Help Me
Terlambat! Sebuah sepeda motor tiba-tiba sudah ada semeter dariku. Pengendaranya menjulurkan kakinya, dan menendang motorku!

Pagi-pagi harus setor tugas anak wedok ke sekolah. Jadwal pengumpulan untuk kelasnya adalah pukul 09.00-10.00. Untung pagi-pagi wali kelasnya sudah ngabari via grup, bahwa diperkenankan mengumpulkan sebelum atau setelah jadwal.
Fiuh! Usai belanja di mas sayur, aku bergegas pinjem motor paksu sebelum dia pergi. Di perjalanan, baru nyadar masih pakai sendal jepit.
"Ah, tanggung mo balik," pikirku. "Semoga tidak masalah."
Sesampai di sekolah, sepiii. Hanya ada satu bapak yang jaga di gerbang. Ternyata sekolah cerdas, menyediakan kotak tempat memasukkan amplop yang harus dikumpulkan. Done!
Perjalanan pulang kunikmati betul. Lambat-lambat aku mengendarai motor. Di perempatan bangjo, atau traffic light, lampu merah. Aku berhenti di belakang deretan motor di depanku. Posisiku tidak mepet kiri, karena jalur menuju rumah lurus saja.
Apa itu?? Aku heran melihat sesuatu yang tidak biasa.
Pengemis biasanya jalan berkeliling sambil membawa wadah untuk menampung derma orang. Para pengamen bangjo juga demikian. Mereka akan berkeliling membawa tip jar. Kadang usai performance, ada juga yang sekaligus sambil berjalan.
Yang satu ini lain. Kirain malah bukan pengemis. Dia duduk di sisi kiri, di tembok planter tanaman. Sekilas tubuhnya tidak ada cacat. Bukan juga model pengemis yang duduk di jalan dengan special effect berdarah-darah.
Ternyata dia perempuan, kurus, pake jilbab. Sekilas, terlihat wajahnya berkulit hitam, seperti bukan orang sini. Ia duduk termenung, menunduk dengan memegang kotak plastik di pangkuannya. Seakan dia ga peduli dengan sekitarnya. Dia bahkan tidak mengulurkan wadah uangnya ke orang-orang.
Seketika aku merogoh ke dalam tas, mengambil uang dari dompet. Niatku untuk memindahkan motor ke pinggir mendekati dia tak bisa langsung kulakukan. Tiba-tiba ada motor dari belakang yang menempati sisi kiriku yang semula kosong. Aku menoleh, ada satu lagi motor datang dan berhenti di belakangnya. Aku cek di belakangku ternyata juga sudah ada motor. Motorku terjepit.
Untung lampu hijau segera menyala. Aku menunggu beberapa detik tetap dalam posisi berhenti. Kutunggu motor di samping kiriku melaju diikuti motor di belakangnya, baru motorku kuarahkan mendekat ke perempuan itu. Aku berhenti di tepi jalan, di depan dia. Kuulurkan tanganku, dan kuletakkan uang di kotak plastiknya.
Pada saat itulah aku memperhatikan tangan perempuan itu. Kulihat dia melipat ibu jari ke telapak tangannya, disusul keempat jarinya menutup ibu jari.
Beberapa detik aku tak yakin dengan yang kulihat. Aku mengalihkan pandanganku ke wajah perempuan itu. Sorot mata yang kuyu membalas pandanganku sekilas, lalu kembali menunduk. Lagi-lagi kulihat dia menggerakkan tangan kanannya seperti tadi. Jempol dilipat, lalu ditutup dengan keempat jari yang lain.
Help me!
Ya. Gerakan tangannya adalah sebuah kode minta tolong. Help me. Tolong aku. Tanpa dia harus membuka mulut dan berbicara.
Dug dug dug. Jantungku langsung ngebut berdetak. Perempuan itu beneran minta tolong? Aku tak salah lihat? Lalu, gimana dong?
Sementara itu, lampu lalu lintas sudah berwarna merah. Tetapi kini tak ada satu pengendarapun terlihat. Tidak ada orang di sekitar situ. Sepi. Karena aku berhenti mepet di trotoar, mesin motor kumatikan. Aku duduk di jok motor, kedua kakiku menjadi jagrak. Kukeluarkan ponsel dari tasku. Berapa nomor darurat polisi? Aku tidak tahu. Tetapi aku tahu ada nomor semacam itu. Berapa?
Aku sibuk memencet-memencet ponselku. Googling. Aku kesulitan melihat layar karena silau. Nomor darurat polisi. Berapa, ya? Berapa?
Perhatianku ke ponselku. Di bawah terik matahari, layar ponsel justru gelap. Tanganku gemetar. Malah salah-salah pencet aplikasi. Aduuuuuh!
"Tenang, tenang, tenang," bisikku dalam hati untuk menenangkan diri.
"MBAK!!! MBAK!!! MBAK!!! AWAAAAS!!!"
Kudengar teriakan. Siapa berteriak? Apakah perempuan itu?
Sepersekian detik itu seperti lambat bagai disetel slow motion di film-film. Aku melihat perempuan itu berteriak-teriak kepadaku. Aku bingung. Tiba-tiba aku melihat sesuatu mendatangiku dengan kecepatan kilat.
Terlambat! Sebuah sepeda motor tiba-tiba sudah ada semeter dariku. Pengendaranya menjulurkan kakinya ... dan menendang motorku!
GUBRAAAAK!!!
Aku bisa merasakan ketika motor oleng kena tendang, dan aku gagal menjaga keseimbangan. Aku berdua dengan motor terkapar di aspal!
PANAAAAS!
Ada rasa panas yang menyengat di kaki dan tanganku. Entah apa penyebabnya. Kepalaku pening luar biasa. Pinggangku tertindih motor. Berat.
110.
Aku berhasil memencetnya.
Niatku untuk bangkit dari jatuhku tak berhasil. Kepalaku sakit!
Help me.
- - -
Cerita ini fiksi. Saya 'terganggu' dengan kiriman teman di grup berisi tayangan tentang kode ini. Berhari-hari hal ini ada di kepala. Saya membayangkan, jika saya melihat orang memberi tanda itu pada saya, apa yang mesti saya lakukan?
Kode atau simbol minta bantuan #SignalForHelp dengan menggerakkan jari (jempol ditekuk ke telapak tangan diikuti keempat jari ditekuk menutup jempol) adalah cara yang diperkenalkan oleh Women's Funding Network (lihat di sini) untuk korban KDRT memberi tanda dan minta bantuan ke orang lain.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.