HEBOH SOAL CHATGPT

HEBOH SOAL CHAT GPT
Belakangan ini banyak orang membicarakan aplikasi ChatGpt yang konon canggih bukan main. Kita bisa tanya apa saja dan dalam hitungan detik langsung dijawab secara akurat. Bahkan kita bisa minta pada aplikasi ini untuk membuatkan sebuah tulisan sesuai dengan keinginan kita.
Caranya sederhana, kita tinggal ketik: "Tolong buatkan tulisan tentang kopi." Lalu apa yang terjadi? Voila! Tulisan tentang kopi langsung terhidang untuk kita hirup hasilnya.
Kehadiran aplikasi ini tentu sangat menggembirakan. Kenapa demikian? Karena pekerjaan kita akan sangat terbantu oleh instrumen robotik ini. Kita dengan mudah akan memperoleh banyak data tanpa beranjak dari depan komputer.
Namun ada satu hal yang membuat saya cemas. Banyak orang menyikapi kehadiran aplikasi ini secara keliru. Mereka mulai mempertanyakan, “Apakah anak-anak kita masih perlu sekolah?” Mereka meyakini bahwa ke depannya semua profesi pasti akan punah akibat kecerdasan robot ini. Apalagi seiring berjalannya waktu, mesin ini pastinya akan semakin canggih. Begitulah pemahaman para loser dengan pemikiran blunder..
Perlu dipahami bahwa sepintar-pintarnya robot, mereka selalu bekerja dengan data. Sementara profesi yang berkaitan dengan kreativitas, seperti menulis, misalnya, adalah sebuah kreativitas yang berkenaan dengan imajinasi. Sebuah karya kreatif, apakah itu novel, film, teater, lukisan, dll, membutuhkan faktor emosi sebagai nyawa dari karya itu.
Otak mempunyai dua kemampuan utama yaitu berpikir dan berimajinasi. Berpikir membutuhkan data untuk memecahkan sebuah masalah. Robot mempunyai kemampuan berpikir yang cepat dan akurat karena di dalamnya telah ditanam banyak sekali data. Itu sebabnya kemampuan berpikir robot sulit dikalahkan oleh manusia.
Sedangkan berimajinasi tidak membutuhkan data. Dan ingat! Robot tidak bisa bekerja tanpa data. Itu sebabnya, saya berpendapat bahwa saat ini berimajinasi itu lebih penting daripada berpikir. Dengan berpikir kita bisa meniru apa pun yang pernah diciptakan oleh manusia. Dengan berimajinasi, kita bisa menciptakan sesuatu yang belum pernah diciptakan siapa pun sebelumnya. Berkarya itu mudah, yang sulit adalah memberi emosi pada karya itu. Yang sulit adalah memberi nyawa pada karya itu.
Kesimpulannya adalah bagaimana sebuah robot bisa menghasilkan karya yang mengandung emosi. Bagaimana sebuah karya dari robot bisa mempunyai nyawa. Jangan sampai melupakan fakta bahwa robot itu tidak punya emosi. Robot itu tidak punya nyawa. Sepintar-pintarnya robot, otak manusia pastilah jauh lebih pintar. Ya pastilah...bukankah robot ciptaan manusia? Bukankah manusia ciptaan Tuhan?
Jadi jangan sampai kita merasa tersaingi oleh robot. Jangan perlakukan robot sebagai musuh. Jadikan robot sebagai teman yang selalu membantu kita dalam berkarya. Selamat berkarya, teman-teman.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.