Sulap Jagung Rebus

Sulap Jagung Rebus
pict. : unsplash.com

Senyumnya manis, wajahnya seperti emas yang baru disepuh. Bersinar sekali. Kelihatan sekali dia baru saja mandi. Dengan kepala sedikit mendongak, dia mengayuh ringan sepeda kecilnya. Sesekali ia menoleh ke kanan dan ke kiri sambil tersenyum. Lagaknya mirip seorang raja yang sedang dikirab.


Dia baru berpikir ingin menjadi raja setelah aku menanyakan kelak ingin jadi apa. Semenjak itu, cita-citanya telah menjadi alam semesta bagi kesehariannya. Tak perlu menunggu besar atau dewasa, dia sudah menjadi raja sekarang. Dia berhasil memenuhi apapun yang menjadi keinginannya. 


Dia punya sejuta keinginan. Ingin merasakan makan di meja makan, ingin menyalakan kembang api, ingin merasakan dinginnya ruangan ber-AC dan banyak lagi. Tapi dengan mudah dia mewujudkannya. Aku jadi berpikir bahwa sebenarnya ia bukanlah seorang raja, tapi tukang sulap.


Baru kemarin dia bilang ingin naik sepeda. Sore ini ia sudah mewujudkannya. Aku tak tahu sepeda siapa yang dikayuhnya itu dan ilmu sulap apalagi yang dipakainya. Dia tak pernah punya sepeda. Ayahnya yang seorang tukang batu pastilah kesulitan untuk mewujudkan itu. Sementara ibunya, kadang kala menjajakan pastel milik Cik Lusi--asal ketiga adiknya tidak sakit atau rewel. 


Sampailah dia di persimpangan lalu menyerahkan sepeda itu pada seseorang, mungkin pemiliknya. Pandangannya terarah pada penjual jagung rebus aneka rasa di seberang. Tak berselang lama, segerombol anak berlari mengerubuti penjual itu. Dia juga. Tercium aroma manis dan gurih. Butir-butir jagung yang telah diserut memenuhi tempatnya bahkan ada yang berjatuhan. Kebanyakan dari mereka memilih kental manis coklat untuk tambahan rasa. Dibanding keju parut atau meses, itulah yang paling melimpah. Malahan sampai meluber keluar gelas plastiknya dan menetes-netes di jari anak-anak itu. 


Anak-anak menyingkir dari kerumunan dengan membawa jagungnya masing-masing. Tentu saja kecuali dia. Dia mendekati ibunya yang memanggil dari kejauhan. Tak ada kata keluar dari mulutnya. Mereka berjalan pulang. Kali ini, tukang sulap itu memilih untuk tidak mewujudkan keinginannya. 


Tapi ternyata tidak. Tiba-tiba ia berlari meninggalkan ibu dan adiknya. Dia mendekati salah satu temannya yang sedang makan jagung rebus. Dia meraih tangan temannya itu lalu menjilatnya. Dia mengecap rasanya sambil tersenyum mengangguk-angguk. Ibunya melihat dari kejauhan lalu berlari meninggalkan tempat itu dengan menyembunyikan wajahnya.

    

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.