku mengabaikan bahaya covid.
Aku berbaring untuk meredakan sakit kepalaku hingga jatuh tertidur.
“En bangun En!.” suara wanita membangunkan aku.
Ketika kubuka mataku, ternyata bukan Lisa, teman kostku.
Gadis ini memakai gaun panjang seperti zaman dulu.
Baru kusadari ini bukan tempat tidurku. Tempat tidur itu besar dari ukiran kayu yang megah.
Kulihat sebuah meja rias di dekat tempat tidur, juga penuh ukiran. Terlihat antik dan megah.
Kulihat ada sisir yang mirip sisir yang baru kubeli di garage sale hari ini.
Tapi bentuknya lebih bagus, bersih dan semua giginya masih utuh.
Ada di mana aku?
Aku bergegas mencari cermin. Tapi meja rias itu tidak memiliki cermin. Tidak kujumpai cermin di kamar.
“Kaca mana?, aku mau ngaca.” tanyaku
“Kaca?, apa itu kaca?” gadis itu seolah tidak mengerti.
Aduh bodoh amat sih dia?
Kulihat kulit tanganku sekarang putih, Kupegang rambut panjangku, sekarang berwarna coklat.
Aku kok berubah ?
“Tanggal berapa sekarang? tahun berapa?” tanyaku.
“En, kamu kenapa? masa tanya tahun berapa segala? Apa luka dikepala kamu membuat kamu lupa?” tanya wanita itu.
Diusapnya kepalaku, darah mengalir dari kepalaku.
“Kenapa kepalaku?”
“ Tadi kamu luka kena sisir itu!” katanya sambil menunjuk sisir antik itu.
“Ayo cepat berdandan En, Hari ini kita bisa bertemu Raja Henry!” katanya.
“Raja Henry? Henry ke delapan?” tanyaku.
“Iya En, kamu sudah menantikan lama hari ini. Kita sudah mempersiapkan dari jauh jauh hari!” katanya.
Ah apakah ini abad ke 16? Apakah sisir itu membawaku ke abad ke 16? Apa aku time travel?
Akhirnya aku punya kesempatan untuk bertemu dengan Pria yang kaya raya, Raja Henry ke 8.
Aku tersenyum senang.
Bersambung
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.