Membangun Komunitas Berkarakter Produktif
Membangun Komunitas Berkarakter Produktif di saat pandemi agar bermanfaat bagi umat hanya dapat dilakukan oleh manusia-manusia pilihan yang memiliki ethos, kecerdasan, dan karakter.

Srie Lahir
Pembina Yayasan Pendidikan Azharul Ulum Sukoharjo.
Pandemi covid 19 telah melanda umat manusia di seluruh dunia, wabah virus yang semula hanya mengancam kesehatan manusia namun akibatnya dapat membawa dampak bencana terhadap segala lini kehidupan. Segala sektor kehidupan telah terdampak dengan adanya penyebaran Covid 19, baik sektor sosial budaya, ekonomi, politik, keamanan, dan ketahanan negara. Sebagai akibat dari dampak pandemi covid 19 tersebut maka seluruh negara di dunia melakukan berbagai upaya guna mencegah penyebaran virus kepada rakyatnya. Boleh dibilang pandemi Covid 19 telah mengakibatkan disrupsi tata kehidupan berbangsa dan bernegara. Khususnya pemerintah Indonesia, berbagai upaya telah dilakukan guna memotong rantai penyebaran virus kepada masyarakat.
Di tengah mewabahnya Covid 19 pemerintah mengeluarkankebijakkan agar setiap daerah melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakkan ini mengatur tentang pembatasan kegiatan tertentu pada penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi C0vid 19 guna mencegah penyebaran penyakit. Kebijakkan ini sering orang mengatakan lockdown, stay at home, atau lockhome. Dalam masa PSBB segala aktifitas yang melibatkan kumpulan orang banyak sangat tidak diijinkan. Meskipun kegiatan pekerjaan dan berkumpul tidak diperbolehkan namun kegiatan dan pekerjaan dapat dilakukan secara daring dengan menggunakan media sosial Zoom atau lainnya.
Komunitas IRo society yang dikomandani oleh Prof Imam Robandi Guru Besar ITS Surabaya dan beranggotakan ribuan orang dari berbagai ragam latar belakang profesi dan pendidikan selalu memberikan layanan untuk menjaga ethos. Berbagai macam kegiatan dilakukan, mulai dari kegiatan saling menyapa, gerakan menulis, temu ilmiah, symposium, seminar nasional, kegiatan pengajian Ramadan, dan Gebyar Syawalan. Dalam kegiatan selalu membahas hal-hal yang menyangkut tentang kehidupan dasar. Berbagai kalangan akademika berbagai perguruan tinggi dan praktisi dihadirkan dalam acara pertemuan virtual. Prof Imam Robandi boleh dikata satu-satunya guru Besar yang bermulti talenta, meskipun beliau berkeahliannya bidang Elektro lulusan dari Universitas Tortori Jepang namun beliau sangat mumpuni bidang ilmu sosial. Disamping sebagai Guru Besar Bidang Elektro beliau juga seorang motivator, Penulis buku, Juru Dakwah, ahli Menejemen Pendidikan, penyanyi, keyboarder, dan juga sebagai Dalang Kondang wayang Kulit. Di tengah belantara jadwal kegiatan yang padat Beliau masih sempat menjaga dinamika melayani para santrinya di Iro Group. Tulisannya bagaikan aliran air yang tidak pernah berhenti, ratusan buku telah dihasilkan, berbagai media terhiasi karyanya, bahkan di Komunitas WA Groupnya tulisannya mengalir setiap lima belas menit. Saya bisa membayangkan betapa kuatnya pribadi Prof Imam dalam menjaga keseimbangan otak kanan dan kiri demi menjaga keselarasan yang dilayani. Saya pernah berdialog dengan ‘Sang Empu’dan saya bertanya apa motivasinya mendirikan komunitas yang tidak sedikit ini dan bagaiman bisa semua terlayani dengan baik. Jawab beliau singkat apa yang dilakukan tidak ada kepentingan untuk pribadi semua dilakukan hanya untuk melayani umat, pengendaliannya bukan dengan kekuatan fikir namun mengutamakan rasa. Ini salah satu resep menjaga keseimbangan hidupnya antar target dan produktifitas.
Pada hari Jum’at tanggal 12 Juni 2020 pukul 20.00 sampai 22.00 Iro Society menyelenggarakan kegiatan Kajian Gebyar Syawalan IRo Online dengan tema Membangun Manusia Komunitas Berkarakter Produktif di Era Pandemi. Gebyar Syawalan malam itu menghadirkan nara sumber Prof. Dr. Budi Santosa Wirjodirdjo Guru Besar ITS dengan Moderator Dr. Kartika Nuswantoro Dosen ITS. Acara Gebyar Syawalan dimulai tepat pukul 20.00 yang dibuka dengan kata pengantar dari salah satu Irowati dari Klaten Ustadzah Dona Elvandari dengan lancar dan cantas namun penuh kelembutan bahwa ciri manusia produktif adalah manusia yang memiliki kompetensi dan berkarakter. Acara semakin seru karena pendaftar sebagai peserta pada malam itu ada 222 peserta berasal dari seluruh wilayah Indonesia dan ada yang dari Austria. Para peserta dibuat tercengang terbengong-bengong dan hanya menunduk khusuk pada saat Prof Imam Robandi bersenandung tembang Jawa dengan mengenalkan titi laras yang berbeda. Dengan mengikuti iringan irama gender yang dimainkan oleh Ki Suwahyo dari STSI Surakarta serta Gong oleh Ki Gito. Ada tiga lantunan Suluk tembang Jawa yang dikumandangkan dengan nada dasar atau titi laras yang berbeda yaitu laras Slendro Manyura, Laras Pelog Barang, dan Pelog Enem. Melantunkan tembang dengan menyesuaikan titi laras/nada dasar itu membutuhkan kecerdasan rasa yang tinggi, namun semua dapat dilakukan oleh Prof Imam Robandi Sang Guru Besar Elektro.
Gebyar Syawalan malam itu menghadirkan nara sumber Prof Budi Santosa Wirjodirdjo Guru Besar alumni Universitas Perancis tampil dengan pakaian Jawa gagrak Mataraman. Mengenakan baju Sorjan hijau toska berbelangkon gaya Jogyakarta menambah kewibawaan dan tampak ilmuwan yang telah ‘meneb’, beliau menyampaikan materi sesuai dengan tema acara. Sebelum memasuki pada materi inti, beliau mengajak webinar untuk tidak terperangkap dalam masalah pandemi dengan menyitir filsafat Jawa, “Dina wingi aja digetuni, dina iki ditlateni, lan dina sesuk digemateni. Filsafat ini mengandung makna agar kita dapat menyikapi hidup di saat ini.
Adapun rangkuman isi materi yang dapat saya terima adalah sebagai berikut. Pertama, Prof Budi mengawali dengan retorika pendahuluan tentang musibah pandemik Covid 19 yang telah mewabah di Indonesia perlu disikapi dengan tenang dan sabar. Pada dasarnya musibah itu berasal dari Allah SWT untuk menguji umatnya agar dapt mengambil hikmahnya. Pada jati diri manusia pada hakikatnya dapat mengatasi masalahnya sendiri seperti pada philosofi Jawa, “Obah Mamah ana dina ana upa. Kabeh titah kagunan daya. Kedua, di saat pandemi yang penuh dengan keprihatinan umat Islam sedang melaksanakan ritual puasa Ramadan karena perintah Allah. Puasa Ramadan pada hakikatnya adalah pendidikan bagi manusia agar dirinya memiliki karakter hidup yang dapat menguasai hawa nafsunya sehingga setelah selesai puasa karakter tersebut dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Ketiga, beliau menerangkan bahwa manusia hidup itu hendaklah dapat menjadi manusia yang berguna bagi sesama dengan bermodalkan kompetensi dan karakter. Ada delapan kompetensi atau kecerdasan manusia yang dapat dipergunakan sebagai landasan hidup. Delapan kecerdasan tersebut antara lain Kecerdasan linguistik, kecerdasan Matematik, Kecerdasan Intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan spasial, kecerdasan kinetik, dan kecerdasan naturalis. Untuk menjadi manusia yang berguna bagi sesama atau manusia produktif tidak mesti memiliki kedelapan kecerdasan, bisa jadi hanya satu kecerdasan jika diwujudkan dalam perilaku akan menjadi bermanfaat bagin orang lain.
Membangun Komunitas Berkarakter Produktif, maksudnya bahwa manusia itu makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Oleh sebab itu hendaklah manusia dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi sesama. Jiwa kepribadian yang terbentuk dari internalisasi nilai kebaikan yang diyakini dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari membentuk karakter manusia. Apabila setiap anggota komunitas/masyarakat telah memiliki karakter yang terbentuk dari nilai kebaikan yang bersumber dari agama dan ilmu maka akan membentuk budaya atau kultur. Jadi komunitas yang berkarakter produktif itu adalah sekumpulan kelompok manusia yang dalam dirinya memiliki karakter yang diwujudkan dalam perilaku dan dapat mengendalikan suasana atau bermanfaat bagi sesama. Jadi kata kunci komunitas berkarakter produktif adalah laku dan dapat mengendalikan suasana. Seperti halnya filosofi Jawa bahwa manusia berkarakter produktif itu dapat Memayu Hayuning Sarira (membangun kualitas diri), Memayu Hayuning Bangsa (berjuang untuk bangsa), Memayu Hayuning Bawana (membangun kesejahteraan masyarakat). Komunitas berkarakter produktif di saat pandemi harus diwujudkan sebagaimana hikmah menjalankan puasa selama satu bulan yang tujuannya menjadi manusia yang suka berbagi, dapat menahan hawa nafsu serta suka memaafkan orang lain. Demikian Prof Budi santosa menyampaikan materinya dengan tenang dan penuh kewibawaan sehingga peserta sangat antausias tanpa merasa lelah.
Acara Gebyar Syawalan dilanjutkan tanya jawab dari para peserta kepada dua pemateri, semua pertanyaan sekitar karakter produktif telah dijawab dengan jelas oleh nara sumber. Di penghujung acara akhirnya Prof Imam Robandi segera memberikan penegasan sebagai closing statement. Menjadi Manusia produktif itu hendaklah kita memilki Ethos karena waktu yang kita miliki itu terbatas, setiap orang itu bersaing, dan hendaklah kita dapat membaca sekitar kita. Langkah yang harus kita lakukan adalah menjaga silaturahim, meningkatkan kualitas diri, teruslah berkarya/menulis, dan jaga kesehatan. Menjaga keberadaan (Existing) agar selalu ada di tengah komunitas atau masyarakat hendaklah kita dapat menjaga kestabilan antara produktifitas dan target yang diharapkan. Janganlah kita menjadi manusia gagal yang hanya menjadi penonton kesuksesan orang lain dan orang malas yang hanya menunggu keajaiban. Menjadi penonton sangatlah mudah, semua orang dapat melakukan, menunggu keajaiban hanya menghabiskan waktu, dan sangat bergantung pada orang di sekitar. Membangun Komunitas Berkarakter Produktif di saat pandemi agar bermanfaat bagi umat hanya dapat dilakukan oleh manusia-manusia pilihan yang memiliki ethos, kecerdasan, dan karakter.
______________________________
Sukoharjo,120620
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.