Di tengah-tengah saling kejar-kejaran dengan deadline pekerjaan terakhir, sebelum berangkat ke Perth, secara mental aku mulai membuat daftar apa saja yang perlu kubawa. Salah satunya adalah notebook, atau buku catatan, yang juga akan berguna dalam mewujudkan bentuk fisik dari daftar yang baru kubuat secara mental itu. Penting bagiku untuk mempunyai daftar bawaan secara tertulis. Kebiasaan yang kulakukan sejak dulu setiap bepergian.
Pada saat itu aku tak berada di rumahku sendiri. Sedang mengungsi di rumah sahabatku, mBak Binny Buchori. Untuk meningkatkan konsentrasku dalam bekerja, demikian antara lain alasannya.
Urusan buku catatan ini ternyata cukup mengganggu pikiran. Aku tak tahu apakah di rumahku masih ada buku yang kubutuhkan atau tidak. Kalau ada, mudahkah untuk kuraih? Begini ya, meski sudah lebih dari 6 bulan pindah ke rumah baru, barang-barangku masih banyak yang belum keluar dari kardus-kardus. Begitulah...
Maka, gampangnya aku beli baru saja, kan.
Dalam satu kesempatan, mBak Binny dan aku pergi ke shopping mall yang terdekat dengan rumah mBak Binny. Sahabatku ini perlu bertemu dengan seseorang di sana, dan aku disarankannya untuk ikut buat refreshing sebentar. Baiklah.
Senangnya aku ketika melihat di sana ada sebuah toko buku dan stationary yang besar. Di dalamnya, tersedia bermacam model notebook yang bisa kupilih. Syarat paling utama dari yang kucari adalah, selain harus ukuran A5, bukunya harus di-binding dengan spiral. Bagiku, punggung buku spiral akan memudahkan si buku untuk dibuka secara terlipat ke belakang (semoga maksudku ini dapat dipahami). Lagi pula, pasti akan banyak tempelan-tempelan dalam buku itu. Punggung spiral membuat buku lebih fleksibel ketika ia jadi menebal akibat isinya tak sekedar tulisan.
Prinsipnya, buku ini akan menjadi semacam scrapbook. Idealnya, yang kupakai adalah semacam file holder. Tapi, untuk mencari yang ukurannya mengena, sebesar notebook ukuran A5, akan perlu waktu lagi. Ya sudah, jadinya kubeli saja yang paling memuaskan hatiku saat itu.
Halaman paling belakang dari notebook ini merupakan halaman yang pertama kali kutorehkan tinta di atasnya. Di situ kubuat daftar barang yang harus kubawa.
Notebook ini nantinya tidak akan menjadi jurnal atau diary hari per hari. Aku takkan melakukan itu. Sebab, menulis diary sangatlah memakan waktu. Sementara, aku maunya setiap waktu sebanyak mungkin kupakai untuk bersenang-senang saja. Menikmati kebersamaan dari liburan asik ini.
Di atas sudah kusebutkan bahwa aku akan menjadikan buku tulis ini sebagai scrapbook. Segala macam printilan yang kudapat, sebisa mungkin akan kutempelkan di dalam buku ini. Misalnya, potongan karcis parkir, brosur, serbet kertas, uang logam, dan banyak lagi. Untuk mendukung niatku ini, kupastikan bahwa aku juga membawa lem, selotip, dan gunting kecil.
Namun, ternyata menempel-nempel pun juga banyak memakan waktu. Apalagi, kadang aku terdorong untuk menulis cerita kecil atau pemikiranku akan sesuatu yang kulihat atau terjadi. Aku jadi sering menemukan diriku duduk sendiri di meja makan, atau di tempat tidur, mengerjakan buku catatanku. Sementara, yang lain asik bercengkerama bersama.
Tak semua tempelan apalagi tulisan bisa kuselesaikan dalam waktu sekali duduk. Lelah setelah seharian berkegiatan, sering datang menyerang tiba-tiba saat aku tengah asik mengerjakan bukuku ini. Biasanya, aku akan segera mengundurkan diri diam-diam, agar yang mengobrol tak terganggu. Keadaanku pun pun sudah seperti zombie akibat terlalu mengantuk, tak bisa lagi pamitan untuk berangkat ke Pulau Kapuk.
Dalam waktu dua minggu, buku catatanku segera menggendut. Senang rasanya melihatnya. Ada kepuasan luar biasa saat membuka-buka halamannya. Melihat segala macam 'sampah' yang menempel di situ dengan indahnya—padahal berantakan. Setiap melihatnya, aku merasa bagaikan kembali ke perjalanan ke Perth. Bahkan, ini bisa menjadi inspirasi untuk menulis satu-dua cerita yang berhubungan dengan perjalanan tersebut.
Di sana sini ada catatan-catatan yang belum selesai, tapi tak mengapa. Bisa aku selesaikan belakangan, walau mungkin juga akan tetap menggantung begitu saja, karena aku lupa sebenarnya hendak bercerita tentang apa. Terhentinya catatan itu bisa jadi karena saat menuliskannya aku terserang rasa lelah dan kantuk yang berat. Atau, sebab lainnya. Macam-macamlah! Tak masalah.
Tak cuma itu sih. Masih banyak juga ‘sampahan' yang belum sempat kutempelkan. Entah kapan akan kulakukan, dan entah apakah akan kulakukan. Aku tak tahu.
Biarlah semua mengalir suka-suka... =^.^=