Aurora (2019), film dari Filandia yang berdurasi 106 menit, adalah film ketiga yang saya tonton di festival film online Europe on Screen 2020—berlangsung pada 16-30 November 2020. Besutan sutradara Miia Tervo ini bergenre roman komedi. Memakai tiga bahasa pengantar, yaitu Finlandia, Inggris, dan Persia.
Tokoh utama perempuan dalam film ini, Aurora (Mimosa Willamo), digambarkan sebagai si penyuka pesta dan alkohol. Ia bekerja di salon kecantikan. Lalu juga menjadi sitter untuk seorang perempuan tua demi membiayai niatnya pindah ke Swedia. Merupakan seseorang yang sangat anti berkomitmen dalam hubungan cinta. Memilih menutup semua pintu ke jalan pernikahan, meski hanya untuk sebentuk kawin kontrak sementara.
Proposal pernikahan kontrak tersebut diajukan oleh Darian (Amir Escandari) ke Aurora, pada pertemuan tak direncanakan mereka yang kedua. Di sebuah warung hotdog, pada satu malam yang dingin.
Darian, dan anak perempuan kecilnya, Azar, mendarat di Finlandia sebagai asylum seeker asal Iran. Menurut Darian, hanya ada dua jalan untuk membuat Azar otomatis menjadi warganegara Finlandia. Ia mati, atau menikahi warganegara Finlandia. Aurora keras menolak 'lamaran' Darian. Meski akhirnya setuju untuk membantu Darian cari istri. Atau, suami?
Akhir dari cerita sepertinya mudah ditebak ya. Cinta tumbuh karena terbiasa, demikian kata pepatah. Tapi, pengemasannya dalam film ini sangat menarik untuk diikuti. Tidak dibikin jalan yang mulus supaya segera bersatu. Ketika mereka sadar bahwa sudah tumbuh ketertarikan antarsatu sama lain, ternyata tetap tak gampang untuk menyelaraskan langkah.
Aurora terhalang karena dirinya masih punya mimpi untuk pindah ke Swedia, selain terlalu menikmati hidup hura-huranya. Sementara, Darian, entahlah, lelaki itu sesungguhnya adalah manusia yang baik. Kemungkinan dia terlalu menghargai Aurora sehingga tak ingin mengusiknya. Atau, malah sebaliknya, demi melindungi Azar dari keliaran Aurora. Darian pun memutuskan untuk menikahi Ulla, yang dikenalnya melalui seorang pekerja sosial yang selama ini membuka pintu rumahnya untuk ayah-anak itu.
Sebagai pengungsi yang berasal dari daerah bergolak, Darian mempunyai kisah yang tak bisa diungkapkannya. Atau, tak mau. Banyak misteri yang menyelimutinya. Misalnya, ke manakah istrinya, ibu dari Azar.
Ada sebuah adegan ketika Juha, suami dari pekerja sosial yang membantu Darian, menemukan sesuatu di dokumen-dokumen Darian. Dan, menjadi sangat tersentuh. Lelaki sangar itu, yang bukan ‘asli’ Findlandia, bahkan sampai mengajukan diri untuk menjadi pasangan resmi Darian. Supaya Darian dan Azar bisa menjadi warganegara Filnadia. Sampai akhir film tak ada penjelasan apa yang ditemukan atau dilihat Juha. Atau, mungkinkah saya melewatkan sesuatu? Dan, hal itu tetap menjadi misteri buat saya.
Seorang pengungsi mungkin memang mempunyai kecenderungan untuk menyembunyian sesuatu. Menyimpan hal-hal yang tak ingin diketahui oleh orang lain. Sesuatu yang mungkin saja menjadi pemicu larinya dari tanah tumpah darahnya. Sesuatu yang apabila diketahui orang lain, mungkin dapat membahayakan dirinya dan orang-orang yang dicintainya.
Oh ya, pengungsi! Sepertinya, masalah pengungsi memang sudah menjadi bagian dari dinamika kehidupan sehari-hari di negara-negara Eropa Barat masa kini. Termasuk di Finlandia. Dalam film talk lewat media zoom, Miia Tervo, si sutradara, bercerita bahwa ia juga mempunyai sepupu yang menikah dengan pengungsi. Meskipun cerita tentang Aurora dan Darian bukan berangkat dari kisah sepupunya.
Sementara, sepertinya warga setempat banyak juga yang menganggap bahwa pengungsi itu pasti menyimpan trauma. Sehingga, mereka perlu ditolong. Sesuatu yang tampaknya menjadi alasan Ulla untuk jadi istri Darian dan ibu dari Azar.
Di luar segala persoalan filmis dan filmografi, buat saya pribadi, film ini adalah film yang menyenangkan untuk ditonton. Pun, buat saya, menonton sambil mendengarkan bahasa Finlandia yang tak saya pahami itu, ada keasyikannya tersendiri. Sungguh, bahasa Finlandia adalah bahasa yang terdengar indah di kuping! Itu sebab saya tetap merasa perlu memakai headphone. Selain agar tetap berada dalam mood, juga untuk bisa menikmati percakapan yang mengalun bagai musik di telinga.
Saya terutama suka mendengarkan cara berbicara dari sahabat Aurora, Kinky (Oona Airola). Gaya bicara perempuan tua yang dijaga oleh Aurora pun terdengar menyenangkan. Tokoh yang terakhir ini memang selalu tampil ceria dan positif, selalu membangkitkan keriangan. Perempuan tua yang bijaksana. Sementara, gambaran yang diberikan oleh anak dan mantunya, seolah ia hanya perempuan senile yang merepotkan.
Sepanjang film, nuansa outdoor yang terlihat di mana-mana adalah salju, salju, dan salju melulu. Tentu saja, karena lokasinya adalah sebuah kota Arktik bernama Rovaniemi. Kota yang dikenal sebagai lokasi yang ideal untuk melihat aurora atau northern lights. Sekaligus, merupakan kota tempat di mana Santa Claus yang terkenal itu berasal. Ho ho ho... =^.^=