Cinta itu seperti angin,kowe bisa merasakannyah,namun tak bisa melihatnya

Hujan baru saja selesai mengunjungi bumi,namun gerimis, seperti enggan mengakhiri kepergiannya,rintiknya malah bercengkerama bersama daun pohon kamboja, yang berdesir menahan dingin angin,yang menari lembut,membuat sore, di tempat pemakaman umum menjadi kian syahdu.
Tanah yang lembek,bercampur lumpur,membuat sepasang kaki pria separuh baya berbaju koko dan celana kampret itu, ikut terbenam bersama sandal jepit yang berbalut lumpur,yang juga menghiasi baju dan celananya.
Kerut matanya yang basah oleh tetesan gerimis, menyamarkan beribu air mata;
Semua pelayat telah pulang,menyisakan Dia sendiri terpekur dalam doa;
Sementara angannya berkelana;tentang kenangan bersama seseorang yang kini terpisah berbatas gundukan tanah didepannya;
dipandanginya sekali lagi papan nisan yang masih baru dengan coretan spidol bertuliskan:Yuli ,yang basah bertabur aneka bunga juga doa doa.
#Berbeda, Bersahabat.
Namanya Yuli,perempuan, muda,masih SMA. Adalah sahabat Andini yang bertahun kemudian menjadi ibu dari satu satunya anak yang dikandungnya,karena sesaat setelah dia melahirkan,Tuhan lebih menyayanginya,Andini berpulang sehari setelah sang buah hati menghirup udara bumi.
Semenjak memasuki Sekolah Menengah Pertama Yuli telah bersahabat dengan Andini;Pagi,berangkat sekolah kalau tidak Yuli,pastilah Andini yang menhampiri ;usai sekolah pastilah saling tunggu untuk pulang bersama; Dimana ada Yuli disitu pasti ada Andini;saat libur sekolah Yuli menginap dirumah Andini begitupun sebaliknya.
"Din,selepas sekolah aku ingin kita keliling indonesia,kita mulai dari sabang di pulau sumatra,kita daki semua gunungnya,lalu kalimantan,sulawesi sampai merauke di papua";ujar Yuli dengan suara sedikit terengah,suatu hari didepan rumah Andini,selepas melepas lelah;waktu mereka baru saja tiba dari pendakian ke gunung Bromo di Jawa Timur.
"Hayu,siapa takut,setelah indonesia bosan kita kelilingi,kita keliling dunia ya";jawab Andini dengan suara penuh semangat.
Bertahun melewati masa sekolah,mereka selalu berpetualang berdua;tak bosan bosan berdua, mereka kelilingi hampir semua Gunung yang ada di pulau Jawa.
Bagi Yuli pendakian dan petualangan itu adalah obat pelarian; dari penatnya hidup;yang meski dia tidak kekurangan harta,tapi tetap saja hidupnya terasa sepi dan membosankan.
Ibunya meninggal sewaktu Dia masih Sekolah Dasar,sementara Ayahnya yang pengusaha dalam bidang kontraktor perumahan dan jalan besar,jarang ada dirumah,apalagi setelah terdengar kabar Dia menikah lagi;tapi setidaknya dengan semua kemalangan itu; membuat Yuli bebas pergi kemanapun Dia mau,tak ada yang peduli apalagi melarang.
Akan tetapi meski sama sama anak tunggal kehidupan Andini berbeda dengan Yuli,Andini berasal dari keluarga sederhana,tidak kaya tapi juga tidak kekurangan.
Ayahnya sebelum meninggal adalah seorang petani,dan kini semua lahan peninggalan Ayahnya diteruskan ibunya untuk digarap.
Sebagai satu satunya penerus keturunan keluarganya,Ibunya berharap banyak darinya,agar bisa menjadi penerus keturunan keluarganya.
Ya Ibu Andini ingin agar dia cepat menikah seusai sekolah,karena beliau khawatir jika dia meninggal, sebelum Andini menikah.
Akhir juni selepas ujian sekolah:
"Yul...aku akan menikah setelah kelulusan, Ibu sudah menerima lamaran dari keluarga Pak Sirnarudin,pemilik penggilingan padi dikampung sebelah; tempat kami biasa menggiling padi disana".ucap Andini pelan menahan sedih,bersama daun daun yang berguguran berserak tertiup angin sore itu;menutupi halaman sekolah,halaman yang setiap hari mereka lewati dan sebentar lagi akan mereka tinggalkan.
"Lalu Bagaimana dengan kita din,rencana kita berdua untuk pergi ke ke Sabang di pulau sumatra lalu berlanjut sampai papua,setelah itu kita akan pergi ke malaysia singapura,india,cina,lalu ke negara negara timur tengah sambil umroh ke mekah",tanya Yuli penuh harap pada Andini.
Andini hanya terdiam,matanya berawan sambil menatap teratai putih yang bermekaran di kolam didepan sekolah.
Tapi rencana hanya tinggal rencana;setelah perdebatan panjang,hingga tangisan,lalu berakhir saling diam.
Yuli tetap saja harus merelakan Andini, untuk menikah dengan Harun, lelaki pilihan Ibunya.
Lelaki baik yang tak pernah menyangka akan mengalami perjalanan hidup yang luar biasa.
#Menikah,dibulan Juli lalu pergi.
Tibalah pada hari yang telah dinanti,di bulan juli,Andini menikah dengan dengan Harun.
Rumah telah dihias,janur telah dirangkai,Apel,pisang,nanas,anggur,telah disusun membentuk gapura hiasan yang indah.
Masih dingin pagi itu,Harun telah datang bersama keluarga besar,sementara itu dikamar pengantin yang indah;terlihat Andini dengan riasan yang sangat cantik di hari pernikahannya.
"Saya terima nikahnya Andini binti Asmawi dengan mas kawin kalung 3 gram,cincin sebelas gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."dengan suara bergetar Harun mengucapkan akad nikahnya dengan Andini.
"Sah...! ujar penghulu,saaah....! jawab saksi dan, para hadirin sekalian.
Seketika suasana tegang menjadi kegembiraan.
Doa pernikahan terucap dari pak Penghulu bersama wajah pucat Harun yang berubah,merona, berseri, seiring sukacita bisa bersanding dengan gadis pujaan hatinya.
Dan diujung sana Dengan balutan blouse dipadu rok selutut,meski hati sedih,Yuli mencoba menguatkan hati,kakinya berjalan pelan menuju kursi pelaminan.
"Selamat ya din,semoga langgeng,dan berbahagia",bisik Yuli saat bersalaman memeluk untuk terakhir kalinya,seorang sahabat yang juga pasangan jiwanya.
"Terimakasih ya Yul,atas doa dan kedatangannya,tetap semangat ya,aku titip doa untuk semua petualangan petualanganmu",ucap Andini sambil membalas erat pelukan Yuli,seolah pertanda kalau,mereka tidak akan sedekat ini lagi di kemudian hari.
#Eropa dan Airmata
Andini semakin sibuk dengan Harun mengurusi bisnis dalam bidang perdagangan;jual beli material dan perkakas bangunan,saking sibuknya sampai berulang kali mengalami keguguran; mereka masih belum mempunyai keturunan di usia lima tahun perkawinannya.
Apalagi berkirim kabar dengan Yuli;yang hanya sempat rutin mereka lakukan diawal pernikahan mereka;setelah itu jarang sekali berkirim kabar;paling bertemu hanya ketika Hari Raya.
Selepas lulus kuliah Yuli mendapat beasiswa ke Paris;tentu saja ini kesempatan yang sangat dinanti,bisa sekolah juga jalan jalan ke luar negeri.
Hari itu,Yuli baru saja sampai di hotel setelah berkeliling menara Eifel,
"Ada pesan dari Indonesia, Miss yuli",kata mrs catherine pemilik rumah,tempat yuli tinggal.
"Oh ya,bisakah saya menelpon balik",tanya Yuli.
"Iya,silahkan",ujar mrs catherine ramah.
Setelah nada dering berganti suara seorang pria yang mengucap salam."Assalamualaikum";
"Waalaikumsalam;Hallo ini dengan Yuli,dengan siapa ini bicara";tanya Yuli pada suara diujung telepon.
"Yuli ini Harun...,sudah lama aku mencarimu;dari kerabatku di paris aku dapat melacak alamatmu sekarang."
"Iya Harun....kenapa;Ada keperluan apa kau mencariku;
Sesaat sepi di ujung telpon;
Terdengar lirih Harun terisak;
"Kenapa Harun...Andini...sehatkah....;
Hening lagi;
.............
.............
....
Dengan terbata,Harun bercerita,setelah lima tahun menanti buah hati,Akhirnya awal tahun kemarin,Andini diberi kesempatan untuk hamil.
"Satu bulan lalu,Andini melahirkan.....tapi Tuhan lebih sayang dia,....Andini telah berpulang, yul..."
Cerita mengalir perlahan;disela isak yang tertahan;dan pada akhirnya
pecah sudah;menjadi tangisan yang tergugu gugu...
Tanpa berpikir panjang,Hari itu Yuli segera cekout dan pergi ke bandara,untuk mencari penerbangan tercepat ke Indonesia.
#Lelaki Seorang diri
Sesampai di indonesia,Yuli segera pergi ke rumah Harun dan Andini
Disambut Ibu Andini,yang memberi tahu kalau Harun sedang pergi mengunjungi makam Andini,bersama buah hatinya.
Pagi itu bersama angin yang lembut menemani hangat mentari;seharusnya menjadi suasana yang indah;berbanding terbalik dengan pemandangan yang terlihat.
Seorang lelaki muda;mata sembab;berjongkok didepan makam yang masih baru;sementara disebelahnya;didalam kereta bayi, terlihat bayi mungil nan cantik, terlelap dalam wangi minyak telon dan balutan bedak bayi.
"Kenapa kau bawa bayimu kesini harun";tanya Yuli sesaat setelah Harun selesai berdoa.
"Dia sediki rewel,tetapi akan menjadi tenang saat aku berkunjung kemakam ibunya;sepertinya dia nyaman kalau dekat dengan makam ibunya".
Jawab Harun.
"Mirip Andini",bisik Yuli saat mengendong dan memciumi bayi mungil itu dari dalam kereta bayi.
Usai menaburkan bunga,mereka pun beriringan pulang.
Atas permintaan Ibu Andini,yuli tinggal sementara dirumah Harun,karena entah kenapa, Arsita putri kecil Andini dan Harun merasa nyaman dan tidak rewel saat ada yuli diantara mereka.
Meski ada baby sitter dan asisten rumah tangga,tetap saja bayi Arsita lebih nyaman bersama Yuli.
Dan itu juga membuat Yuli tidak habis fikir,karena seumur hidupnya belum pernah dia hidup bersama bayi,apalagi memegang bayi,berkhayalpun belum pernah dia lakukan untuk memiliki bayi.
"Mungkin ini jawaban,atas sikap Andini dulu sebulan sebelum melahirkan;Dia ingin sekali bertemu denganmu Yul;Aku bingung waktu itu, dengan keinginannya;karena susah sekali mencari keberadaanmu yang selalu traveling ke berbagai negara".
Cerita Harun,saat Yuli sedang menyuapi bayi Arsita.
Yuli memang masih melanjutkan cita cita untuk pergi keliling dunia;jika ada waktu luang di sela jeda waktu kuliah juga saat libur semester;dia pasti akan traveling ala backpaper ke luar negeri.
#Hanya menjadi Ibu Sambung
Dipandangi perlahan bayi Arsita,tak terasa sudah enam purnama,bayi mungil itu tumbuh besar dengan segala tingkah lucu dan imutnya.
Dan semakin hari rasa sayang itu tumbuh tak terbendung,seperti aliran air sungai dipagi hari yang jernih,menjadi cinta;cinta yang seperti angin;bisa kita rasa; tak bisa kita sentuh;mengalir seperti udara pagi yang memenuhi paru paru; menimbulkan kenyamanan dijiwa.
Bahkan rencana rencana besar yang telah di buat berbulan lalu, seperti terlupakan oleh kenyataan, bahwa bertemu bayi Arsita adalah sebuah pengalaman seru dan indah,mengalahkan semua petualangan petualangan yang telah dilaluinya di berbagai negara.
Pernah terlintas di fikiran Harun untuk mencoba meminang Yuli,agar kehidupan rumah tangga kembali bersemi setelah kepergian Andini.
Tapi dia sudah menduga kalau Yuli pasti menolaknya,karena menurut cerita Andini,Yuli memang berbeda.Dia hanya menganggap semua lelaki adalah seperti Ayahnya,yang pergi begitu saja meninggal dia,saat Yuli masih kecil.
Meski saat dewasa Yuli baru tahu,kenapa Ayahnya pergi;karena Ayahnya tidak mampu menahan kesedihan saat istrinya pergi meninggalkan mereka untuk selamanya.
Ketika Arsita semakin besar,kira kira umur tiga tahunan,Harun pernah mencoba untuk mengutarakan semua perasaanya terhadap Yuli
"Yul..Arsita semakin besar,sepertinya kian hari dia semakin dekat denganmu,apakah kamu mau terikat perkawinan denganku";ucap Harun suatu ketika,saat Arsita makan sore, sambil disuapin oleh Yuli.
"Maaf....Harun,kamu harus tahu,aku mau merawat Arsita,karena aku tidak mau dia bernasib sama denganku,kekurangan kasih sayang,setelah ditinggal ibu meninggal,Ayahku malah pergi,karena tidak kuat menahan kesedihan."ucap Yuli.
"Aku ingin kamu kuat dan terus ada buat Arsita;dan jika kamu menikahiku,Aku khawatir tidak fokus lagi menemani Arsita.
Aku tidak mau itu terjadi;Aku sangat mencintai Arsita, Harun;biarkanlah aku menemaninya sampai dia dewasa.
Dan sejak saat itu tak ada lagi rencana rencana pernikahan.
Hidup terus berjalan,Arsita semakin besar dan menganggap Yuli adalah ibu yang paling mencintainya.
Begitupun Yuli,untuknya, Arsita adalah segala segalanya,semua akan dilakukan demi kebahagiannya,tak ada yang lebih indah dari apapun selain melihat Arsita bangun dipagi hari dalam keadaan sehat,apalagi semakin dia beranjak dewasa langkah,senyum dan tawa Arsita,semakin mengingatkan dia akan sosok Andini.
#Arsita,Andini dan Yuli.
Arsita tahu sejak dulu kalau Yuli bukan ibu kandungnya,bahkan sejak Balita,karena hampir sebulan sekali pasti diajak pergi kemakam Andini
"Mah ini makam siapa";suatu hari Arsita pernah bertanya pada Yuli,kala itu Arsita masih terlalu kecil untuk memahami tentang kematian.
"Ini makam teman mamah,teman yang mamah sangat sayang,seperti rasa sayang mamah ke kamu Arsita";hanya itu jawaban mamah saat itu;mamah adalah panggilan Arsita untuk Yuli.
Setelah ulang tahun Arsita yang kedelapan tahun,bersama Mama Arsita dan Ayah Harun mereka mengunjungi makam Andini,dan setelahnya Harun perlahan mulai menceritkan siapa sesungguhnya Teman yang ada di makam, yang sering kali mereka kunjungi.
Pada awalnya,tentu Arsita kecil kaget,dan sedih,tetapi perlahan dia mulai memahami,dan akhirnya menerima semua kenyataan yang telah terjadi.
Dan tentu saja,semuanya berjalan dengan baik karena Yuli yang begitu sabar dan tegar, saat mendampingi Arsita.
Yuli sangat melindungi Arsita,pernah suatu hari saat pulang sekolah,Arsita digoda dan hampir dilecehkan oleh preman kampung.
Arsita menangis saat tiba dirumah,
tahu apa yang dilakukan Yuli,dia berlari sambil membawa parang lalu menghampiri preman kampung yang sedang berjudi di kebon bambu,tanpa banyak bicara dia hajar semua preman itu,dan seandainya saja tidak ada Pak Lurah yang kebetulan lewat sehabis dari sawah,mungkin sudah ditebas semua itu preman preman kampung.
#Cinta seperti angin bisa dirasa namun tak bisa dipegang.
Begitulah rasa sayang Yuli terhadap Andini,meski akhirnya terpisah karena keadaan tapi rasa sayang itu terus bertumbuh meski pelan tapi abadi ,hingga Tuhan memberikan jalan yang lebih indah dengan kehadiran Arsita dikehidupan Yuli.
Tak terasa, Arsita bersama kasih sayang Harun, dan Yuli tumbuh menjadi gadis cantik, yang juga pintar dalam bidang akademik.
Setelah wisuda Arsita menjadi Dokter,dan bertugas di rumah sakit daerah dikota tempat tinggal mereka.
Akan tetapi disinilah duka itu dimulai,Yuli sering batuk batuk kecil,lama kelamaan nafasnya semakin berat.
Setelah melalui pemeriksaan,diketahui ada tumor kecil di dalam paru parunya,tapi tumor itu tumbuh semakin cepat menjadi kanker ganas.
Pengobatan demi pengobatan tak membuat kesehatan Yuli membaik,hingga pada akhirnya Tuhan kembali memanggil bidadari penyelamat di keluarga Harun.
Dan itulah yang terjadi sore itu,diantara hujan deras,Harun harus melepas kembali perempuan kedua,yang rela melepas semua yang telah dicita citakan; dan memberikan seluruh waktu, cinta, dan kasih sayangnya untuk Arsita,untuk keluarga mereka.
"Aku belum pernah merasakan dicintai,sebelum bertemu Andini,tapi setelah kehilangannya justru aku mendapatkan cinta yang sesungguhnya dari My Baby Arsita"....
Itu adalah sepenggal kalimat yang tertulis pada buku diari milik Yuli.
Dan itu memang benar sekali terasa oleh Harun,meski dia tidak dapat memiliki cinta seutuhnya dari Yuli tapi dia sangat merasakan sekali kasih sayang itu dari mendiang Yuli.
Sore itu saat Harun berjalan pulang dari pemakaman Andini,dan Yuli,meski jaraknya berjauhan tapi masih dalam satu komplek pemakaman,dia merasakan angin yang sejuk berhembus menimbulkan ketenangan.
Dan benar kata orang tua dulu
"Cinta itu seperti angin kowe hanya bisa merasakan tapi tidak bisa melihatnya",begitupun cinta Yuli terhadap Andini,Arsita dan keluarga besarnya,tak terlihat tapi sangat terasa.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.