Marketing Kecelakaan

Jangan sembarangan pasang foto di medsos, bisa-bisa daganganmu laris!

Marketing Kecelakaan
22 Desember 2021 telah tiba. Tanggal di mana biasanya banyak orang akan berdebat, apakah ini Hari Perempuan ataukah Hari Ibu. Namun, buat saya, 22 Desember yang dulu saya kenal sebagai Hari Ibu, adalah salah satu momen yang selalu mengingatkan saya akan almarhumah Ibu saya. Hari apapun kini namanya.
 
Yang berpikiran seperti itu rupanya tak hanya saya sendiri tuh... Lihat saja, linimasa facebook dan Instagram saya penuh dengan foto-foto para ibu dari teman-teman saya. Dipasang untuk mengungkapkan pemujaan kepada para ibu mereka, tentunya. Sweet!
 
Melihat itu, saya jadi ingin juga memasang foto Ibu saya. Tapi, kerjaan sedang ribed nih, terlalu repot mengorek album-album foto untuk mencari foto lawas Ibu. Malas repot sih, tepatnya…
 
Tapi, tiba-tiba saya dapat ide yang saya anggap sangat brilian! Pada tanggal yang sama, buku antologi saya bersama dengan beberapa teman, telah keluar dari percetakan. Tepatnya, pada tanggal tersebut, 22 Juli 2021, Mas Andung Yulianto dari Penerbit Bravebooks mengabarkan bahwa buku-buku pesanan kami sudah menuju alamat kami masing-masing.
 
Buku antologi bersama tersebut berjudul Kenangan Jambu Kluthuk. Merangkum 21 tulisan dari 10 peserta kelas menulis WA batch 12 dari The Writers.
 
Pada antologi tersebut, ada empat tulisan saya. Tiga cerita di antaranya bercerita tentang Ibu saya. Nah, boleh juga nih momennya… Maka, saya pasanglah foto buku-buku antologi kami tersebut, sebagai pengganti foto almarhum Ibu.
 
Selamat Hari Ibu, untuk almarhum ibuku, yang penggalan² kenangan akannya sedikit kutorehkan di buku ini…
 
Demikian caption mellow-mellow-tidak yang melengkapi foto tumpukan buku antologi itu.
 
Tapi, rupanya suatu ‘kesalahan’ telah kulakuan. Walhasil, pada foto tersebut, beberapa teman dan kerabat berkomentar minat beli.
 
Duh…
 
Sungguh, saya enggan jualan. Karena, jualan buku secara pesan-transfer-kirim itu, perlu perhatian serius. Lebih mudah jualan secara langsung. Di mana saya bertemu dengan teman-teman, tak sengaja atau secara khusus, lalu saya todong mereka untuk beli. Seperti yang saya lakukan pada buku antologi pertama saya sembilan tahun lalu.
 
Antologi Kenangan Jambu Kluthuk ini merupakan antologi kelima saya di 2021, dan merupakan antologi ketiga yang bisa atau harus dijual oleh saya sendiri. Jualan yang pertama, saya lakukan dengan sungguh-sungguh, karena memang sedang banyak waktu. Terasa betul keruwetannya—mungkin karena saya tergolong pemalas ya… Tapi, jumlah buku yang saya jual ternyata lumayan. Saya bahkan menjadi penjual terbanyak, sehingga dapat hadiah dari penerbitnya. Horeee…
 
Buku kedua, saya tak ikut jualan karena sadar keribetannya, sementara lumayan sedang sibuk dengan kerjaan sih... Maka, buku ketiga ini, Kenangan Jambu Kluthuk, saya putuskan tak hendak menjualanya. Pekerjaan-pekerjaan di bulan terakhir 2021 ini juggling-nya saja sudah setengah mati.
 
Namun, ibarat kata pepatah, manusia berencana Tuhan yang menentukan.
 
Paket buku pesanan saya dari Mas Andung datangnya dobel. Saya memesan 12 eksemplar, yang tiba di pangkuan saya 24. Daripada mengirimkan kembali ke penerbit, lebih praktis menjualkannya saja, demikian menurut pandangan saya. Jadi, saya pasang elyer jualan.
 
Laris manis, oy! Nyaris 24 eksemplar itu habis terjual semua, termasuk sebagain dari jatah untuk saya bagikan ke orang-orang tertentu. Ada juga yang belum kebagian.
 
Tak sangka, ternyata dahsyat juga marketing kecelakaan yang saya lakukan. Hmm…, mungkin alih-alih kecelakaan, sebaiknya saya sebut berkah saja. Semesta yang telah mengaturnya. Laris manis! Biarpun repot. Haha…
 
Sesungguhnya, bahagia juga karena literasi saya mendapat dukungan dari teman-teman dan kerabat. Waktunya mencolek Mas Andung untuk pesan stok lagi nih...   =^.^=

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.