Ketika Kucing Berdamai Dengan Tikus

Perang itu mengakibatkan penderitaan; stop nafsu angkara murka. Beda pendapat itu hal biasa, jangan mau dipecah belah.

Ketika Kucing Berdamai Dengan Tikus

           Timbul berbagai pertanyaan di hati, ada apa dengan dua binatang tersebut, bukankah biasanya tikus adalah makanan lezat bagi kucing. Daging segar yang dilahap hidup-hidup dan dapat mengenyangkan si-pemangsa. Kalimat  tersebut dimaksudkan untuk mengantarkan pembaca setia yang budiman ke dalam suasana dunia sejak invasi Rusia ke Ukraina tanggal 24 Februari 2022.

            Masih segar dalam ingatan kita bahwa setiap peperangan tentu manusia diliputi rasa takut, was-was, stres dan depresi yang sangat mengganggu hidup manusia namun, angkara murka, kemarahan dan hasrat untuk saling menghancurkan sudah terlanjur tersulut dan berkobar sehingga tidak mudah dipadamkan. Sekali bensin sudah disiramkan ke api, maka yg terjadi adalah panas membara-hancur-rusak semua dan fatal akibatnya. Itulah yang kini sedang terjadi di belahan dunia sana yakni Rusia vs Ukraina, di bawah komando Vladimir Putin melawan Volodymyr Zelensky.

            Kita hidup di zaman kini, penulis pun tidak mengalami hidup susah ketika terjadi Perang Dunia I meletus tanggal 24 Juli 1914; begitu juga sewaktu Perang Dunia II pecah tanggal 1 September 1939. Berhubung kejadian itu adalah fakta sejarah, maka semuanya bisa dipelajari. Hampir enam tahun Perang Dunia II berlangsung (1939 – 1945), sebuah perang global yang melibatkan banyak negara besar di dunia. Aliansi Sekutu adalah Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, China, Prancis, Belanda, Polandia dan Australia. Sedangkan dari negara yang masuk ke Aliansi Poros adalah Jerman, Jepang, Italia, Hongaria, Rumania dan Bulgaria (secara garis besar ada dua front).  Jumlah korban tewas sekitar 55 juta orang di seluruh dunia; perang ini adalah konflik terbesar dan paling destruktif sepanjang sejarah.

            Perang dunia II berakhir tahun 1945, kemudian dunia ‘damai’ sekitar 77 tahun lamanya dan kita berkesempatan menghirup udara damai; akankah kita kembali pada situasi hiruk-pikuk bunyi dentuman meriam, bom dan peluru-peluru tajam yang berdesing dan melayanglah jiwa-jiwa ‘tak berdosa’ dengan sia-sia. Begitu banyak perempuan dan anak-anak harus mati sebagai korban perang. Situasi mengharukan karena anak dan isteri harus pergi mengungsi sementara suami harus berperang sebagai tugas negara, yang semuanya itu belum tentu selamat. Gedung-gedung megah dan penting, fasilitas umum yang dibangun dengan susah payah, sekolah-sekolah dan tempat ibadah harus hancur berkeping-keping karena keganasan dan angkara murka yang terlanjur tersulut dan berkobar.

            Itulah kondisi Rusia vs Ukraina yang sedang hot-hot nya untuk saling baku hantam dan menerkam satu sama lain. Dalam peperangan tidak ada hal yang membawa kebaikan sama sekali, yang ada hanyalah kehancuran di sana-sini dan ekonomi menjadi morat-marit. Oleh karena itu, stop war! berhentilah berperang dan urus negara sendiri masing-masing, karena toh ujung-ujungnya nanti adalah kesengsaraan/penderitaan yang luar biasa. Jangan sekali-kali berpendapat bahwa jika tidak ada perang, maka pabrik-pabrik senjata menjadi bangkrut/tutup dan mati. Memperhatikan kepentingan ekonomi dan geo politik itu bagus tapi kan tidak harus dengan cara berperang.

Memicu Dan memacu Perang Dunia III?

            Sekali lagi penulis tekankan bahwa tidak ada gunanya perang dunia, karena semua pasti akan hancur, semua akan kena dampaknya. Oleh karena itu, dari lubuk hati yang paling dalam penulis ingin ikut mendukung negara-negara yang telah menjatuhkan sanksi kepada Rusia, antara lain:

  1. Amerika Serikat;

Sanksi kepada dua bank yang dinilai sebagai lembaga finansial penting bagi Kremlin dan militer Rusia. Sanksi di bidang ekspor-impor, penjualan dan penyediaan barang serta layanan dan teknologi langsung maupun tidak langsung dari wilayah yang dikuasai Putin. Joe Biden pun telah melarang 13 perusahaan yang dimiliki Rusia untuk menggalang dana di negara Amerika.

  1. Jerman;

Kanselir Olaf Scholz menangguhkan sertifikasi pipa Nord Stream 2 yang mengalirkan gas Rusia ke Eropa melintasi Jerman.

  1. Inggris Raya;

Kerajaan Inggris menjatuhkan sanksi pada 5 bank Rusia. Britania juga menghukum 3 orang yang memiliki nilai kekayaan yang tinggi dan dekat dengan Vladimir Putin.

  1. Uni Eropa;

Perserikatan di Benua Biru memasukkan sejumlah politikus dan pejabat Rusia dalam daftar hitam.

  1. Jepang;

Perdana Menteri Fumio Kishida mengumumkan bahwa pemerintahnya akan menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas serangan ke Ukraina dan melarang penerbitan obligasi Rusia serta pembekuan aset sejumlah tokoh Rusia.

  1. Taiwan;

Akan menghentikan ekspor semikonduktor dan suku cadang yang penting bagi industri di Rusia.

Apakah dengan demikian berarti penulis tidak ‘sayang’ kepada Rusia? Bukan………bukan….. sekali lagi bukan, karena penulis mempunyai rasa empati dan simpati kepada kemanusiaan. Segala hal yang menyangkut hidup dan kedidupan manusia hendaknya dijalani dengan damai, penuh welas dan asih (belas kasihan). Sebagaimana yang penulis pelajari dari Buku The seven habits of highly effective people yang ditulis oleh Stephen R. Covey, pada habit yang ke 5 jelas-jelas mengajak setiap manusia untuk mampu dan mau memahami terlebih dahulu baru dipahami (first to understand and then to be understood). Mengalah bukanlah berarti kalah, jangan suka memaksakan orang lain mengerti tentang kita tapi berusahalah untuk mengerti orang lain lebih dahulu.

Mendengar kata perang, sayup-sayup dari kejauhan terdengar jeritan anak kecil: ‘Stop Putin…..Stop Putin…..!’ Suara itu sungguh menyayat hati siapapun yang mendengarnya.  Penulis pun ingin rasanya berteriak: ‘Wahai Mr. Putin yang terhormat, orang pintar yang berjasa kepada Rusia, dengarkanlah baik-baik himbauan negara-negara  di sekitar mu; hentikan nafsu perang mu, sehingga tidak berlanjut sanksi-sanksi itu karena nanti pasti akan mempersulit negara mu, percayalah!’ Kalau kucing saja kini bisa berdamai dan bersahabat dengan tikus, mengapa engkau tidak Putin? Kami masih mau hidup di dunia yang aman-tentram-damai!

 

Jakarta, 6 Maret 2022

Salam penulis: E. Handayani Tyas; Universitas Kristen Indonesia – [email protected]

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.