KENAPA SAYA DI SINI?

KENAPA SAYA DI SINI?
Ini foto ibuku. Cantik, ya?

"Silahkan, Bu, hari ini tidak terlalu ramai," kata security mempersilahkan saya masuk ke dalam.

Hari itu saya mau mengambil uang pensiun di BTPN, di Jalan Petogogan, Jakarta Selatan.

Saya masuk ke dalam. Seorang  security membantu mengambilkan kartu antrian sambil mempersilahkan saya langsung ke counter 1.

"Selamat pagi, Bu," sapa petugas yang berjaga.

"Selamat pagi, Mbak," balas saya sambil menyerahkan buku tabungan dan KTP yang langsung dia cek di komputer.

"Ibu sudah 6 bulan ya tidak ambil uang pensiun?"

"Betul, Mbak, saya di luar kota terus jadi belum sempat.”

“Oh, begitu…” sahut Si Petugas dengan sopan.

“Iya. Saya selalu ingin ngambil sendiri ke sini, sambil jalan-jalan," kata saya lagi. Sebenarnya, sih, saya ingin nabung dulu, biar uang pensiunnya banyakan sedikit.

"Sebaiknya jangan lebih dari 3 bulan, Bu. Takutnya dikembalikan ke Taspen, malah jadi repot," imbuh petugas tersebut

"Ok, lain kali 3 bulan, Mbak," jawab saya sambil tersenyum.

"Mbak, ini semuanya mau ditransfer ke rekening saya di bank Mandiri ya."

"Baik Bu. Tolong isi formulir ini dulu," kata petugas tersebut sambil menyodorkan sehelai formulir untuk saya isi dan tanda tangani.

Karena transfer harus mendapat persetujuan petugas yang berwenang, saya dipersilakan menunggu.

Saya duduk di kursi yang cukup nyaman. Sambil menunggu, saya memperhatikan sekeliling. Ada beberapa orang nasabah kira-kira seusia saya.  Ada yang lebih muda dan juga lebih tua. Ada yang menunggu, ada juga yang sedang dilayani. Sebagian dari mereka diantar keluarganya. Semuanya  pastinya sudah sepuh. Namanya juga pensiunan.

Cukup banyak yang memakai tongkat dan jalan dipapah keluarga atau pendamping. Ada juga yang harus dibantu urusannya dengan petugas seperti mengisi formulir dan lain lain.

Saya mulai ngelamun... Saya berada di sini saat ini di antara yang sepuh sepuh. Berarti saya juga sama.

Pikiran saya melayang pada Ibu saya yang terlihat sangat sepuh.  Di saat itu mungkin usianya sekitar 60 tahun. Kalau harus menaiki tangga, Ibu harus berjalan sangat lambat. Dia harus  meniti satu-satu anak tangga dengan hati-hati karena keluhan di lututnya. Keluhan yang umum untuk wanita seusianya. Terutama yang bertubuh  besar.

Sayalah yang memapah Ibu  waktu itu. Kasihan Ibu ya, sudah sepuh.

“Ibu Retty Soeryo!”

Belum selesai ngelamun jaman dulu, pikiran saya tersentak kaget karena nama saya dipanggil oleh petugas.

Akhirnya semua urusan transfer selesai. Saya memesan Grab untuk pulang ke rumah.

Sambil menunggu, saya melamun lagi. Terus terang tidak terbayang dulu bahwa  saya  akan  mengalami hal seperti ini. Mengambil uang pensiun pegawai negeri bersama para pensiunan yang sudah sepuh sepuh.

Dulu, saya melihat Ibu kelihatannya sudah sepuh banget. Dan tanpa terasa sekarang giliran saya menjadi tua. Kadang saya merasa bahwa saya belum terlalu tua, sih. Apalagi kalau bicara tentang semangat. Wah, saya masih semangat banget, terutama semangat untuk kulineran.

Tapi kalau sudah jalan atau naik turun tangga, nyerah deh. Sama seperti Ibu, saya juga punya keluhan di lutut. Hal Ini menyadarkan saya bahwa sisa waktu yang saya miliki harus dinikmati dan dijalani dengan rasa syukur. Bersyukur, saat ini masih bisa ambil uang pensiun sendiri.

Saat ini saya masih bisa berdress midi dengan kalung merah dan bersun glasses (sebagian oma-oma belum tentu mau). Tentu saja alhamdulillah walau tidak banyak tapi masih punya dan dapat uang pensiun.

Dan alhamdulillah saat ini masih bisa pesan dan bepergian sendiri dengan... Grab.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.