Bertemu di Bis, Berpisah di Terminal

Bertemu di Bis, Berpisah di Terminal
Foto oleh Tom Fisk dari Pexels

 

 

*Cerita ini terinspirasi dari berbagai tulisan di bak truk yang imajinatif seperti "Bertemu di Bis, Berpisah di Terminal"

 

Boiran melihat jam dinding di rumahnya, waktu sudah menunjukkan jam 16.00. Berarti sebentar lagi sudah waktunya meninggalkan keluarganya, di Ponorogo. Rasanya belum puas Boiran melepaskan rindunya kepada Sri, istrinya, dan bermain dengan anaknya yang  berumur 5 tahun, Mustaqim. Sekarang  sudah harus berangkat lagi.  Tapi sebagai supir truk Madiun-Jakarta, ia hanya bisa bertemu keluarga seminggu sekali, dan paling lama  tinggal di rumah 2 malam. 

 

Ia pun bergegas  ke kamar mandi, agar segera siap untuk berangkat. Sri dengan sigap menyiapkan kopi manis dan pisang goreng kesukaan Boiran, serta tas kecil untuk keperluan suaminya selama perjalanan. Tak lama kemudian Boiran sudah siap, terlihat segar, dan dalam pandangan Sri kok tampaknya makin ganteng. Posturnya  yang tinggi, tegap, dan kumisnya yang lebat, membuat seluruh penampilan Boiran macho dan pastinya ngangeni. Sri menarik nafas panjang. Selalu saja terasa berat bila saat perpisahan itu tiba, meskipun sudah sekitar 3 tahun Boiran melakukan perjalanan ulang-alik ini. Berarti sudah ratusan kali mereka saling mengucapkan salam perpisahan, namun rasa pilu selalu menggores di hati.

 Boiran pun merasakan hal yang sama, setiap kali ia harus melangkahkan kaki, tenggorokannya tersekat. “Ah kalau saja aku masih jadi satpam di pasar Songgo Langit, aku akan selalu bisa bersama-sama," kata Boiran dalam hati. Tapi pikiran itu selalu dia halau jauh-jauh. Memang tadinya ia bekerja sebagai satpam, di pasar induk Ponorogo, tetapi 3 tahun yang lalu ia terkena PHK. “ Harus bersyukur bahwa aku sekarang punya pekerjaan,” lanjutnya dalam hati. Boiran sempat menganggur 1 tahun lebih, untunglah ada kerabatnya yang menawarkan pekerjaaan sebagai supir truk. “Tapi kamu harus ngambil truknya ke Madiun lho kang, siap ora?” Boiran menyanggupi. Jadi begitu lah, dari Ponorogo Boiran naik bis ke Madiun, kemudian menyupir truk ke Jakarta, membawa berbagai hasil bumi. Dari Madiun berangkat subuh, sehingga sampai Jakarta sore hari.

 

“Ayo pak, mbok langsung diunjuk kopinya, itu pisang gorengnya masih anget lho,” ucapan Sri membuyarkan lamunan Boiran. Dengan penuh rasa terima kasih, Boiran menyeruput kopi manis dan menyantap pisang goreng yang rasanya legit. Dipandangnya Sri yang setia  dan selalu menantikan kedatangannya dengan gembira. Bagi Boiran Sri masih tetap menawan, meskipun sudah melahirkan 1 anak, tubuhnya tetap langsing, rambutnya yang lurus  panjang sebahu, selalu diikat rapi. Alisnya tebal, dan bibirnya selalu mengulum senyum.  Boiran merengkuh Sri kedalam pelukannya, mengecup bibir dan kening Sri serta menggendong  Mustaqim. “ Bu, bapak pamit ya. Minggu depan aku pulang..” Sri melepaskan pelukannya, dan merangkul Mustaqim yang mulai menangis.

 

Boiran bergerak meninggalkan rumah, berjalan menuju jalan raya, menunggu angkot yang akan membawanya ke terminal Ponorogo. Masih terbayang wajah Sri dan Mustaqim, yang nampak sangat berat melepaskan kepergiannya. “Semuanya akan baik-baik saja,” bisiknya dalam hati.

 

Makin mendekati terminal, perasaan Boiran makin bercampur aduk; ada rasa berat, tetapi ada juga rasa riang, berdebar-debar seperti orang menang lotre. Wajah Sri tetap melekat, namun lamat-lamat dan semakin jelas, muncul wajah Suti, dengan senyumnya yang manis, rambut potong pendek sekuping yang agak bergelombang. Boiran tak kuasa mengendalikan perasaannya, akhirnya ia menyerah pada alur hatinya yang membawanya ke suasana gembira. Suti menyambutnya dengan riang  di terminal. Boiran memeluk Suti dan menggandeng erat tangan Suti, mereka mencari bis menuju Madiun.

 

Boiran bertemu Suti sekitar 1 tahun yang lalu. Suti berjualan pecel di Madiun, namun rumahnya di Ponorogo. Seperti Boiran,  ia selalu pulang pergi Madiun-Ponorogo. Mereka berkenalan di terminal bis Madiun, ketika sama-sama menunggu bis ke Ponorogo. Meski baru kenal, Suti dan Boiran langsung bisa akrab. Suti merak ati, banyak senyum. Ia dengan suka rela menceritakan riwayat hidupnya: janda kembang yang ditinggal selingkuh suaminya. Suti limbung ditinggal suaminya, karena ia tidak memiliki ketrampilan apa pun selain membuat sambal pecel. Suti hancur, hari-harinya diisi tangisan dan keputus asaan, sampai akhirnya sahabatnya mengajaknya menunggu warung pecel di Ponorogo.

 

Suti rajin membantu temannya, memperihatikan cara mengolah sambal pecel dengan kacang tanah yang digongso, kemudian melengkapi sayuran serta berbagai lauk pelengkap: tempe goreng, rempeyek, empal daging sapi. Akhirnya setelah merasa menguasai, dan memiliki tabungan, Suti pun kemudia berjualan pecel sendiri di terminal Madiun yang lumayan laris. Hati Boiran langsung tergerak mendengarkan kisah perempuan yang berjuang untuk kehidupannya. Rasanya ingin ikut meringankan beban Suti, sebaliknya Suti mengagumi Boiran, laki-laki macho yang sangat dekat dengan anak-istrinya. “Wong ngganteng gini kok ya tetap ingat keluarga, padahal supir lho…,” batin Suti.

 

Maka perjalanan Madiun-Ponorogo-Madiun tidak lagi menjadi perjalanan biasa. Itu adalah momen memadu kasih bagi keduanya. Saling berpelukan di dalam bis yang reman-remang, bisik-bisik membagi cerita. Sebelum berpisah di terminal, mereka masih ada waktu untuk memadu kasih di kamar kos Suti di terminal.

 

Boiran tidak ingin melepas Suti, ia juga tidak kuasa pisah dari Sri dan Mustaqim. Ia ingin menunjukkan kesungguhannya dengan Suti,  tapi bagaiman caranya? Untuk menikahi Suti, Boiran tidak berani, membelikan emas berlian, ia tidak sanggup …

 

 Maka pada suatu hari ia pun  meminta tolong tukang gambar untuk   menuliskan di belakang truk  “Bertemu di bis, berpisah di terminal.” Dengan kalimat itu Boiran merasa telah mendeklarasikan cintanya pada Suti kepada publik. “Selama aku masih jadi supir truk ini, selama itu pula aku teriakkan cintaku padamu Suti. Bis dan terminal adalah tempat cinta kita…. Sepanjang jalan Madiun-Jakarta akan kupamerkan cintaku padamu ….”

 Bintaro, 26 Oktober 2020

 

 

 

 

 

 

 

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.