Bungkusan Permen

"Bungkusan Permen"
Disore itu sejenak aku tertegun melamun, mencoba mencerna apa yang sedang terjadi? dan memikirkan kondisi apa lagi yang akan terjadi?? Yaa.. semua orang pasti merasakan hal ini di awal-awal pandemi terjadi. Banyak sekali teman2 yang sama2 jualan curhat tentang turunnya omset bahkan tak sedikit juga yang gulung tikar dan merugi.
Begitupun teman2 yang kerja kantoran, banyak sekali yang curhat dirumahkan sampai hilang pekerjaan. Hmmm.. Qodarullah wa masyaa fa'ala, semua ini terjadi atas kehendak Allah, apa yang Dia kehendaki itulah yang terjadi.
Sesaat aku tersentak, lamunanku terbuyar oleh lemparan beberapa permen dari kakak perempuanku.
"Hayoo loooh.. lamunin apa?" Tanya kakak perempuanku.
Belum sempat ku menjawab, dia mencoba menerka apa yang sedang aku pikirkan.
"Mikirin omzet? Orderan? Atau gaji pegawai? Udah2 jangan terlalu dipikirin, nih mending makan permen dulu, biar rasa manisnya bisa obatin pahitnya hal yang lagi kamu pikirin." Sambil mengeluarkan sebuah Permen tanpa Bungkus dari saku kemejanya.
Refleks ku bertanya "Lah.. ngapain teteh (panggilan untuk kakak perempuan dalam bahasa sunda) ngasih aku Permen yang Gak Pake Bungkus? Mana baru disakuin lagi iyuuhh... Ini kan masih ada Permen yang lengkap dengan Bungkusannya.." sambil menolak permen yang kakak perempuanku sodorkan dan mencoba buka Bungkusan Permen yg sejak awal sudah dilemparkan.
"Kenapa? Padahal kan ini udh tinggal makan. Ga perlu kamu repot2 buka Bungkusan Permennya lagi. Kenapa tetep pilih yang masih utuh dengan Bungkusan Permennya?" Tanyanya dengan nada menggoda.
"Yaa kali.. masa iya aku mau makan Permen yang udah gak ada Bungkusan, apa lagi kan gak tau juga udah berapa lama terbuka dan ada disaku teteh seperti itu." Pungkasku, sambil memakan Permen yang berhasil Bungkusnya kubuka.
"Nah... itu dia maksudku. Alhamdulillah, adikku masih waras." jawabnya sambil tersenyum.
"Maksudnya?" Tanyaku karna gak ngerti apa yang dia maksud.
"Yaa.. Permen ini ibarat rezeki baik, bisa itu omzet, orderan dll. Dan Bungkusan itu ibarat kondisi sekarang ini. Sedangkan ini (sambil nunjuk Permen yang dikeluarkan dari saku tanpa Bungkusan tadi) ibarat rezeki yang kurang bersih asal-usulnya." Jelasnya padaku.
"Hubungannya?" Tanyaku masih kebingungan.
"Gini loh sayang.. Teteh dulu diajarin sama guru teteh, bahwa hakikatnya setiap Rezeki itu datang dengan Persoalannya masing2. Sama dengan Permen yang datang dengan Bungkusnya. Percaya atau enggak, coba deh kamu renungin, setiap kamu dapet Kenikmatan sebelumnya pasti kamu udah melewati beberapa Ujian." Tuturnya dengan senyuman.
Sambil mengingat, aku bergumam dalam hati "Betul juga.."
"Yaa.. walaupun banyak rezeki yang mudah di dapat tapi karna kamu waras kamu gak ambil soalnya gak jelas halal haramnya atau toyyib engganya." Lanjutnya sambil membuang Permen tanpa Bungkusan tadi.
"Jadi.. kalo sekarang kamu dihadapkan pada hal yang tidak mudah, anggap saja ini adalah Bungkus yang harus kamu buka dengan Sabar & Terus Berusaha. Sampai pada waktunya Allah memberikan Permen (dibaca: Rezeki yang baik) itu padamu." Pungkasnya dengan merangkul bahuku.
Seketika harapan itu muncul, lalu aku berdo'a lirih dalam hati "Yaa RABB, aku ikhlas menerima ujian ini, bimbing & mampukan setiap langkah ikhtiar kami untuk menebar manfaat dijalan-Mu."
#coretandhinda1
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.