Pet

Pet

 

“Mama, aku ingin punya Pet!”

“Ya sayang, tapi kamu harus bisa merawatnya, nggak gampang loh punya pet!”

 

Petugas memasukkan seorang pria ke sel aku.

Dia tampak kotor pada hari pertama.

Pada hari kedua, petugas menyuruhnya mandi.

Penampilannya mulai berubah.

Kelihatannya dia masih muda. 

Tapi tubuhnya terluka dari penangkapan. Kelihatannya masih liar.

Dia tidak berbicara sama sekali. Kelihatannya dingin.

Petugas datang memberikan kami makan siang.

Aku makan dengan lahap. Walaupun tidak enak, tapi aku lapar.

Aku harus menyimpan tenaga. Bila petugas menggangguku, setidaknya aku bisa membela diri bisa aku bertenaga.

Pria itu memandangi aku yang sedang makan.

Aku makan cepat cepat agar dia tidak merebut makananku

Lalu aku jatuh tertidur kekenyangan.

 

Seminggu setelah itu, dia mulai membuka suara. Tapi aku tidak mengerti bahasanya.

Entah bahasa apa. Dulu aku pernah belajar beberapa bahasa. Ada sekitar 10 bahasa yang aku kuasai. Aku memang berbakat di bahasa. Hanya 2 bahasa yang aku pelajari di sekolah. 8 bahasa lainnya aku pelajari sendiri. Penasaran, aku mulai mencoba mempelajari bahasanya.

“Kamu nggak bisa bahasa Inggris?” tanyaku.

Dia tidak menjawab. Mungkin dia tidak mengerti.

Beberapa minggu berikutnya dia mulai tersenyum, agak lebih ramah dari sebelumnya.

Saat makan siang, dia memberikan jatah dagingnya untukku.

“Untuk kamu aja, nanti kamu lapar, kan kamu lebih besar dari aku, butuh lebih banyak tenaga!” kataku basa basi. Sebetulnya aku ingin memakan dagingnya.

Mata birunya memandangi aku, tersenyum dan meletakkan daging itu di piringku.

Dia mengucapkan sebuah kata. Setiap kali dia memberikan dagingnya kata itu yang diucapkan.

Aku menduga kata itu artinya daging.

“Daging!, ini namanya daging!” kataku balik mengajarinya bahasaku.

Dia memegang gelas minumnya dan mengucapkan sebuah kata lagi.

“Gelas minum!” kataku.

“Odi” katanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

“Anna” kataku menunjuk diriku sendiri.

 

Berkat ketekunan dan bakatku, akhirnya setelah 3 bulan 1 sel bersama, kami mampu berkomunikasi. Dia sudah bisa bahasaku sedikit sedikit. Aku bisa bahasanya lebih lancar. Kami mulai dekat. Dia lucu juga, kami sering tertawa-tawa bersama. Ternyata Odi seorang astronaut.

Para petugas rupanya senang dengan keakraban kami.

Aku senang memiliki teman, tidak kesepian lagi.

 

“Aku ingin cepat bebas, bertemu keluargaku.” kataku.

“Jangan putus harapan!” katanya.

“Kamu punya suami?” tanyanya.

Aku menggeleng.

“Kamu punya istri?”

Dia menggeleng.

 

Beberapa bulan kemudian, pertemanan kami meningkat menjadi sepasang kekasih.

“Aku ingin punya anak!” kataku.

“Aku juga!, tapi sebaiknya tidak di sel ini, kita harus sabar menunggu kebebasan kita.

Aku tidak mau bayi kita lahir di sel penjara.” kata Odi.

“Tapi apakah kita bisa bebas?, Mungkin kita di penjara sampai mati?” tanyaku.

“Jangan putus harapan. Berdoa saja.” katanya.

Tak lama kemudian aku hamil.

Seharusnya aku bisa sabar menunggu hari pembebasan kami.

Tapi sangat sulit.

 

Para petugas membantu proses kelahiranku. Mereka tampak sangat senang sekali.

Hari ini anakku berumur 3 bulan.

Petugas dengan bangga memamerkan anak kami kepada tamu-tamu mereka.

“Aih lucunya!” seru mereka.

 

Hari ini ada tamu baru datang menjenguk anak kami.

Sepasang suami istri dengan anak mereka.

“Oh imut sekali bayinya!” ujar anak itu.

“Kamu mau bayi itu ?” tanya si ibu.

“Iya mau yang itu!” katanya.

Lalu petugas mengambil bayiku, diberikan kepada keluarga itu.

Aku menangis meraung-raung.

“Dia baru pertama kali melahirkan, masih belum biasa. Nanti kalau sudah biasa juga nggak nangis lagi.” kata petugas itu menjelaskan pada tamunya.

“Anna, Manusia baik, cepat buat bayi lagi ya!” kata petugas itu sambil mengelus kepalaku.

Odi tidak mampu berbuat apa apa.

“Berapa lama sekali manusia bisa memproduksi bayi mereka?” tanya si ibu.

“Tergantung, Aku sudah mempertemukan pasangan ini sekitar setahun, sebelum betina ini hamil. Produksi pertama biasanya agak lama, karena mereka perlu masa perkenalan dulu. Memang begitu di Natural habitatnya di bumi. Tapi setelah saling kenal biasanya cepat produksi kedua.” kata petugas itu.

“Kamu senang bisa punya pet sekarang?” tanya petugas itu pada anak itu.

Anak itu tersenyum. Moncongnya menyeringai lebar. Ekornya mengibas-ngibas.

Dia melompat-lompat senang.

“Ayo kita pulang nak, kita beli kandang untuk bayi manusia ini!” kata ibunya.

 

Keluarga mereka segera pulang.

“Odi, kamu jantan yang hebat, cepat buat bayi lagi yah!” kata petugas itu.

Dia membagikan sejumlah uang pada rekan-rekannya.

“Percepat produksi!” katanya. Moncongnya menyeringai lebar. Ekornya mengibas-ngibas senang.

 

“Aku ingin pulang ke bumi!” kataku.

“Sabar sayang!” kata Odi memeluk dan membelaiku.

“Maafkan aku tidak bisa membelamu, mereka sangat berbahaya!” kata Odi.

“Jangan sentuh aku, aku tidak mau punya bayi lagi!” jeritku.

 

Catatan:

Cerita ini terinspirasi dari melihat Youtube, tentang sepasang harimau yang dijodohkan. 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.