Corona di Musim Sakura

Musim semi tahun ini bertepatan dengan mewabahnya virus yg menggegerkan dunia. Pemerintah Jepang pun bagaikan sulap, segera memutuskan langkah-langkah preventif menanggulangi bencana internasional ini.
Tak hanya di Indonesia, Jepang pun sedang kekurangan masker, alcohol, hand sanitizer, tisu wajah bahkan tisu toilet!
Harga masker naik? Ya sama di sini juga. Tapi kebanyakan cuek, kalau memang naik dan out of budget ya sudah tidak usah beli. Simple!
Tisu langka? Yasudah besok pagi sebelum toko buka, antri yg rapi di depan toko. Satu orang hanya boleh beli satu tisu.
Kalau ngga kebagian? Yawes besok coba datang lebih pagi. Sederhana!
Dan, hampir tidak pernah saya dengar orang ngobrolin tentang virus ini di tempat-tempat umum. Kalaupun ingin secara khusus membicarakannya, kemungkinan mereka “mojok” di suatu tempat, sambil merendahkan volume suara, agar tidak ada orang lain yang mendengar atau malah jadi panik ga karuan karena obrolan itu.
Data suspect yang masuk ada sekitar 1000 jiwa, termasuk yang berasal dari dalam kapal pesiar. Tapi anehnya orang Jepang pada adem ayem.
Apa mereka ga panik?
Mungkin iya, panik. Tapi panik yg berlebihan malah bikin hilangnya kewaspadaan dan akal sehat.
Pernah saya tanya ke beberapa kawan saya penduduk lokal sini.
“Kenapa orang Jepang ga heboh? ga panik gitu?”
ndilalah saya yg ditanya balik,
“Lah, aku malah bngung, kenapa harus panik?”,
Kalau dipikir, Iya juga ya ???? Kenapa harus panik.
Pun musim ini, Musim semi atau musim Sakura. Musim ini adalah musim kebanggaan masyarakat Jepang. Pada musim ini ada berbagai acara penting tiap tahunnya. ✨Dari Festival Anak Perempuan, Upacara Kelulusan, Penerimaan siswa baru, dan yang paling penting ting ting (at least bagi saya xD) adalah HANAMI.
Dimana keluarga-keluarga di Jepang merayakan musim semi dengan piknik, makan bersama, dibawah taburan pohon Sakura yang sedang indah-indahnya.
Tapiii tapi tapiiii,
Karena ada wabah ini, Pemerintahpun mengeluarkan pengumuman yang menghimbau semuaaa lapisan masyarakat agar membatalkan semua agenda dan acara tersebut, tidak boleh ada acara kumpul-kumpul di tempat umum, tak terkecuali HANAMI.
Kira-kira, bagaimana reaksi Orang Jepang ketika apa yang dibanggakan, yang akan dirayakan dan ditunggu-tunggu setiap tahunnya ini, ternyata disuruh DITIADAKAN SEMENTARA ?
Ada yg bisa jawab?
Ya, mereka manut nurut madhep mantep apa kata Pemimpinnya. Ga ada demo, ga ada gugatan, ga ada aksi endebre endebro.
Semuanya percaya, at least “mengusahakan” untuk percaya dan yakin bahwa keputusan Pemerintah adalah kebaikan bagi semua.
Apalagi tidak hanya larangan saja, Pemerintah pun menyiapkan kucuran dana, yang berasal dari pajak rakyat, untuk tetap menyokong kebutuhan masyarakatnya ditengah wabah seperti ini.
Lalu bagaimana dengan kami, yang tidak jadi Hanami?
Yaaaa, ngeliat kertas ini adalah salah satu solusinya ????
The Cherry blossoms are in full bloom, so here we are, enjoying the cherry blossoms from this piece of paper :D
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.