Zoom dan Etika yang Terlupakan
Ketika screenshoot zoom merampas privasi pengguna.

Ayoo ngaku siapa yang kenal aplikasi zoom sejak #dirumahaja ?
Yupz, aplikasi ini begitu tenar digunakan untuk video conference.
Dah padah tau kan, kalau aplikasi ini gratis dengan pembatasan 40 menit jika digunakan oleh minimal 3 orang. Tentunya jika cuman berdua ya tanpa batas.
Tapi kalau berdua aja mending video call pake WA biar nda ribet.
Sekarang yang lagi banyak dijadiin status di medsos adalah screen shoot ketika menggunakan zoom.
Kayak barang mewah aja ya aplikasi ini.
Maklum harganya 14.99 dollar per bulan cukup lumayan disaat dollar ngajak gellut kayak sekarang ini.
Tapi, sebenarnya bukan harga yang jadi patokan kebanggaan orang orang sehingga pede dan bangga membagikan tangkapan layar meeting mereka. Namun lebih ke kebanggan yang baru terhadap teknologi yang sebenarnya sudah lama, namun kita aja yang katrok karena baru kenal.
Di sisi lain, pada saat banyak praktisi security IT mempermasalahkan sistem keamanan dan privasi penggunaan zoom karena info yang diperoleh ada beberapa celah yang memungkinkan hacker jahat mengambil alih kamera dan microphone yang kita gunakan.
Di samping itu ada yang mendapati zoom melakukan tangkapan layar orang orang yang melakukan video conference sebagai koleksi data mereka yang kemudian digunakan untuk kepentingan pemasaran maupun hal lain.
Wallahu a'lam, hal ini tentu perlu pembuktian.
Namun, saya lebih berfikir ke arah penggunanya.
Jika selama ini beberapa orang enggan difoto dengan berbagai alasan terutama alasan privasi dan etika beragama yang tentunya harus dihargai. Dengan video conference ini hak itu seolah terabaikan.
Pengguna lain yang sama sama menggunakan fasilitas tersebut, bebas melakukan screenshoot tanpa izin kepada pengguna yang lain lalu menjadikannya konten dalam media sosial.
Beginilah dunia maya, yang kebanyakan kita berfikir bahwa aturan di dalamnya berbeda dengan aturan di dunia nyata.
Tak jarang orang yang fotonya tidak mudah didapat di media sosial pribadinya, kini bisa didapat dari akun orang lain melalui tangkapan layar video conference.
Ayolah gaez, dunia maya itu tetap punya etika yang harus kita penuhi.
Hargai mereka yang punya sikap menjaga wibawa dengan tidak bergampangan bahkan tidak mau wajahnya beredar di sosmed, apalagi dia adalah seorang wanita yang bisa menimbulkan fitnah jika wajahnya beredar di dunia maya.
Saat para pakar mempermasalahkan pelanggaran privasi yang dilakukan pemilik zoom, kok kita malah melalukan pelanggaran serupa?
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.