Lapis Legit

Lapis Legit

"Yeaaayyyy!" Tanpa sadar aku berteriak kegirangan.

Akhirnya, hari ini, aku berhasil membuat Lapis Legit. So obses sama yang namanya Lapis Legit, Cake manis yang berlapis-lapis. Bahannya Premium dan mahal karena hampir separuhnya terdiri dari Butter dan Telur.

Bayangin! Dibutuhkan sedikitnya 25 butir Kuning Telur dan 500gram Butter sebagai bahannya. Belum lagi manggangnya yang harus sabar karena dibuat layer by layer. Minimal kita butuh waktu 3 jam di depan oven untuk mendapatkan 1 loyang Lapis Legit. Dan hari ini aku berhasil menyelesaikan Lapis Legit pertamaku..

Bicara Lapis Legit, ada memory tersendiri buatku. Duluuuuu sekali, aku pernah bertunangan dengan seorang lelaki keturunan Tionghoa. Sudah 8 tahun kami menjalin hubungan. Ada ketentuan tidak tertulis dalam budaya Tionghoa bahwa "Kesabaran" seorang calon menantu/Istri, bisa dilihat dari hasil Lapis Legit yang dibuat. Keliatannya sederhana, kan? Tapi ternyata tidak semudah itu. Boro-boro Lapis Legit, ke dapur aja aku jarang. Hehehe...

Setiap akan menghadapi Imlek, Aku selalu melihat Mami tunanganku berjibaku di dapur membuat berloyang-loyang Lapis Legit. Sambll meletakkan loyang-loyang berisi lapis legit, calon mertuaku berkata," Ini untuk Oma, ini untuk Tante Anu, ini untuk Oom Anu."

Dapur penuh dengan alat-alat memasak dan bahan-bahan untuk membuatnya. Di jaman itu membakarnya masih pake alat yang menurutku tradisional. Ada "Baking Pan" ada "Otang/Oven Tangkring" yang di atasnya diisi dengan areng yang membara yang harus dijaga kestabilan panasnya. Semua alat-alat tersebut baru dikeluarkan dari lemari penyimpanan demi si Lapis Legit.

Tidak ada yang bisa mengganggu sang Mami kalau jadwal Lapis Legit dimulai. Meleng sedikit, waduh,  adonan gosong. "Repot banget" gumamku. Karena proses pembuatannya butuh waktu lama, kadang Mami sampai tidak sempat makan dan ke toilet. Hadeuuhh.. Adik-adik tunanganku yang kebetulan perempuan semua, ikut membantu sang Mami. "Sekalian belajar" Begitu katanya.

Ketika Imlek tiba, semua lelah dan letih it akan terbayar.. Rasa Lapis Legit Sang Mami memang juara. Makan satu iris saja udah pasti ga cukup. Iya.. ada beberapa macam makanan yang wajib terhidang di meja ketika perayaan Imlek. Dan setiap jenis makanan mengandung filosofi tersendiri.

Ada Mie goreng yang berarti panjang umur. Ada dodol yang artinya lengket/melekatkan persaudaraan. Ada permen dan manisan yang berharap hidup akan manis di tahun depan, Lapis Legit yang berarti rejeki yang berlapis-lapis.

Biasanya Aku ikut dalam tradisi mereka. Kami berkunjung kerumah Saudara dan kerabat ketika Imlek. Hampir di setiap rumah, terhidang Si Lapis Legit. "Ini buatan Cik Anu, cobain deh.." Begitu selalu kata-kata yang kudengar. Rata-rata mereka yang punya anak perempuan, membanggakan Lapis Legit buatan anaknya.

Melihat situasi itu, aku langsung jadi minder. Pernah ku tanya pada Tunanganku "Kalau saya ga bisa bikin Lapis Legit gimana?"

Dia tersenyum "Nanti bisa belajar"

Tiga hari kemarin, ada Latihan Bersama di komunitas Dapur Ngebulku. Ga tanggung-tanggung, yang ngajar suhunya Lapis Legit. Namaku ada di urutan pertama ketikan jadwal LatBar yang diumumkan di WAG. Hari itu, aku bolos dari kantor. Anak-anakku nginep di rumah adikku sejak kemarin. Sudah kuniatkan mau praktek hasil LatBar kemarin. Bahan-bahan juga sudah kusiapkan.

Bangun pagi ini aku bersemangat sekali dan langsung menuju dapur. Sendirian kuikuti langkah demi langkah mengikuti catatan yang diberikan "Cikgu", demikian aku memanggilnya kemarin. Timbang sana, timbang sini. Aduk sana, aduk sini. Kocok sana, kocok sini. O, iya, resep asli Cikgu kumodifikasi sedikit; kutambahkan Kopi. Karena Tunanganku penggila Kopi. Akhirnya.. Jadilah adonan si Lapis Legit, tinggal memanggang: The hardest part!

Kusempatkan untuk makan siang dan ke toilet dulu sebelum memanggang, karena pasti nanti ga sempat. Selapis, demi selapis, kutuang dan kupanggang adonan. Lapis 1, Lapis 2, Lapis 3 tabur Kenari. Konsentrasi penuh. Aku tak mau gagal. Mataku berkaca-kaca.. 4 jam penuh kuhabiskan di depan oven. Sampai di lapisan terakhir, kutata Kenari satu persatu sambil membayangkan bagaimana dulu Mami menatanya dengan cantik. Deg-degan sekali rasanya. Kumasukan kembali ke dalam Oven, tidak kutinggal kemana pun, mataku lurus menghadap loyang di dalam.

Kriiingg.. alarm di ovenku berbunyi. Kulihat, sudah cukup coklat warnanya. Kukeluarkan loyang dari oven dengan hati-hati. Kuangin-anginkan sebentar, begitu kata Cikgu. Kumiringkan loyang, ke kiri dan ke kanan meniru Cikgu kemarin. Ketika akhirnya kubalik loyang ke atas rak pendingin.. tangisku pecaaaahhh... Aku berhasil!! Tunai sudah janjiku, bisa membuat Lapis Legit.

Manusia berencana, Tuhan juga yang menentukan. Tunanganku meninggalkan aku dan janji Lapis Legitku selama-lamanya. Aku tak percaya ketika orang-orang bilang alasan kepergiannya adalah "Kecapean." Kami cuma pergi ke Tanah Abang untuk membeli sprei buat kamar pengantin kami.

Kuguncang-guncang kuat tubuhnya yang membiru "Bangun, banguunn.. ayo banguunn.. Huhuhuu...!" teriakku histeris. Selanjutnya aku sudah tidak ingat apa-apa lagi.

Kurapatkan kerudung putihku. Di pojok sana kulihat Mami dan adik-adik perempuannya tak berhenti menangis. Kupandang tubuh yang terbujur kaku di hadapanku. Sayup-sayup kudengar bisik-bisik para tamu di sampingku "Itu calon Istrinya."

Kuhapus air mataku, Kucium lembut keningnya, Kubisikan di telinganya "Saya akan belajar bikin Lapis Legit, Saya janji!"

Dan hari ini, 30 tahun kemudian. Kutuntaskan janjiku membuat Lapis Legit. Lapis Legit ini buat kamu di Surga Lapis Legit "Heaven" Andara,

Februari 15.2020

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.