Kegaduhan di Ruang Laundry
"Masak semua harus ikut maumu? Emang kamu siapa? Tuhan?"

"Aduuuh! Apaan, sih? Jangan mepet-mepet gitu, dong!" semprot si kaos hitam. Ia kesal setengah mati ketika bra dan panty berderet-deret tiga di samping kiri dan tiga di kanannya. Jelas si kaos hitam risi setengah mati, terjepit di tengah. Apalagi ini kaos hitam milik tuan. Dia bergidik kegelian.
"Eh, kamu, tuh, ya, yang salah tempat! Ngapain coba kamu nyempil di tengah-tengah kami?" balas sport bra kesal.
"Bukannya kalian biasanya di bawah sono, tuh?" si kaos hitam tak mau kalah.
Seingatnya, bra dan panty punya tempat sendiri di bawah. Jemuran atas, hanya khusus baju-baju. Ada memang brief, tapi milik tuan.
"Lha, gimana cara kami turun? Free fall?" sergah si sport bra. Sepertinya ia mengangkat dirinya jadi jubir teman-temannya sesama lingeries. Mungkin karena dia merasa bertubuh atletis.
"Lagian, tuan yang jemur kami di sini. Ya, di sinilah kami," sambung sport bra.
"Sudahlah, Kaos Hitam. Terima saja nasibmu," suara bas jaket flanel di hanger di tali jemuran sebelah mencoba menengahi.
"Oom Flanel ga ngerasain di posisiku, sih," kaos hitam mencoba menjelaskan. "Risi, tau?!"
Ketika kaos hitam beralih pandangan ke jaket flanel, si bra bunga berpita mencoba meliuk-liukkan tubuhnya. Ia suka melatih kemampuan baletnya. Apalagi sekarang ia ada di ketinggian dengan tali jemuran yang kecil, sangat berbeda dengan tempat jemuran yang biasa mereka pakai. Akibatnya, tali jemuran ikut bergoyang-goyang.
"Eh, anteng, dong?!" kaos hitam mendelik gusar. Pandangan tajam dihujamkan ke arah bra bunga, yang langsung menciut ketakutan.
"Kenapa sih, semua-semua dimarahin?" sport bra mencak-mencak lagi. "Masak semua harus ikut maumu? Emang kamu siapa? Tuhan?"
"Ga usah bawa-bawa Tuhanlah. Aku hanya mau kalian anteng dan jangan mepet ke aku. Itu saja. Dasar!"
"Dasar apa??? Kamu tuh, yang dasar!!!"
"Dasar apa??? Coba ngomong kalo berani!" tantang kaos hitam gusar.
"Lho, kok ngancam? Suka-suka kami, dong. Situ emangnya majikan kami?" sport bra jengkel.
"Sudah sudah! Sakit telingaku denger kalian bertengkar!" teriak celana pendek kargo di sebelah jaket flanel.
Nasib celana kargo lebih buruk lagi. Separuh tubuhnya tertindih selimut hijau. Selimut hijau berkali-kali minta maaf karena ia tidak bisa memindahkan tubuhnya. Celana kargo pasrah dengan sesekali meringis karena separuh tubuhnya lama-lama kebas, alias kaku tidak bisa merasakan apa-apa.
Jaket flanel, sebagai baju tertua di antara yang lain, mencoba mendinginkan dan menetralkan suasana.
"Apapun yang kita hadapi sekarang ini, terima saja dengan pasrah," begitu wejangannya. "Kita harus maklum dan menerima kondisi," sambungnya.
Jaket flanel melayangkan pandangannya ke teman-temannya yang tergantung di tali jemuran. Masing-masing dalam kondisi yang memprihatinkan. Ada yang posisi terbalik, ada yang saling tindih, ada yang tidak sesuai dengan ukuran hanger yang dipakai. Ada yang berhimpitan dan berdesakan. Ada pula yang tubuhnya masih cemong-cemong karena tidak dibilas dengan bersih.
Kekacauan terjadi karena hari ini yang mencuci pakaian adalah tuan, bukan nyonya seperti biasanya. Tuan adalah tuan, dan dia tidak mau mengerjakan pekerjaan domestik, termasuk mencuci. Paling pol dia mencuci briefnya sendiri dan menjemurnya.
Nyonya mencuci semua baju, kecuali brief tuan. Ketika nyonya mencuci, dijamin semua baju menjadi bersih, wangi dan dijemur dalam barisan rapi. Semua bisa tersenyum dan bersenda gurau menyambut angin dan matahari untuk mengeringkan tubuh.
Bahkan ketika dijemput dari jemuran menuju ke meja setrika, ada aturan pula. Ditumpuk rapi berdasar kategori. Baju-baju kemudian disetrika dengan urutan tertentu. Dilipat lalu dimasukkan ke lemari pemilik masing-masing. Lagi-lagi, dengan tumpukan kelompok masing-masing. Meskipun nyonya terlihat aneh, semua baju menyukai dia. Ada juga yang berbisik-bisik bilang bahwa nyonya menderita OCD, atau Obsessive Compulsive Disorder.
Tuan terpaksa mencuci hari ini, karena nyonya sakit. Sepertinya nyonya salah makan sesuatu yang membuatnya sakit kepala dan terkapar di tempat tidur sejak kemarin. Setengah hati tuan mencuci.
"Sayang, make mesin cuci gimana?"
"Sabunnya yang mana?"
"Airnya kok ga ngalir?"
Kepala nyonya tambah nyut-nyutan ga karuan. Sakit kepalanya tak seberapa dibandingkan dengan pusing ngadepin tuan. Jika sakitnya bukan sakit kepala, biasanya nyonya memaksakan diri tetap beraktivitas.
Menurutnya, menghadapi laki-laki seperti tuan dibutuhkan keterampilan negosiasi dan kesabaran tingkat dewa. Sayangnya nyonya tidak memilikinya. Sebenarnya nyonya yakin dia bisa mengasah keterampilan negosiasinya. Dalam banyak hal, posisi tawarnya jauh lebih kuat. Hanya saja, nyonya memilih lebih banyak mengalah demi menghemat energi. Sambil melatih kesabaran.
Setelah tuan membelikan matengan, yaitu lauk untuk makan, dia pamit berangkat bekerja. Rumah seketika menjadi hening. Nona ada di kamar sedang mengerjakan tugas sekolahnya. Nyonya bisa mengistirahatkan kepalanya. Bahkan sempat ia terlelap. Hanya sekejapan mata.
"Nyonyaaaa .... Toloooong ...."
Nyonya terbangun. Kaget! Ia tidak mendengar suara apapun, tetapi dia merasa ada sesuatu.
"Tukang ngadu!" bentak kaos hitam kasar. Ia benar-benar tidak tahan dengan deretan bra dan panty di sisi kiri dan kanannya.
"Nyonyaaa, pindahkan kamiii .... Kami tidak tahan dengan monster jahat di tengah kami." Panty putih renda berteriak-teriak histeris. "Nyonyaaa .... Toloooong ...."
Akhirnya teriakan panty putih diikuti teriakan para lingeries. Berisik sekali.
"DIAAAM!!!" suara bentakan kaos hitam menggelegar. Semua diam. Hening.
Terdengar suara langkah perlahan mendekat. Nyonya masuk ke ruang laundry. Ia memandang sekeliling, lalu perlahan menghela napas. Tanpa suara ia membereskan ember-ember, gayung dan sabun yang berserakan di dekat mesin cuci.
Semua baju yang tergantung di tali jemuran atas ikut menahan napas. Mereka bisa melihat nyonya dari balik jeruji besi yang menjadi lantai ruang jemur atas. Mereka berharap nyonya akan memeriksa mereka setelahnya.
Jaket flanel mencoba ilmu meringankan tubuh supaya tidak melorot dari hanger kecil plastik. Celana kargo pucat pasi hampir pingsan karena separuh tubuhnya kaku ditindih selimut hijau. Kaos hitam diam mengawasi nyonya. Deretan lingeries mengatupkan tangan berharap nyonya menyelamatkan mereka.
Usai membereskan ruang laundry, nyonya mendongak melihat ke arah jemuran di atas. Ia bergegas naik tangga, untuk meyakinkan dirinya. Dilihatnya baju-baju dijemur dengan berantakan. Sekali lagi ia menghela napas panjang.
Dalam diam, nyonya merapikan jemuran. Ia menata ulang semuanya. Deretan lingeries bertepuk tangan ketika nyonya membawa mereka pindah ke jemuran bawah. Celana kargo akhirnya pulih dari kesemutan. Ia tersenyum dan mengangguk kepada selimut hijau yang bernapas lega karena tidak lagi menindihnya. Jaket flanel bersyukur ketika ia dipindahkan ke hanger yang besar. Ia langsung merapikan diri dan terlihat gagah.
Beberapa baju, termasuk kaos hitam dibilas ulang oleh nyonya. Para lingeries cekikikan melihat kaos hitam bersungut-sungut karenanya. Tubuhnya hampir kering, namun karena kurang bersih, kaos hitam dibilas lagi bersama beberapa baju lain.
Usai dibilas ulang dan dikeringkan, kaos hitam tak tahan untuk tidak tersenyum. Tubuhnya lebih baik rasanya. Bersih. Segar. Moodnya membaik. Bahkan ia memberikan senyuman tipis kepada deretan lingeries yang bertepuk tangan dan sesekali mengacungkan jempol.
"Kaos Hitam ternyata ganteng, wooi .... We love you!" jerit para lingeries histeris sambil melemparkan kiss by.
Kaos hitam menganggukkan kepala ke arah lingeries centil. Ia ditempatkan di samping jaket flanel, yang segera menyambutnya. Toss! Keduanya memandang teman-teman mereka, yang kesemuanya tampak gembira sekarang. Kegaduhan tidak diperlukan lagi. Jaket flanel membuka suaranya, memilih sebuah lagu, dan mengajak semua bernyanyi.
Lagu itu bergema mengiringi langkah nyonya menjauh. Ia kembali ke kamar, dan merebahkan diri lagi ke kasur. Merasa kepalanya masih sakit, nyonya ingin berbaring lagi sebentar. Sayup-sayup ia mendengar lagu entah dari mana dihantarkan angin.
...
Little darling, the smiles returning to the faces
Little darling, it feels like years since it's been here
Here comes the sun, du du du
Here comes the sun
And I say it's all right
...
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.