Keruh

Emosi jiwa yang terpendam

Keruh

Senin pagi di kota Medan,Gerimis hujan mulai terdengar diatas atap seng rumahku,muka dan mataku belum sepenuhnya pulih pasca dua hari bergadang menemani gadis pujaan hati yang galau karena masalah pribadi.Sebagai seorang cowo aku gak tega melihat kondisi pacarku.Sehari - hari murung karena harus mengurung diri didalam rumah,tidak berani keluar alasannya sepele,"malas ketemu orang".Sempat aku tanya pelan-pelan ada apa sebenarnya sehingga wajah cantik ceria,mata indah bola pingpong nya berubah sendu dan sayup.
Aku pun belum terlalu tau duduk persoalan yang menimpa kekasihku ini.Lagu galau tahun 2000 an yang diputar membuat suasana rumahku menjadi semakin sendu.Aku tinggal bersama abang dan istrinya di rumah,pacarku aku minta tidur dikamar kecilku yang jendela bagian belakang nya menghadap sungai Deli.Aku sendiri tidur di depan ruang tv yang beralaskan karpet abu dengan bantal lusuh sarung coklat peninggalan ayahku.Namaku Azhar,anak bungsu dari dua bersaudara.Ayah dan ibu ku sudah lama meninggal tepat nya sudha menginjak tahun ke sembilan,hidup bersama abang dan iparku membuat diriku harus mulai terbiasa untuk serba mandiri.Mulai dari kebutuhan pribadi sampai mencari uang saku pun aku jalani,selapas lulus sekolah menengah atas,aku memilih bekerja sambil mengumpulkan uang untuk biaya hidup dna kuliah.Bapakku kepingin anak nya ada yang lulus sampai sarjana,abangku hanya lulusan SMK,dia minta aku untuk lanjut sekolah supaya bisa meneruskan cita-cita bapak.Awalnya bingung apakah bisa? hidup sehari-hari saja payah kali.Tapi pacarku Dina selalu bilang "bang kalau bukan orang terdekat yang mendorongmu maju siapa lagi ?"kata Dina yang sering menguatkan ku dalam kondisi sulit.
Sekarang posisi itu terbalik,aku sudha cukup kuat giliran Dina yang rapuh,status nya selalu menyinggung kelemahan dan ketidakberdayaan diri,Dina memang tidka sepenuh nya terbuka,dia selalu bilang baik - baik saja,aku tau dia lagi gak baik - baik saja,tetapi dia gak mau membebani orang orang sekitar nya.Ibarat pincil yang di serut tajam dia selalu ingin orang terdekat nya bahagia.

Awalnya Kamis pekan lalu,saat dia pulang dari tempat bekerja.Jam 22.00 WIB aku jemput ketempat dia bekerja.Tidak seperti biasanya dia selalu tersenyum ketika aku jemput dan minta di bawakan air dingin dari rumah,tetapi pada saat itu dia nampak menekuk wajah cantik nya,jakte merah dan celana hitam yang biasa dia kenakan terlihat kusut.Tanpa sepatah kata dia langsung naik ke motor dan gak ngomong apa - apa.

Aku sempat tanya,"Are u okay beb?"dia cuma ngangguk aja.Sepanjang perjalan menuju rumah ,aku tanya dia gak jawab.Seperti ada ganjalan yang gak nyaman untuk diceritkan.Satu pekan dari sikap dia yang diam,akhirnya dia bercerita,kalau dia sebenarnya ingin putus denganku,tetapi dia bingung cara ngomongnya.Alasannya karena ada cowok lain yang serius mau melamar dia.Sedangkan aku belum juga melamar karena memang belum cukup nyali untuk menghidupi anak orang.Seketika pada saat itu persaan keruh bercampur emosi menyelimuti diriku.Marah sedih tapi mau dibilang apa,kondisiku masih seperti ini belum beranjak dari kondisi berjuang.
Tepat malam Selasa Aku putuskan melepas Dina,satu hal yang aku pinta ke Dina jadilah calon istri yang baik jangan tengok ke belakang.Aku pasrah melepas Dina,orang yang aku cinta selama ini memilih untuk bersama dengan laki-laki yang menajdi pilihan nya.

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.