COPYWRITER YANG PALING SAYA KAGUMI

Setelah menyelesaikan workshop di sebuah kampus, seorang perempuan cantik berjilbab menghampiri saya dan langsung ngomong, “Om Bud. Saya boleh tanya gak? Satu pertanyaan aja.”
“Banyak juga boleh,” sahut saya terenyum.
“Okay, terima kasih kalo begitu. Pertanyaan saya sederhana ‘Siapa copywriter yang Om Bud kagumi?”
“Presiden Soekarno,” jawab saya tanpa berpikir.
“Loh, kok bisa? Bung Karno kan bukan copywriter?” protes mahasiswi itu.
“Dia memang bukan copywriter tapi kemampuannya merangkai kata jauh lebih hebat daripada copywriter manapun yang saya kenal.”
“Masak sih? Bisa diterangkan lebih jelas?”
“Coba kamu liat nama anak-anaknya, ‘Guntur Soekarno Putera’, ‘Guruh Soekarno Putera’, Megawati Soekarno Puteri’, ‘Taufan Soukarno Putera’. Bagus semua kan namanya?”
“Iya betul! Eh, 4 nama itu benda langit semua, ya?”
“Ada lagi. Kalo kamu denger nama ‘Ratna’, kedengerannya gimana? Keren, gak?
Sejenak anak itu berpikir, “Nama yang umum. Biasa aja sih menurut saya.”
“Biasa aja? Begitu juga nama ‘Dewi’ biasa banget. Atau ‘Sari’, nama standar, kan?”
Kali ini Si Mahasiswi gak menjawab. Rupanya dia lebih suka menunggu lanjutan omongan saya.
“Tapi ketika dia memberi isterinya yang orang Jepang dengan nama ‘Ratna Sari Dewi’? Nah, tiba-tiba nama itu menjadi indah sekali.”
“Iya juga, ya. Saya baru nyadar begitu Om Bud bilang,’ kata anak itu mengangguk-angguk.
”Disitulah kepiawaian Bung Karno merangkai kata.”
“Bukan cuma anaknya. Kalo kamu pernah denger nama-nama besar seperti ‘Teguh Karya’, Titiek Puspa’, ‘Rima Melati’, itu semua Bung Karno yang kasih nama.”
“Oh ya? Ini juga saya baru tau.”
Sejenak kami berdua terdiam. Sang Mahasiswi masih mencatat-catat omongan saya dengan antusias. Sementara saya terpengaruh oleh omongan saya sendiri dan semakin kagum pada presiden pertama Indonesia itu.
“Dia juga menciptakan jargon-jargon terkenal, misalnya ‘Inggris kita linggis. Amerika kita setrika’. Dan waktu negara kita ribut dengan Malaysia, kata-kata Soekarno sangat melegenda, ‘Ganyang Malaysia.’”
“Apa lagi yang Om Bud ingat dari Bung Karno?”
“Dia sering menasihati rakyat dengan rangkaian kata yang luar biasa. Dan hebatnya lagi, nasihat itu masih relevan sampai sekarang.” jawab saya.
“Misalnya?”
“Misalnya dia bilang ‘Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri’. Dan sekarang kita merasakan kebenarannya,”
“Ck..ck…ck…Soekarno hebat sekali ya kalau begitu. Dia orang yang keduluan jaman.”
“Hehehe…betul. Sementara banyak orang yang ketinggalan jaman.”
“Ada lagi gak kata-kata Bung Karno yang masih relevan sampe sekarang?”
“Banyak! Misalnya dia pernah bilang ‘Kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab. Kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini.’”
“Wow! Bung Karno ngomong begitu? Hebat banget
“Makanya saya bilang dia adalah The Best Copywriter!”
“Keliatannya Om Bud sangat mengidolakan Soekarno, ya?” tanya Si Mahasiswi.
“Oh, enggak. Saya kagum sama dia tapi tidak mengidolakan.”
“Kenapa tidak mengidolakan?”
“Kita gak boleh mengidolakan orang. Sekali saja kita mengidolakan seseorang maka kita gak pernah bisa lebih baik dari orang itu.” Saya menutup pembicaraan.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.