Sahabat

Kisah persahabatan yang terlalu manis untuk dilupakan

Sahabat
friendship

You’ve Got Friend In Me

Randy Newman

You've got a friend in me
You've got a friend in me
When the road looks rough ahead
And you're miles and miles
From your nice warm bed
You just remember what your old pal said
Boy, you've got a friend in me
Yeah, you've got a friend in me

You've got a friend in me
You've got a friend in me
You've got troubles, and I've got 'em too
There isn't anything I wouldn't do for you
We stick together and can see it through
'Cause you've got a friend in me
You've got a friend in me

Some other folks might be
A little bit smarter than I am
Bigger and stronger too, maybe
But none of them will ever love you
The way I do, it's me and you, boy
And as the years go by
Our friendship will never die
You're gonna see it's our destiny
You've got a friend in me
You've got a friend in me
You've got a friend in me



 

 

Pernah punya sahabat gak? Pasti banyak ya? Dan masing-masing dari mereka mengukir kenangan tersendiri di hati kita. Menyentuh masa lalu kita. Membuat kita menjadi pribadi seperti sekarang ini. Kadang bahkan kehadiran mereka mampu merubah cara pandang kita.

Aku juga punya sahabat yang kupelihara sejak kecil. Maksudnya, aku selalu berusaha to keep contact with my old friends, terutama yang memang bersahabat baik. Tidak pernah membuang teman. Apalagi melupakannya. Berusaha sesekali bertemu, sekedar bertukar kabar via WA atau bahkan FB jika tidak dimungkinkan untuk ngopi atau lunch atau dinner bareng. Maklumlah sahabat 15 tahun yang lalu tentu statusnya tidak sama dengan sahabat sekarang. Sudah sibuk. Sudah tinggi jabatannya. Sudah punya keluarga.

Jaman masih kerja di pabrik sampo, aku pernah punya atasan yang usianya lebih muda. Jaman dulu sih kejadian langka. Tapi sekarang mah biasa hihihi. Karena statusnya bos, jadi kami sering kerja bareng. Field work bareng. Keluar kota bareng dan bersosialisasi bareng. Jadi dibanding teman-teman yang lain, aku masih lebih banyak tahu tentang sobatku ini.

Ada 5 kejadian penting yang terjadi saat kami masih tiap hari bertemu. Pertama ketika dia jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit selama dua bulan. Aku menjenguknya ke rumah sakit setiap ada kesempatan.

Aku bahkan mengajak teman-teman kantor yang lain menjenguknya dan menghias kamar tempatnya dirawat dengan aneka hiasan natal karena dia terpaksa merayakan natal di rumah sakit. Kebayang ya kami bawa pohon natal kecil, berbagai ornament natal, bungkusan kado, dan hiasan ronce bling-bling untuk dililitkan di tiang infusnya. Suasananya sama sekali tidak syahdu karena kamarnya mendadak dipenuhi pelawak dadakan. Penuh canda dan tawa. Sebelum pulang dia menatapku dengan rasa terima-kasih atas penghiburan hari itu karena meskipun aku tidak memberitahunya, dia tahu persis bahwa acara hari itu adalah atas inisiatifku.

Lalu ketika pada akhirnya dia cerita bahwa sebagian besar penyebab sakitnya adalah karena stress berat ditinggal pacarnya yang mirip foto model, dia juga membiarkan aku mengomelinya dengan galak.

“For Godsake!!! Ngapain pake patah hati siiy???? Bodoh. Pake sakit segala lagi. Emang kalo lo sakit siapa yang rugi? Emang dia mikirin elo? Elo sendiri yang ribet! Gak kasian apa sama nyokaplu khawatir mikirin elo? Begooo!!!! Diputusin pacar itu hal paling menguntungkan tau! Lo jadi punya alesan cari pacar baru! Yang lebih cakep! Lebih pinter! Lebih sayang sama elo! Gimana siiih??????!!!!!????”

Terus waktu dengan suara pelan dia tanya lagi, “Kalo gak dapet yang kayak gitu lagi gimana?” dan aku makin ngamuk, dia juga diam aja ndengerin sambil nyengir dan garuk-garuk kepala dengan tangannya yang tidak diinfus.

“Lo tuh pinter! Emang kalo difoto sih lo kagak fotogenic (kalo di foto mukanya mirip penjahat hiihi). Tapi aslinya lo tuh macho lho! Ganteng! Lo tuh insinyur lulusan ITB!!! Lo pinter! Karier bagus! Mana mungkin gakkan ada yang mau sama elo?!?! Buka hati-lo deh! Pasti antri tuh cewek2!! Jangan bego ah! Masa kalah ama gue! Gue aja yang udah tiga tahun jomblo gak pernah mau nurunin standard gue tentang cowok yang harus jadi pacar gue!”

Dan begitulah akhirnya, setelah dia akhirnya dinyatakan sembuh dan balik kerja lagi aku tetap membantu jagain makannya. Kalau kerjanya di sekitaran Jakarta sih dia akan bawa makanan yang disiapkan dari rumah tapi kalau lagi keluar kota kami harus lebih hati-hati memilih tempat makan.

Jadi sudah kejadian umum kalau kami keluar kota dan makan di restoran maka aku secara khusus minta ketemu chefnya untuk memesan menu khusus buat dia supaya dia gak sakit lagi. Gak pakai MSG, gak pakai minyak, gak pakai apa lagi yah? I feel like I am his big sister. Jujur ya, selama dia sakit, kerjaan dia jadi aku yang kerjain dan itu sangat tidak menyenangkan makanya sebisa mungkin aku pastiin dia gak sakit lagi. Dua bulan bo! Hahahaa…

But… as a good friend, dia baik banget lho sama aku. Kalau kami keluar kota bareng, dia selalu minta kamar persis disebelah kamar aku supaya aku gak takut sendirian kalau malam, mengingat dia ada di sebelahku katanya. Dia juga sering nungguin aku di halte Halim supaya aku gak perlu naik bus ke kantor. Pulangnya juga begitu. Dia juga paling gampang diajak bareng kalau ada undangan pernikahan teman sekantor saat week end.

Peristiwa kedua yang akan selalu aku ingat sampai sekarang berkaitan dengan peristiwa ngomelnya aku waktu dia sakit dulu. Soal dia seharusnya membuka hatinya untuk sebuah hubungan cinta yang baru.

Rupanya dia mendengarkan saranku. Makanya dia mau saja dikenalkan temannya dengan beberapa orang gadis dari gerejanya. Mulanya sih aku senang. Tapi belakangan aku mulai sedikit menyesal. Karena setiap kali dia ada janji kencan sama teman gadisnya itu, aku harus nemenin. Beneran! Dan ini bahkan bukan double date karena waktu itu aku masih jones.

Kebayang gak? Jalan-jalan ke mall, dia berdua sama teman gadisnya jalan di depan sementara aku ngikutin jalan di belakang mereka sendirian sambil manyun. Kok aku mau? Ya maulah. He’s begging me to join him. Memohon untuk ditemani karena dia tidak mau berduaan sama tuh cewek. Dan aku gak tega bilang ogah. Huhuhu… Aku gak tahu apa yang ada dipikiran gadis itu, kencan dengan pria pujaan sambil diikutin tante tante hehehe.

Peristiwa penuh kenangan ketiga adalah ketika dia bersedia jadi among tamu pada pernikahan adikku. Kayaknya dia tahu aku agak sedih karena adikku merried duluan. Makanya dia mau nemenin. Bahkan bersedia didandanin pakai baju jawa. Beskap, sarung, blangkon dan keris.

Kurasa itu pertama kalinya si Batak ini pakai beskap. Tapi ternyata dia sangat menikmatinya. Ketawa ketiwi menyambut tamu-tamu yang datang, terutama ketika banyak teman dari pabrik sampo juga hadir dan memberi kebahagiaan sendiri buat aku.

Kayaknya teman-teman kantor kami banyak memujinya, dia keliatan pantas jadi orang Jawa hari itu. Buktinya ketika semua panitia yang lain sudah ganti baju dan tamunya sudah bubar dia tetap bertahan memakai beskapnya. Mamaku sampai menggodanya sambil bilang, “Bang, jangan lupa dilepas itu beskapnya jangan dibawa pulang, nanti bayar sewanya dobel,” Hehe.

Aku terpaksa menyeretnya ke kamar ganti buat ganti baju karena dia seneng banget foto-foto pakai beskap. Orang Batak yang aneh. Sekarang, kenangan hari pernikahan adikku ini, selalu membuat hatiku hangat. Bukankah aku memiliki sahabat aneh dan lucu dan keren?

Peristiwa ketiga adalah ketika pabrik sampo membuat acara outing ke Lido. Ada acara makan siang bersama di tengah danau Lido dan kami naik perahu berlima sampai berdelapan untuk makan siang di tengah danau. Dan sahabatku ini adalah satu-satunya cowok di atas perahu kami dan membuat teman-teman kami yang lain menjadi senang sekaligus heran. Senang karena ada cowok ganteng yang bergabung bersama kami, lumayan buat jadi the apple of our eyes kan? Heran kenapa dia join sama kami dan bukan sama perahu lain yang dipenuhi teman-teman cowok kami. Lalu dengan manis dia berkata, “ Gue mau nemenin kikie.”  Lalu aku cerita ke teman-temanku yang lain bahwa kami terbiasa jalan dan kerja bareng.

Di tengah acara makan siang yang asyik itu aku cerita bahwa aku baru baca sebuah artikel di majalah kosmo bahwa ‘gay is a girl best friend.’  Lalu tiba-tiba dia nyeletuk, “Gue gak gay. Tapi gue kan best friendlu?” Lalu dengan cepat saya menjawab. “Berarti in theory, you’re a gay!” Teman-teman kami tertawa.

Dan bukannya tersinggung dia malah senyum-senyum. Sepertinya dia bahkan tidak keberatan disamakan dengan gay, demi bisa satu perahu bareng dengan sahabatnya.

“Gue merasa nyaman aja bareng elo.” Katanya cuek. Dia tidak tahu hari itu, hatiku menjadi lebih hangat mengingat ada sahabatku di dekatku.

Peristiwa keempat terjadi tak lama setelah acara jalan-jalan ke Lido. Aku ada janji dengan seorang pria dari masa laluku. Aku sempat cerita ke dia bahwa pria dari masa laluku ini, dulu pernah menjadi orang yang sangat aku pedulikan. Dan hari ini kami akan bertemu setelah 15 tahun berlalu.

Hari itu ada teman sekantor kami yang meninggal dunia dan bersama sahabatku kami mengunjungi rumah duka tempat teman kami ini disemayamkan. Pulang dari rumah duka aku minta sahabatku mengantarkan aku ke Mall Taman Anggrek. Oh wow 18 tahun yang lalu MTA adalah mall terkeren abad ini. Apalagi ada arena ice-skatingnya kan. Happening banget deh.

Dan aku ada janji dengan pria masa laluku disini, karena memang searah dengan lokasi rumah duka. Sepanjang jalan dari rumah duka menuju MTA dia terus menginterogasiku. Mau ketemu siapa? Kenal dimana? Kok bisa kontakan lagi? Statusnya apa? Beneran deh aku kayak diinterogasi papa aku padahal papaku belum pernah menginterogasi aku hihi.

Dan peristiwa yang takkan pernah kulupakan hari itu adalah ketika dia memaksa mau mengantarku sampai bertemu dengan pria yang kumaksud. Bayangkan! Aku ada janji kencan! Dengan seorang pria yang pernah mengukir kisah masa lalu denganku! Kencan pertama setelah 15 tahun! Dan ada seorang pria muda tinggi besar ganteng item gagah keren ngotot mau nganterin!  Apa kata duniyaaaah????

Jadi dengan penuh ancaman, pelototan dan muka cemberut aku minta diturunkan di lobby. Dan membuatnya berjanji untuk tidak menungguku dan langsung pulang aja. Dan dia masih pesan untuk kasih kabar kalau sudah ketemu dengan si pria masa lalu. Haduh!! Adik kecil yang menyebalkan. Tapi sekali lagi, ketulusan dan rasa pedulinya, diam-diam membuat hatiku hangat. He’s my best friend!

Dan peristiwa kelima atau yang terakhir yang akan aku ceritakan disini ternyata tidak jauh dari kisah pria masa laluku. Iya benar, kencan pertamanya sukses dan disusul dengan kencan berikutnya lalu dalam hitungan minggu si pria masa lalu ini langsung minta aku jadi kekasihnya. (Yey! Yey! Yey! No more jones!!!).

So pada suatu hari aku sakit. Dua hari di rumah dengan tubuh demam. Tulang ngilu. Badan lemas tak bisa digerakkan. Tidak bereaksi ketika mama berusaha membangunkan. Sampai manggil sepupuku yang dokter untuk periksa. Positif DB. Diwaktu yang sama adik dan mamaku juga positif. Aku dibawa ke UGD rumah sakit oleh papaku.

Adikku yang lain entah kenapa menelepon sahabatku. Yap. Betul. Sahabatku dan bukan kekasih baruku untuk menemaniku. Belum sejam di UGD dia datang lho. Duduk diam di sebuah kursi yang dia tarik agar bisa dekat dengan tempatku berbaring. Tanpa memakai kerudung. Masih pakai baju rumah. Dua hari tidak mandi. Pucat pasi dan terus menerus muntah. Dan dia tak bergerak dari sisiku sepanjang siang sampai malam. Tiap kali aku membuka mataku, yang kulihat dia. Jadi aku merem lagi. Dalam hati ngomel berat. Kok dia sih yang dipanggil? Kok bukan pacarku sih? Kan kalo pacarku yang datang aku bisa lebih senang. Bisa manja-manja lah paling tidak. Lah adik kecil yang datang?

Di aplikasi kartu kredit kan suka ada tuh ya. Orang di luar rumah yang dapat dihubungi dalam keadaan darurat. Harusnya kan pacarku yah orang pertama yang harus dihubungi? Tapi kok dia sih orang pertama yang datang bahkan saat aku masih di UGD dan kamarnya sedang disiapkan.

Dia yang mengurus administrasi rumah sakit dan menghubungi HRD kantor. Dia yang menyodorkan air minum tiap kali aku sadar. “Minum dulu Kie.” Terus ngotot nyodorin sedotan ke mulutku meskipun aku bilang aku pusing dan mual.

Dokter dan perawat datang dan pergi. Berbagai tindakan dilakukan kepadaku. Ambil darah. Periksa tensi dan suhu badan. Pasang infus. Dan dia bertahan dikursinya, disamping tempat tidurku, sepanjang hari sampai malam. Baru setelah kamarnya siap dan aku diantar ke kamar perawatanku dia pamit pulang dan itu sudah larut malam.

Meski sepanjang pagi sampai malam itu aku antara ada dan tiada, dalam keadaan pening, mual, lemas dan tak kuat membuka mata, lebih sering tertidur daripada sadarnya, tapi kehadirannya setiap aku membuka mata dan tekadnya membuatku minum supaya aku tidak dehidrasi sudah menyentuh hatiku dengan sangat lembut malam itu. I’d do anything for you my best friend. Nemenin kamu kencan tiap hari juga aku mau. Hehe.

Baru keesokan harinya saat adikku yang kemarin menghubungi dia datang menjenguk, dia baru ingat bahwa sebetulnya aku sudah punya pacar, dan bahwa mungkin seharusnya dia menghubungi pacarku instead of him. Jadi di hari ketiga, disaat kondisiku sudah lebih baik dan sudah sepenuhnya sadar meski masih pusing dan mual, barulah pacarku datang. Heran kenapa baru diberitahu. Lebih heran lagi waktu tahu siapa yang menunggui aku sampai dapat kamar kemarin.

Adikku sampai minta maaf sambil ketawa-ketawa. “Aku lupa mbakie udah punya kamu, Mas.” Katanya tanpa merasa bersalah. Untungnya kekasihku ini sudah kenal sama sahabatku. Jadi dia tahu dia tidak perlu marah apalagi cemburu. “Tidak ada gunanya cemburu. Kalian memang tidak bisa dipisahkan.” Katanya santai. Aku senang dia mengijinkan aku tetap bersahabat J

Lalu apa yang terjadi kemudian? Well life goes-on. Dia sudah menikah dengan seorang perempuan pintar, cantik, dan baik hati. (Apa kubilang, you deserve each other kan!) dan memiliki dua orang putri cantik. Aku juga akhirnya menikah dengan pria masa laluku itu dan punya dua anak yang manis dan loetjoe. Kami masih tergabung dalam setidaknya satu group WA. Masih saling meninggalkan pesan di FB. Masih sharing soal kerjaan dan projek-projek. Meski jarang tapi masih bertemu pada acara reuni alumni pabrik sampo. Dan bahkan beberapa bulan yang lalu kami bertemu di airport secara tidak sengaja.

Dia baru masuk ke departure gate F6 ketika aku sedang berjalan menuju toilet di lantai dasar. Dia memanggilku dengan wajah cerah. Aku langsung berlari dengan gembira kepelukannya. Yap. Kami berpelukan lama sekali. How I miss him! How long has it been? Dia mau ke Makassar sementara aku hendak berangkat ke Medan. Kami sempat bertukar kabar sebelum masing-masing boarding.

Hari itu, 10 tahun setelah aku meninggalkan pabrik sampo, aku teringat kembali akan semua kenangan seru bersama rekan-rekan kerjaku disana, termasuk dirinya. My best friend. Tentu saja dia sudah menjadi seorang Sales Direktur sekarang. Sungguh aku bangga padanya.

Dan meskipun dunia kami sudah berbeda. Meskipun sudah lama tidak bertemu, kurasa dia masih tetap sahabatku yang dulu. Orang yang sudah menyentuh hidupku dan membantu membentuk pribadiku yang sekarang. Orang yang jika aku mengingatnya akan selalu membuat hatiku hangat akan semua kenangan seru dan menyenangkan dimasa lalu.

Orang yang jika dia memanggilku maka aku akan langsung menjawab panggilannya with no questions asked. Aku punya banyak teman, tapi hanya beberapa yang bisa membuatku menjawab with no questions asked. Dia ini salah satunya. Stay humble my dear friend, and stay fabulous!

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.