Ketegangan

Cerita 1 : Part 2
Dimalam sebelum keberangkatan, ak bersiap-siap. Semua kebutuhan ku masukkan ke dalam ransel. Keesokannya, sopir dari travel yang akan ditunggangi menghubungi.
"Mbak, saya njemput jam 4an. Siap-siap ya!"
Aku yang tidak suka ditunggu lama oleh orang, berencana bersiap-siap pukul 12 siang. Dibenak ku, tidak ingin tergesa-gesa. Pukul 2 siang, sopir itu mengabari kembali akan menjemput pukul 3 sore. Tampak terdengar dari nada bicara lewat telfon, dia sopir yang sedikit buru-buru.
"Siap ya mbak, saya jemput!"
Sebelum pukul 3 sore aku sudah menunggu travel yang hendak menjemput. Tepat pukul 3, ia datang. Aku sudah melihat kedatangan travel tersebut. Tiba-tiba sang sopir menelfon.
"Mbak, saya sudah sampai"
Rasanya seperti diburu-buru, dikejar oleh hantu. Dengan sedikit berlari aku menuju mobil dan membuka pintu. Namun, tak lama sopir itu menghampiri dan menawarkan untuk menaruh barang di bagasi. Melihat sopir itu, aku berfikir bahwa ia adalah orang yang gesit.
Setelah menjemput ku, dilanjutkan dengan menjemput penumpang yang lain. Tampak dari sopir itu tidak sabaran. Kami menunggu penumpang tersebut hampir 30 menit. Ternyata mereka sedang sholat. Sedikit keluhan sang sopir terdengar oleh ku yang duduk di kursi paling belakang.
Penjemputan berlanjut ke beberapa penumpang lainnya. Sejak awal perjalanan, sopir akan bergumam ketika kemacetan kota menghalangi jalannya. Mobil APV itu melaju dengan kencang. Terobos sana terobos sini. Kelok kanan, kelok kiri. Aku masih berpikir positif melihat kelihaian sang sopir. Memang sopir yang handal. Sepertinya sopir travel memang harus begini....sat set sat set.
Tiba-tiba terbersit di dalam pikiranku. Apa yang akan terjadi?
Kami sudah sampai di Jombor. Perempatan yang ramai. Dari semua sisi jalan, kendaraan ingin melaju mendahului yang lain. Termasuk mobil yang ku tunggangi. Tiba-tiba dari arah Utara (kanan posisi kami) melaju sebuah motor ojek yang membawa penumpang. Mobil kami juga melaju sedikit terburu-buru. Dan aaaaaaaaaaaaa!!!! Teriakan orang di jalanan terdengar hingga ke dalam mobil.
Aku melihat dengan jelas tabrakan itu terjadi. Taget dan tubuhku gemetar. Penumpang lain seorang wanita paruh baya, menyuruh sang sopir untuk berhati-hati. Rem mendadak dilayangkan, tetapi ini sudah terjadi. Aku tidak berani melihat apa yang terjadi di luar sana. Orang-orang berlarian, turun dari kendaraannya masing-masing untuk menolong. Kemacetan terjadi. Ekspresi wajah orang-orang di jalanan tampak "ngeri" ketika melihat korba.
"Apa yang mereka lihat"? Tanyaku dalam hati
Beberapa bapak-bapak mengerubungi mobil kami. Membentak sang sopir. Sedangkan sopir kami terus berteriak mengelak, bahwa ia tak bersalah.
"Ibu itu yang menabrak, bukan saya. Lihat dulu posisi saya" teriak sang sopir terus menerus.
Salah satu bapak yang diluar menjawab, "Tetap saja, tetap saja."
"Bukan saya yang salah." Balas sang sopir
"Saya ke kiri dulu menurunkan penumpang." Lanjut sang sopir ke arah kerumunan masa.
"Jangan lari!!" Salah satu bapak-bapak meneriaki.
"Saya tidak lari, saya ke kiri dulu menurunkan penumpang." Balas sang sopir sambil berteriak.
Mobil yang kami tunggangi diarahkan ke selatan untuk menepi. Sekitar 500 m dari titik kejadian. Ketika mobil dibelokkan, aku sempat mencuri pandangan untuk melihat korban. Untungnya aku tidak melihat korban dengan jelas, hanya melihat anak dewasa yang menjadi penumpang yang terbaring tidur. Aku tidak berani melihat lebih lama lagi. Rasa takut menyelimuti ku.
Polisi menyambangi tempat kami parkir. Aku melihat dari kaca mobil sang sopir dan polisi berbincang-bincang. Tak lama kemudian terdengar suara sirine mobil polisi. Aku melihat dari kejauhan, sepertinya korban dilarikan ke RS terdekat.
Sang sopir masuk ke mobil dengan sedikit omelan. Menguatkan diri bahwa ia tak bersalah. Beberapa foto bekas tabrakan itu ia perlihatkan ke penumpang. Berusaha membuktikan dirinya tidak bersalah.
Perjalanan menuju Bandung sedikit tertunda. Penumpang yang lain terus saja membicarakan kecelakaan itu. Aku hanya mendengarkan tanpa komentar. Tetapi mendengar pembicaraan itu, tetap saja sopir itu yang salah.
Terpaksalah mobil untuk melanjutkan perjalanan ke Bandung diganti. Seorang penumpang wanita memperingatkan agar sopir yang baru ini lebih hati-hati. Perjalanan begitu terasa mulus. Penumpang tertidur di dalam mobil adalah suatu hal yang wajar. Ketika waktu sholat tiba, sopir akan berhenti di SPBU untuk sholat. Diikuti oleh penumpang lainnya.
Bruuk!...
"Allahuakbar!!" Teriakku taget
Beberapa jam sebelum sampai di Bandung. Kira-kira pukul 3 pagi. Aku tersontak kaget dari tidurku. Ternyata sebuah mobil menubruk mobil kami dari arah belakang. Salah satu penumpang paruh baya berkomentar, "sama saja!!"
Sekitar pukul 7 pagi, tibalah kami di Bandung. Waktunya sopir mengantar tiap penumpang ke masing-masing tujuan.
To be continued
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.