Waktu yang Tersisa

Waktu yang Tersisa

Waktu yang Tersisa

Mobil Elf yang kami tumpangi terus melaju, menembus kegelapan malam. Menyusuri jalan tol Cipali, dengan tujuan akhir Salatiga, pendakian Merbabu. Perjalanan 12 jam dari Jakarta. Diperkirakan akan tiba sekitar pukul 11 siang, esok harinya.

Memasuki kota Cirebon di waktu Shubuh, aku terbangun. Kulihat dari jendela, beberapa orang lelaki dan perempuan berjalan perlahan, usai menunaikan sholat Shubuh. Hhmm, sepertinya Pak Supir akan terus melanjutkan perjalanan. Aku pun berancang-ancang tayamum, sholat Shubuh di dalam mobil.

Matahari semakin benderang. Pemandangan kota Cirebon semakin membentang. Selayang pandang terlewati masjid, keraton - seperti yang aku sering lihat di photo-photo sosial media - juga rumah makan dan toko oleh-oleh khas Cirebon. Aku pun berdoa dalam hati, "Tuhan, tolong lapangkan rezeki supaya bisa mengajak Mama jalan-jalan liburan ke Cirebon dan keliling Jawa, menyusuri tol Cipali".

Ya, aku ingin sekali mengajak Mama liburan. Jangankan keliling Jawa, liburan ke Bandung yang dekat saja pun belum terlaksana. "Tuhan, tolong beri saya kesempatan mengajak Mama liburan kembali," doaku lagi.

Tetiba terbayang sosok Mama. Tahun ini Mama berusia 70 tahun, baru saja berulang tahun 12 September lalu. Dan Mama merayakan ultahnya berbarengan dengan adiknya yaitu Tanteku, yang hanya berselisih 2 tahun lebih muda, dan tanggal ultahnya pun hanya berbeda 7 hari.

Dua tahun belakangan, sejak Pandemi mewabah dan bersamaan dengan kembalinya aku tinggal bersama Mama, aku sangat khawatir menyaksikan kondisi Mama yang mengalami penurunan secara signifikan. Menimbulkan rasa frustasi.  Rasanya belum bisa bikin Mama bahagia, meskipun sudah setengah abad menempuh hidup. Mungkin malah lebih sering bikin Mama kecewa. Palagi dengan kondisi aku yang tidak bekerja tetap di perusahaan, seperti sebelumnya......

Aku menghela nafas berat. Sudah sekitar 5 tahun belakangan ini Mama menggunakan tongkat besi berkaki tiga guna menopang tubuhnya saat berjalan. Obesitas dan diabetes yang menambah kerapuhan tulangnya, selain faktor usia. Tetapi yang mencemaskan adalah kemunduran kognitifnya. Memori Mama semakin pendek. Membuat aku sering memancing dengan pertanyaan sederhana. "Menu catering hari ini apa, Ma?". Dan Mama benar-benar lupa, padahal baru 2 jam sebelumnya aku beri tahu. Bikin aku sedih.

Belum lagi saat seisi kulkas dimasak semua.....seolah ada kenduri! Sejak itu kami memutuskan catering dari tetangga. Supaya aman damai, tanpa konflik yang tak guna.

Pada saat Mama sakit, di tengah-tengah malam aku pasang telinga. Baru merasa lega, jika aku  mendengar dentuman ketukan tongkat mama di lantai. Suara mirip gong namun lebih nyaring, sungguh suara yang aku nantikan dan membuat tenang. Berarti Mama masih baik-baik saja........

 

Baru-baru ini Mama sakit agak lama, hampir 1 bulan. Kakinya bengkak, memerah, membuat Mama sulit bergerak. Sampai-sampai Mama sering menangis, menahan sakit. Aku sungguh-sungguh khawatir. Terlebih Mama tidak nafsu makan! Ditawari makanan-makanan kesukaannya pun tak bergeming. Menggeleng lemah.....ini sesuatu yang langka sekali. Karena mama orang yang doyan makan! Sampai-sampai aku gak bisa konsen mengerjakan apapun. Mama menjadi manja sekali. Minta serba dilayani dan ditemani. Dan akupun meluangkan waktu dengan besar hati.

Ku hubungi Tante ku dan Oom ku, juga teman-teman dekat Mama. Paling tidak, kunjungan karib kerabat bisa menyemangati Mama untuk sembuh, harapku.

Dan demikian keadaannya, saat dijenguk, Mama terilihat semangat dan sehat. Banyak tertawa dan ngobrol. Terima kasih,Tuhan.....

Ahh, begini mungkin rasanya kekhawatiran orang tua saat ku kecil dulu sakit.

Masih terbayang seperti baru kemarin layaknya, saat aku mengajak Mama liburan ke Yogya beberapa tahun lalu, ultah Mama liburan bareng ke Singapura dan kado ultah Mama tour ke Bangkok. Saat Mama masih segar dan sehat, belum pakai tongkat.

Alih-alih orang tua yang bahagia menyaksikan tumbuh kembang anaknya yang pesat, bagaimana seorang anak menyaksikan orang tuanya perlahan tapi pasti berproses menua, melemah dan menurun kondisinya .....

Waktu terus berjalan. Mama semakin menua. Begitupun diriku. Kadang terlintas pikiran, khawatir waktu Mama atau diri ini yang tak lama lagi. Bisa siapapun, tak harus yang lebih tua mendahului yang muda.

Ahhhh, tetiba rindu membuncah di dada. Mobil Elf yang kami tumpangi berhenti di rest area Pemalang. Belum lagi tiba di tujuan, tetapi rasanya ingin cepat  pulaaang ...... Kangen Mamaaaa!!

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.