Ujung Tali Simpul
*Dalam mengawali sebuah tulisan aku seringkali bimbang harus memulai dengan kata apa. Aku hanya takut, jika nantinya hal yang aku tulis malah menimbulkan tanda tanya.
Sama halnya dengan diriku, tentu kamu juga tidak akan mau kebingungan karena barisan kalimat. Jadi aku memilih menulis apapun dengan kalimat yang paling sederhana.
Mari kita mulai merenung. Pernahkah kamu memperhatikan ujung tali simpul?tali itu memiliki dua ujung, anggap saja ujung satu dan ujung dua. Sama halnya dengan hidup, ia juga memiliki dua ujung. Satu adalah ujung yang benar nyata, sedangkan ujung yang lain hanya ujung ekspektasi belaka.
Misalnya, kamu sedang menyukai seseorang atau mungkin sedang berharap dengan suatu hal. Itu artinya kamu sedang berada dalam satu ujung tali, dengan stimulus-stimulus yang kamu ciptakan seperti "jangan-jangan dia suka aku" atau "aku yakin pasti ini jawabanya" ditambah dengan dukungan orang-orang di sekitar mu yang mengatakan "masak kamu g nyadar sih, kamu memang dianggap special" hingga pada suatu kejadian membuat mu tersadar bahwa "tidak mungkin, itu hanya harap yang tak ada jawab" dalam kurun waktu yang begitu lama kamu sibuk menerka "apakah benar dan nyata" atau jangan-jangan hanya dalam pemikiran dan harapanku saja.
Dari satu ujung tali pertama kamu mulai bergeser, dab tanpa sadar kamu sudah berada di ujung tali yang lain. Tapi, kamu terlalu sibuk menduga-duga kemudian dugaanmu kamu patahkan dengan hal-hal yang sama sekali tidak ada hubungan. Kamu terus menghubung-hubungkan semuanya agar memperoleh jawaban dari pertanyaan yang bermula dari ekspektasimu.
Semuanya berputar pada harap dan patah. Hingga setelah berjalan begitu lamanya, kamu merasa lelah kemudian kamu menyerah. kamu langsung mengklaim bahwa semuanya hanya ekspektasi belaka. Semuanya hanya terjadi dalam pikiranmu, selama ini kamu hanya melakukan pembenaran-pembenaran untuk memenuhi semua harapmu.
Orang bilang "ketika orang hidup dengan dua tali terlalu lama maka dia tidak akan bisa membedakan perbedaan ujung tali tersebut" sama halnya dengan kamu yang tidak bisa membedakan mana hal yang benar nyata dan mana hal yang hanya ekspektasi belaka. Daripada sibuk bertanya jawab dengan dirimu sendiri, menghubungkan sesuatu yang sejatinya tidak berhubungan dan semakin dibingungkan dengan pernyataan orang-orang. Lebih baik kamu mengumpulkan keberanian, pertama berani bertanya dan kedua berani menerima.
Kamu sedang menyukai orang lain atau kamu sedang berharap dengan suatu hal yang objeknga adalah hal lain dari bagian dari dirimu. Maka jawabannya ada pada dia bukan di kamu. Kamu tidak akan menemukan jawaban yang benar hanya dengan mendengar asumsi-asumsi pribadi atau hanya pendapat para ahli (teman, sahabat, orang terdekat). Hal yang kamu butuhkan adalah berani. Jangan sampai kamu sibuk berkutat pada dua ujung tali simpul yang bahkan tidak kamu ketahui apa perbedaannya.
Menyerah?, kamu yakin?pasrah sebelum berusaha?memang mungkin?waktu tidak akan pernah kembali, lalu mengapa kamu masih saja sibuk bertanya pada diri sendiri? sepertinya bahasaku masih rumit, baiklah mari kita sederhanakan. Kamu ingin tahu namaku, maka bertanyalah padaku. Jika kamu bertanya kepada orang lain jawabannya bisa benar dan bisa juga salah karena mungkin aku sudah berganti nama. Untuk itu, maka bertanyalah padaku jangan menduga-duga, menghubungkan hal-hal yang tidak ada hubungannya, apalagi mendengarkan dugaan demi dugaan yang membuat mu kebingungan kemudian berujung dengan lelah dan menyerah.
Semoga paham maksud dari dua tali simpul.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.