CLOSE ORDER

CLOSE ORDER

“Assalamu alaikum, Kak. Saya mau order kue ulang tahunnya untuk besok. Bisa?”

Pesan singkat melalui aplikasi WhatsApp di PONSEL itu mengalihkan pikiran saya dari setumpuk dokumen kantor yang belum terjamah. Tenggat waktu penyelesaian pekerjaan tak lama lagi, namun menerima orderan kue merupakan kesenangan baru yang sulit ditolak. Seperti anak kecil yang mendapat ajakan bermain sore hari, orderan itu langsung kuiyakan.

Walaupun punya pekerjaan tetap, namun mendapat penghasilan dari hobi menimbulkan sensasi yang berbeda. Hati bahagia, DOMPET pun Alhamdulillah. Sayangnya ada satu hal yang justru berkurang dari hidup saya. Waktu untuk suami dan anak-anak. Sedihnya karena hal ini baru saya sadari setelah mendapat sindiran halus dari Si Jum, asisten rumah tangga saya.

Hari itu hari Minggu sehingga saya dengan leluasa bisa menerima lebih dari 5 orderan kue. Dengan bersemangat saya mengambil MIKSER yang tersimpan rapi dalam rak khusus perlengkapan dapur. Setelah mencampur semua adonan sesuai resep, saya meminta Si Jum untuk menyiapkan OVEN seperti biasa. Ini adalah satu-satunya tugas yang bisa Jum lakukan untuk membantu saya karena dia tidak bisa membaca resep dan tidak tahu bagaimana mengoperasikan peralatan masak. Setelah memastikan kalau api KOMPOR dinyalakan sesuai instruksi saya, saya meminta Jum kembali menemani anak-anak saya bermain. Saya tidak sempat karena orderan kue ini harus selesai segera.

Tiba-tiba sambil menggendong anak saya yang bungsu, Jum datang dan memperhatikan saya yang sedang menghias kue dengan krim berwarna merah jambu.

“Bu, ini hari Minggu?” tanya Jum dengan lugu. Dia tidak mengenal nama-nama hari.

“Iya, Jum.” Saya menjawab seadanya. Perkara menghias kue ini harus dikerjakan dengan tenang. Saya tidak bisa meladeni obrolan basa-basi.

Tidak menyambung pembicaraan dengan saya, Jum lalu kembali bermain-main dengan anak saya. Seolah-olah si kecil yang berusia setahun itu bisa memahami, Si jum mengajaknya berbicara,

“Adek, kata bunda kalau hari Minggu itu liburnya orang kantoran, tapi bunda malah kerja seharian, belum main sama adek.”

Deg! Di antara semua kalimat yang keluar dari mulut Jum, baru kali ini saya merasa mendengar dengan jernih. Saya sempat terhenti memainkan SPATULA. Saya seperti sedang ditegur. Ya, Jum benar, saya bahkan tak punya waktu untuk anak hanya karena mengejar kebahagiaan sendiri dan pundi-pundi lebih untuk jajan. Saya pun memutuskan menyelesaikan kue dan berjanji bahwa esoknya saya tidak menerima pesanan. Demi waktu berharga dengan anak-anak.

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.