Janji
“Your life is not a simulation, it's the real game. Play wisely.” ― Richelle E. Goodric

“Gimana sih?, Di gambar kok porsinya lebih besar, sampai penuh piringnya!
Dagingnya banyak, Sayurnya banyak. Minumannya di gelas tinggi!
Ini kok nasi cuma setengah piring, daging cuma 3 potong. Sayurnya udah dikit layu layu lagi!, Minumannya juga di gelas kecil!” kata seorang wanita.
“Maaf bu!” kata Denny.
“Saya mau yang seperti di gambar itu!” katanya sambil menunjuk layar digital menu board, di atas meja kasir.
“Maaf bu, itu kan Iklan, maklum aja iklan kan beda sama aslinya!” kata Denny.
“Ya nggak boleh gitu dong Pak, itu namanya nipu!” ujar wanita itu kesal.
“Iklan itu janji yang harus ditepati Pak!, Kalo nggak dikasih yang sama kaya di gambar, Saya nggak jadi beli!” katanya.
“Ya nggak bisa bu, adanya cuma itu. Kita kan cuma karyawan bu, bukan pemilik, kita cuma ikut peraturan perusahaan aja!” kata Denny.
“Bilangin sama boss kamu jangan suka nipu ya!” kata wanita itu.
“Saya mau uang saya kembali!” katanya.
“Nggak bisa bu, ini kan makanan, bukan baju, nggak bisa dibalikin!’ kata Denny.
Pelanggan itu mengambil nampan makanannya dan pergi dengan tersungut-sungut.
“Kenapa ngaku karyawan pak, kan bapak yang punya restaurant ini?” tanya seorang karyawannya yang lugu.
“Ah kamu tolol, kalau saya ngaku pemilik, kan dia nuntut dikasih sama seperti gambar di menu!” kata Denny.
“O iya ya Pak, Pinter Pak Denny!” kata karyawan lugu itu.
“Ah dasar customer kampungan, masak dia nggak ngerti sih? Iklan kan pasti lebih bagus dari aslinya!” keluh Denny.
Tak lama kemudian datang seorang Bapak bertubuh besar.
“Mana manager kamu!, panggil ke sini manager kamu!” teriaknya.
“Ada apa pak, saya manager di sini merangkap Pemilik!” tanya Denny.
“Kamu penipu ya?, tadi bilangnya kamu cuma karyawan, sekarang bilang Pemilik!”
Denny bingung, dia baru ketemu bapak ini.
Wanita yang tadi bergegas datang menghampiri mereka.
“Kamu nipu istri saya ya?, Kenapa makanan di layar lebih besar porsinya daripada yang dikasih ke kita?” kata bapak itu.
“Kan itu iklan pak, di mana mana juga iklan beda sama aslinya!” kata Denny.
“Ya nggak bisa begitu Pak, itu namanya nipu!” ujar bapak itu.
“Awas nanti saya laporin biar restaurant kamu ditutup!” ancamnya.
“Aduh bapak ini jangan lebay dong pak, semua restaurant juga sama, kalau iklan pasti lebih bagus keliatannya pak!” kata Denny.
“Jangan bilang semua restaurant, saudara saya juga punya restaurant, tapi nggak nipu-nipu kaya kalian itu!” bentaknya.
“Ya kalau gitu makan aja di restaurant saudaranya!” kata Denny, diiringi tawa karyawan karyawan yang ada di sekelilingnya.
“Jangan macam-macam kamu, Nanti saya habisi kamu!” bentak bapak itu.
Tiba-tiba bapak itu menonjok mukanya dan badannya berkali-kali.
Denny jatuh terhempas, tiba-tiba gelap.
Ketika ia membuka matanya, dilihatnya sebuah antrian panjang.
“Ada di mana saya sekarang?” tanya Denny.
“Ikut aja antri!” kata seseorang.
Dilihat sekelilingnya putih kosong aja. Tidak ada pemandangan. Tidak ada furniture.Tidak ada lantai atau langit-langit. Ini di dalam ruangan atau diluar? pikirnya.
Lama Denny ikut antrian itu, hingga dia hampir tiba di baris depan antrian.
Dilihatnya ada seorang pria berbaju putih di depan. Setiap orang yang ada di depan antrian mendapat kesempatan berbicara dengan pria itu. Setelah itu orang itu akan menuju pintu kanan atau pintu kiri.
Akhirnya tiba juga giliran Denny menghadap pria itu.
Dilihatnya sayap besar menempel di pundak orang itu.
“Selamat datang Denny!” kata pria itu.
“Saya Malaikat penjaga gerbang akhirat!” katanya.
“Apakah saya sudah meninggal?” tanya Denny.
“Betul Denny!”
Ah sial betul nasibku, mati dipukul customer tolol, pikir Denny.
“Denny, setelah kami pertimbangkan, ternyata dosa anda sama besar dengan kebaikan anda. Anda banyak menyumbang ke panti asuhan, tapi anda juga sering menipu dalam usaha anda.
Karena itu kami memberi pilihan kepada anda sendiri, untuk masuk surga atau neraka.” kata Malaikat itu.
“ Ya kalau begitu pasti saya pilih surga!” kata Denny mantap.
“Jangan buru buru memilih, sebaiknya anda liat-liat dulu!” kata seorang pria tampan berbaju merah.
“Perkenalkan 2 mahluk ini adalah sales surga dan sales neraka!” kata Malaikat penjaga itu memperkenalkan dua pria disampingnya.
“Ini Barbas, sales neraka dan ini Peter sales surga!” kata Malaikat penjaga, menunjuk ke pria tampan berbaju merah itu dan seorang pria berbaju putih.
“Buat apa liat liat dulu?, udah pasti enakan di surga!” kata Denny.
“Saya akan memberikan kamu kesempatan untuk melihat Surga dan neraka dulu. Masing masing 24 jam. Setelah itu kamu bisa memilih mana yang cocok untuk kamu. Sebab kalau kamu sudah memilih, tidak bisa berubah pikiran lagi!” kata Malaikat.
“Orang suka mengira neraka itu nggak enak, padahal enak loh!” kata Barbas si sales neraka.
“Jangan dengerkan dia!, Jelas lebih enak di surga.” kata Peter si sales surga.
“Memang sudah peraturan di sini, untuk orang seperti anda yang bisa punya 2 pilihan, harus mendapat kesempatan untuk melihat dan uji coba dulu. Satu hari di masing masing tempat” kata malaikat.
“Yang mana dulu yang mau anda lihat?” tanya malaikat.
“Surga dulu pastinya.” kata Denny.
“Ok, besok pagi anda akan berada di Surga. Silahkan Peter akan jadi tour guide-mu.” kata Malaikat penjaga.
Paginya Peter mengajak Denny ke Surga.
Dilihatnya banyak orang bernyanyi bersama para Malaikat di atas awan. Menyanyikan lagu lagu pujian kepada Tuhan, sambil bermain harpa.
Peter mengajak Denny ikut bernyanyi beberapa jam di sana.
Setelah jam 1 siang, Denny merasa lapar, tapi mereka belum makan juga.
“Kapan jam makan di sini?” tanya Denny.
“Di Surga kita tidak perlu makan seperti di bumi. Kita sudah cukup kenyang tanpa makan!” kata Peter.
“Tapi saya lapar!” kata Denny.
“Karena kamu belum jadi penghuni tetap, masih percobaan. Kalau kamu sudah memilih jadi penghuni tetap surga. kamu tidak akan merasa lapar lagi.” kata Peter.
“Tapi saya kangen makanan, mau makan siomay, soto, pizza, ice cream,…,banyak makanan yang mau saya nikmati!” kata Denny.
“Kamu bukan di dunia lagi, kamu harus melupakan semua makanan itu!” kata Peter.
Denny kecewa.
“Tapi saya capek nih nyanyi terus dari pagi!’ kata Denny.
Lalu Peter membawa Denny beristirahat, duduk duduk di taman bunga.
“Kalau kamu mau tidur juga boleh.” kata Peter.
“Masa tidur di rumput, kotor dong?, ada kamar mandi nggak di sini kalau kita mau mandi?”
“Kita tidak perlu mandi di sini, badan kita tidak kotor.” kata Peter.
Dilihatnya ada serombongan gadis cantik lewat di taman.
Semuanya memakai gaun putih panjang dengan lengan panjang.
“Wah cantik cantik ya wanita di sini!” kata Denny.
“Iya karena tidak ada orang tua di sini. Semua orang tua menjadi muda kembali di Surga.” kata Peter.
“Enak juga bisa punya istri cantik yang tidak bisa tua di Surga.” kata Denny.
“Kami tidak menikah di sini. Kami sudah bukan manusia lagi, tidak ada pernikahan!” kata Peter.
“Tapi kalau sekedar berhubungan intim tanpa pernikahan boleh?” tanya Denny.
“Di dunia aja dilarang, apalagi di Surga!” kata Peter tertawa.
“Lalu buat apa wanita cantik cantik kalau tidak boleh disentuh?” tanya Denny.
“Ah kamu ini pikirannya kok ke situ terus sih?, kamu kan ada di surga. Jangan berpikir seperti manusia di dunia terus dong.” kata Peter.
Sorenya Peter mengajak Denny untuk menjalankan tugas penghuni Surga, yaitu membantu manusia di dunia.
Mereka melihat manusia dari layar monitor. Dan berusaha membantu para manusia yang mengalami kesulitan.
Denny kewalahan dengan tugas barunya ini.
“ Aduh, jadi manusia aja aku udah pusing sama persoalanku sendiri, sekarang aku harus membantu memecahkan banyak masalah orang lain lagi!’ keluh Denny.
“Kok Surga enggak seindah yang aku bayangkan ya? membosankan dan enggak ada kesenangannya. Udah enggak makan, tidak boleh pacaran. Malah kerjanya mesti bantu-bantu orang lagi!” keluh Denny.
“Besok kamu akan mendapat kesempatan tour di Neraka, kamu bisa pilih mana yang paling cocok untuk kamu.” kata Peter.
Keesokan harinya, Denny diajak Barbas ke Neraka.
Dilihatnya banyak bangunan pencakar langit seperti kota kota besar di dunia.
Lalu barbas mengajaknya ke sebuah gedung megah.
Didalamnya ada banyak teman teman dan saudara Denny yang sudah meninggal
“Surprise!” teriak mereka. Rupanya mereka mengadakan pesta kejutan untuk Barbas.
“Hey Denny, senang bisa ketemu lagi!” kata Rico, teman kuliahnya dulu yang meninggal karena bunuh diri.
“Ini kenalin istri saya!” kata Rico memperkenalkan istrinya yang cantik dan berpakaian sexy.
“Wah beruntung sekali kamu bisa punya istri secantik itu Bro!” kata Denny.
“Aku dengar kamu kemarin tour ke surga ya? enak engga?” tanya Rico.
“Ah, ngebosenin, kita engga boleh nikah di situ!’ kata Denny.
Denny asik bercengkrama dengan teman teman dan kerabatnya.
Saat jam makan siang, Barbas mengajak Denny ke ruang makan yang sangat besar.
Lebih besar dari taman makan di mall. Semua jenis makanan dari berbagai negara ada di situ.
Semua makanan kesukaan Denny ada di situ.
“Semua makanan ini hasil masakan Master Chef dari berbagai negara!” kata Barbas.
“Semau jenis minuman di dunia juga ada di sini!’ kata Barbas.
Denny makan sepuas-puasnya. Dan minum aneka minuman kesukaannya hingga mabuk.
Sorenya Barbas membawa Denny ke sebuah tempat yang penuh dengan ribuan wanita cantik.
Denny satu satunya pria di situ selain Barbas.
Semua wanita cantik itu berdansa dan berusaha merebut perhatian Denny.
Semuanya tanpa busana.
“Nah di sini kamu boleh pilih pasangan kamu malam ini. Terserah boleh pilih berapa saja sesuka kamu. Jangan khawatir, besok boleh pilih yang lain, Masih ribuan wanita cantik lain yang belum kamu liat.”
Denny kegirangan.
Wah ternyata Neraka jauh lebih menarik dari yang diduganya. Malah jauh lebih asik dari Surga, pikir Denny.
Malam itu Denny tidur larut malam setelah berpesta dengan para wanita cantik itu.
Pada hari ketiga, Denny kembali bertemu dengan Malaikat penjaga gerbang. Barbas dan Peter bersama mereka juga.
“Bagaimana Denny, apakah kamu tetap ingin memilih Surga?” tanya malaikat penjaga.
“Wah ternyata saya salah duga, ternyata Neraka jauh lebih enak daripada Surga.” kata Denny.
“Sudah kubilang, makanya harus coba dulu sebelum memilih!” kata Barbas bangga.
“Saya pilih Neraka aja deh!” kata Denny.
“Sudah mantap pilihan kamu?, tidak menyesal? kamu tidak boleh berubah pikiran setelah pindah ke sana loh!” kata Peter.
“Iya sudah mantap, aku pilih neraka aja, lebih cocok untuk aku!” jawab Denny.
“Baiklah kalau begitu, Barbas silahkan bawa Denny ke neraka. Sekarang Denny resmi menjadi penghuni tetap neraka!” kata Malaikat penjaga pintu akhirat.
Barbas bertepuk tangan kegirangan. Peter terlihat sedih.
Barbas lalu membawa Benny balik ke Neraka.
Saat pintu neraka dibuka, Denny melihat pemandangan yang berbeda dari kemarin.
Tidak ada lagi gedung gedung pencakar langit.
Hanya ada tanah berlendir bau dan kawah api.
Di lihatnya teman teman dan saudaranya compang camping dengan kulit penuh luka. Mereka sedang dianiaya para mahluk menyeramkan. Mereka berteriak-teriak kesakitan.
Dilihatnya Rico sedang menjerit-jerit dipukuli Mahluk seram.
“Rico, apa yang terjadi Rico, kok suasana hari ini sangat beda dengan kemarin?” tanya Denny cemas.
Rico tidak menjawab. Denny melihat Rico berusaha membuka mulutnya tapi rupanya lidahnya sudah terpotong.
“Kemarin kan cuma iklan, hari ini kamu melihat kenyataan!” kata Barbas tertawa.
“Penipu kamu, Jahat! ,Dasar Setan jahat!” kata Denny berusaha memukul Barbas.
Tapi Barbas mencengkeram tangannya dan memotong tangan Denny.
Denny berteriak kesakitan.
“Dasar kampungan, Iklan kan selalu lebih bagus dari aslinya!” kata Barbas sambil tertawa.
“Pak Denny, bangun pak, pak Denny….” Denny mendengar suara karyawannya.
Denny segera tersadar.
“Di mana aku?” tanya Denny.
“Di rumah sakit pak, tadi bapak pingsan dipukul customer!” kata karyawannya.
Ah untunglah, ternyata aku belum meninggal. Ternyata semua itu cuma mimpi, pikir Denny.
“Tolong ganti makanannya, biar sama persis seperti foto di layar menu!” kata Denny.
Karyawannya bingung.
“Kenapa diganti pak?, Kan iklan emang selalu lebih bagus dari aslinya?” tanya karyawannya.
“Nggak usah mikirin itu Pak, istirahat aja dulu.” kata Dokter.
“Selagi masih ada waktu Dok, saya takut telat.” kata Denny.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.