Cinta Di Persimpangan Jalan

" kalau memang kita jodoh, Tuhan bakal ngasih jalan buat aku minta kamu secara baik baik dari keluargamu" jawabnya sambil tersenyum.

Cinta Di Persimpangan Jalan
Gambar ilustrasi: jalan hutan by pixabay https://pixabay.com/id/photos/jalan-hutan-perjalanan-cara-598181/


Di sudut gedung fakultas teknik terlihat 2 orang tengah duduk berbincang di anak tangga. Satu orang lelaki bertubuh tinggi besar, berkulit putih dan bermata sipit, dan seorang perempuan berjilbab berkulit hitam manis ,dan tingginya setinggi bahu si lelaki.


"Gak nyangka ya bakal secepet ini .."

Daniel tersenyum kecut sambil menghisap sebatang rokok di tangannya. Tatapannya kosong entah ke arah mana,dia nggak pernah nyangka kalau hubungan dengan kekasihnya akan segera berakhir.

Sementara perempuan berjilbab yang duduk di sebelahnya hanya diam dengan tatapan yang juga hampa, sambil memeluk kakinya dan wajahnya bertumpu pada lutut.

Sebenarnya sudah sejak awal mereka sadar hubungan mereka nggak akan mudah. Namun mereka tidak pernah menyangka bakal secepat ini harus diakhiri.

Nama perempuan itu Namira, gadis keturunan jawa asli , kulitnya hitam manis, berkerudung ,dan dari kalangan religius.

Dia akan segera menjalani proses taaruf dengan lelaki pilihan keluarganya. Yang juga punya latar belakang agama yang baik.

Sementara hati Namira masih galau. Dia belum siap berpisah dengan Daniel yang sudah berpacaran dengannya selama 3th belakangan ini.

Berbeda dengan Namira, Daniel seorang lelaki keturunan Tiong Hoa dan seorang penganut Nasrani. Namun perasaan cinta tak pernah memilih. Mereka saling jatuh cinta. Dan cinta mereka menembus dinding-dinding perbedaan.

Hubungan mereka dibangun di atas rasa toleransi yang tinggi. Saat Sedang bersama mereka bahkan hampir tak pernah merasa kalau mereka berbeda. Tak ada keinginan untuk mendoktrin satu sama lain. Dan membanding bandingkan latar belakang mereka.

Namun siapa yang bisa mengerti kondisi mereka?di mata semua orang hubungan mereka bukanlah sesuatu yang wajar. Bahkan sesuatu yang haram, dilihat dari sudut pandang manapun mereka tak seharusnya bersama.

Khawatir putri kesayangan mereka berhubungan terlalu jauh dengan lelaki beda keyakinan, orang tua Namira merencanakan Taaruf untuk putri semata wayangnya.

Dari mulai asal usul keluarga , bibit, bebet, dan bobot benar-benar diperhitungkan dengan baik. Semua disiapkan sedemikian rupa, agar Namira segera jauh dari Daniel pacarnya.

"Kita kawin lari saja gimana?" Tanya Namira ragu.

Daniel hanya tersenyum, dilihatnya wajah kekasihnya lekat - lekat. Wajah yang begitu lugu, selugu pola pikirnya. Yang membuat Daniel ingin selalu menjaganya.

Dielusnya kepala yang terbungkus hijab warna merah muda itu dengan sayang.

" kalau memang kita jodoh, Tuhan bakal ngasih jalan buat aku minta kamu secara baik baik dari keluargamu" jawabnya sambil tersenyum.

Namira menatap mata Daniel dengan berkaca kaca.

" seandainya keluargaku tau, kamu punya hati yang tulus seperti itu"

"Dasar ndong ndong.. yang penting kamu sama Tuhan tau" kata Daniel sembari beranjak dari tempat ia duduk.
Kemudian dia berjongkok menghadap Namira dan menggenggam tangannya.

"Kamu harus janji sama aku ya.."

" janji apa?" Tanya Namira

"Siapapun pasanganmu nanti, kamu harus bahagia" sahut Daniel sambil mencium tangan Namira.

Namira tersenyum namun air matanya perlahan meleleh.

"Kamu juga harus janji sama aku"

"Janji apa sayang? "

"Kalau taaruf ini nggak berhasil, kamu harus mau memperjuangkan hubungan kita. Apapun yang terjadi" jawab Namira sambil menangis.

"Pasti.." sahut daniel dengan tersenyum, namun dibalik matanya ia menyembunyikan kesedihan yang sama.

**************************************
Sudah seminggu sejak Namira terakhir ketemu Daniel. Lelaki yang taaruf dengannya pun sudah tiga kali berkunjung ke rumahnya. Namun tampak tak ada rasa lebih diantara keduanya.

Berbeda dengan mereka, orang tua mereka sangat antusias menyusun rencana peresmian hubungan mereka.

"Minimal Namira harus dilamar dulu dan dilanjutkan dengan pernikahan setelah Namira lulus kuliah". Kata ibu Namira memberi deadline agar anaknya segera jauh dari pemuda beda agama yang menjadi pacarnya.

Ibu dari khamid, lelaki yang dijodohkan dengan Namira adalah teman SD ibu Namira. Maka dari itu, mereka sangat bersemangat menjodohkan kedua anak mereka.

Hari baik, tanggal baik, bulan baik semua sudah dirancang, sampai akhirnya pihak laki laki menanyakan weton Namira untuk dihitung.

"Sabtu Kliwon" kata ibu Namira.

Ibu khamid tampak mengerutkan dahi sambil menghitung dengan jemari tangannya.

Tiba - tiba wajah Hj.Alfi ibunda khamid tampak kecewa,dia terdiam sejenak mencoba mencari jalan keluar.namun ia kembali menggelengkan kepalanya.

."wah nggak bisa ini.. nggak bisa" kata ibu Khamid bergumam.

"Memangnya kenapa Fi?"tanya ibu Namira keheranan.

"Satuan wetonnya nggak cocok, bisa jadi malapetaka nantinya"

"Loh, bukanya weton si Khamid itu Jumat Pahing? Jatuhnya Pesthi, bakal rukun ,tenterem keluarganya.

"Bukan.. bukan Jumat Pahing, tapi Jumat Kliwon, kalo namira Sabtu kliwon 17, Khamid Jumat Kliwon 14, jatuhnya 31.. Sujanan" jelas ibu Khamid

"Apa? Sujanan?" Mata ibu Namira terbelalak. Ternyata dia mendapat informasi yang salah tentang weton Khamid.

"Iya artinya Rumah Tangga mereka nggak akan bahagia, banyak malapetaka" sahut Hj. Alfi kecewa.

Kedua teman baik itu dengan kecewa terpaksa membatalkan rencana perbesanan mereka.

Ironis memang, untuk seorang yang sudah bergelar Hj. Dan berasal dari kalangan religius ternyata masih percaya hitungan weton. Namun justru ini kabar yang sangat menguntungkan bagi Namira.

Berita pembatalan perjodohan ini malah disambut sukacita oleh Namira dan Khamid. Ternyata diam - diam Khamid juga sudah memiliki kekasih. Namun keluarganya tidak merestui hubungan mereka lantaran orang tua pacarnya adalah seorang narapidana.

"Kita masih bisa jadi temen kan?" Tanya Khamid lewat telepon.

"Tentu saja Mas.. aku sudah menganggapmu seperti Masku sendiri" sahut Namira tersenyum.

Khamid memang 5th lebih tua dari Namira. Selama proses taaruf ,setiap kali ketemu, Namira malah sering curhat ke Khamid soal hubungannya dengan Daniel. Begitu juga sebaliknya. Khamid sering menceritakan soal pacarnya pada Namira.

Senyum Namira mengembang manis sekali. Terasa beban pikiran yang selama ini menghantuinya sudah diangkat oleh Tuhan.

Setelah perjodohan dengan Khamid dibatalkan, Namira kembali menjalin hubungan dengan Daniel. Kali ini mereka memilih backstreet.

Sering ia mengaku ada kuliah, ada bimbingan dosen, dan berbagai alasan lainnya agar bisa bertemu dengan Daniel. Padahal di semester ke 7 dia hanya tinggal menyelesaikan bab terakhir skripsinya.

Namun orang tuanya yang hanya lulusan SMP tak pernah tahu tentang hal itu. Setahu mereka selama anaknya belum lulus berarti masih harus ke kampus setiap hari.

Baru beberapa bulan menjalani kembali kisah cinta mereka, ujian kembali datang. Namira kembali dijodohkan. Kali ini dengan teman kerja kakaknya.

Berbeda dengan Khamid yang hanya menganggap Namira sebagai adiknya, Ivan teman kakaknya sangat tergila gila pada Namira. Dia cenderung agresif mendekati Namira. Bahkan dia bersedia membiayai seluruh biaya kuliah Namira sampai wisuda jika Namira mau menikah dengannya.

Melihat gelagat Ivan, orang tua Namira sangat merasa diuntungkan. Mereka mendesak Namira untuk menerima Ivan sebagai suaminya. Apalagi sepak terjang Namira dan Daniel lama lama terendus juga oleh mereka.

Tanpa sepengetahuan Namira mereka bahkan sudah merancang rencana pernikahan anak mereka dengan Pegawai Negeri Sipil itu.

Namun kali ini Namira benar benar memberontak. Tak mau lagi hubungannya dengan Daniel kembali diusik. Sampai hubungan Namira dan keluarganya menjadi semakin tegang.

"Ojo keblinger Mir, eling akhirat.. mbok pikir bener kelakuanmu kui hah?" ( jangan terlena Mir, ingat akhirat, apa kau pikir sudah benar kelakuanmu itu hah) bentak mansyur kakak laki laki Namira.

"Kalau yang aku lakukan itu dosa, biar aku sendiri yang menanggung dosanya. Kalau aku harus masuk neraka , aku nggak akan ngajak kalian ikut ke neraka juga.. aku sendiri yang bakal nanggung". Kata Namira sambil menatap tajam ke mata kakaknya.

"Plakk!!!" Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Namira.

" mbok pikir cuma kamu yang bakal menanggung dosanya hah?? Apa kamu nggak pernah denger kalau seorang laki laki itu bertanggung jawab atas sodara perempuannya juga??" Mansyur kehilangan kesabaran. Matanya memerah meluapkan amarah.

"Kamu nggak hanya akan membawa dirimu saja ke neraka, tapi aku juga, bapak juga..paham kamu?" Teriaknya lagi.

Namira hanya menangis memegangi pipinya. Rasa sakit tidak hanya dirasakan di pipinya tapi juga menjalar ke hatinya. Kakak yang selama ini menyayanginya dan melindunginya ternyata bisa juga kehilangan kendali dan menamparnya.

Malam itu Namira mengurung diri di kamar. Dia tidak mengerti kenapa keadaan menjadi serumit ini.

"Ya Allah.. jika perasaanku padanya adalah sebuah dosa besar, mengapa tak Kau hilangkan saja perasaan ini Ya Allah?" Namira menutup wajahnya dengan bantal dan tenggelam dalam isak tangisnya.

"Jika perasaan ini begitu kuat dan tidak bisa dihilangkan, mengapa tak Kau permudah jalan kami?"

Doa pilu Namira terdengar oleh ibunya. Dan ia pun menangis mendengar ratapan anak perempuan kesayangannya. Ingin sekali dia merestui hubungan Namira dan Daniel demi kebahagiaan putri semata wayangnya. Apalagi tidak bisa dipungkiri, Daniel adalah pemuda yang baik dan sopan di matanya. Hanya saja keyakinannya dan latar belakangnya saja yang berbeda.

Akhirnya sang ibu menelpon ayah Namira yang bekerja di luar pulau. Bertanya apa yang seharusnya dilakukan menghadapi Namira.

"Ya sudahlah coba kita biarkan saja dia, toh masih ada hukum pernikahan yang menghalangi mereka kelak. Biarkan saja dia sampai bertemu jalan buntu lalu kembali lagi ke jalan yang semestinya." Kata ayah Namira menanggapi.

Setelah menerima telepon dari ayah,Ibu Namira sedikit melunak. Dia membiarkan Namira tetap menjalin hubungan dengan Daniel namun dengan syarat nggak boleh lebih dari sekedar teman.

Namira menerima dengan senang hati syarat dari ibunya. Tak apalah yang penting bisa ketemu Daniel tanpa harus sembunyi-sembunyi lagi. Bahkan Daniel pun sudah mulai berani berkunjung ke rumah Namira.

Sampai suatu hari dia diusir oleh Mansyur sewaktu berkunjung ke rumah Namira lewat dari jam 9 malam karena motornya mogok di jalan menuju rumah Namira, sehingga dia kemalaman sampe di sana .

Dengan emosi Mansyur memaki Daniel habis habisan. Namira menangis melihat Daniel kehilangan harga dirinya di depan keluarganya. Bahkan beberapa tetangga datang berkerumun mendengar teriakan Mansyur.

Sejak saat itu Daniel tidak pernah lagi datang berkunjung. Bahkan Namira mulai kesulitan menghubungi Daniel. Mungkinkah dia sakit hati setelah diusir oleh Mansyur? Segala macam praduga muncul dalam benaknya. Hingga 2 bulan sudah Namira dan Daniel tidak saling bertemu dan bertukar kabar.

Setiap hari Namira menunggu Daniel di tangga fakultas teknik tempat favorit mereka. Terkadang ditelusurinya setiap ruang kelas kalau saja ada Daniel di dalamnya. Namun Daniel tak pernah terlihat.

Lalu dicarinya Daniel di seluruh sudut kampus, di tempat-tempat dimana Daniel sering nongkrong. Di lapangan basket, kantin,ruang dosen, sampai ke perpustakaan. Namun hasilnya tetap Nihil.

Tiba-tiba ia teringat ada suatu tempat dimana Daniel sering menghabiskan waktunya. Di Game Net. Mungkin saja Daniel ada di sana. Mungkin ada turnamen Game yang akan digelar sehingga Daniel latihan di sana.

Sampai di Game Net langganan Daniel Namira bertemu dengan Roy, sahabat Daniel sejak kecil yang juga anggota tim Game online yang sama dengan Daniel.

"Sejak turney di Solo minggu kemaren aku nggak pernah ketemu dia lagi, dia juga nggak pernah mampir kesini seminggu ini " jawab Roy ketika Namira menanyakan soal Daniel.

Namira menghela nafas, lemas terasa sekujur tubuhnya. Kini dia nggak tau lagi mau cari Daniel kemana.

" sudah coba dateng ke rumahnya?" Tanya Roy.

Namira hanya diam, teringat terakhir kali dia diusir oleh tantenya Daniel.

Orang tua Daniel memang tidak keberatan dengan hubungan mereka, namun tante Daniel sangat menentang. Dia tidak suka Daniel berhubungan dengan perempuan seperti Namira yang punya latar belakang berbeda.

"Sudahlah Niel.. kamu jangan mikir pacaran dulu. Fokus kuliah aja dulu, nggak usah mikir pacaran. Kalau mau pacaran, nanti uwak cariin anak temen-temen uwak, nonik-nonik, cantik-cantik, bukan item dekil kaya gini". Kata tante Daniel memandang sinis ke arah Namira.

Kata-kata itu selalu terngiang di telinga Namira. Itu yang membuat ia enggan menghampiri Daniel lagi ke rumahnya. Mereka hanya bisa bertemu di kampus atau janjian di luar.

"Setahuku tante Hong pergi perjalanan bisnis sama suaminya ke Singapura sejak tiga hari yang lalu " kata Roy mengetahui apa yang dipikirkan Namira.

Namira tersenyum " makasih Roy.." katanya sambil bergegas menuju rumah Daniel.

Namira menghentikan motor bututnya di depan rumah berpagar cokelat,dan berdinding warna kuning gading. Buah jambu air di halamannya banyak berjatuhan dan berserakan, seperti tak ada yang ingin memetiknya.

Teralis berwarna senada dengan pintu pagar tertutup rapat ,bukan berarti tak ada orang di rumah. Rumah milik keturunan Cina di daerah ini memang kebanyakan dipasangi teralis serupa dan cenderung selalu tertutup rapat. Mungkin demi keamanan.

"Guk..gukkkk..gukk.." Namira terhentak mendengar sambutan dari anjing beperawakan besar berbulu cokelat tua yang berlari keluar lewat pintu samping rumah Daniel. Anjing keturunan campuran antara pitbull dan retreiver itu memang berperan sebagai penjaga sekaligus bel bagi rumah Daniel.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu dibuka, terlihat sosok seorang perempuan paruh baya berkulit putih ,bermata sipit dan berambut sebahu.

"Wah.. Namira.. kok lama nggak kelihatan?" Sapa ibu Daniel ramah
Namira hanya tersenyum.

"Daniel ada tante?" Tanya Namira kemudian.

"Baru keluar sebentar nganterin adeknya Les. mari masuk Mir, tunggu di dalem aja"

Namira tersenyum lega, akhirnya sebentar lagi dia bisa bertemu dengan orang yang sangat dirindukannya.

"Kamu tunggu aja di kamar Daniel ya.. ini biar si Choky gak gangguin kamu".

Choky adalah nama anjing besar milik Daniel yang tadi menyambut kedatangannya.

"Wah nggakpapa memangnya tante? " sahut Namira agak sungkan.

"Nggakpapa, tapi maaf ya berantakan, Daniel memang suka males kalo disuruh rapiin kamar" kata ibu Daniel tersenyum.

Namira memperhatikan kamar Daniel. Kamar yang lumayan luas, dengan 1 buah lemari pakaian, 1 buah rak yang berisi kumpulan komik jepang, dan dibagian atasnya berbagai macam perlengkapan game. Seperti headset, mouse, mouse pad khusus dan pernak pernik lainnya

Di pintu tertempel berbagai macam sticker Game "Ayo Dance" dengan berbagai macam karakter. Daniel memang menguasai hampir semua jenis Game Online. Bahkan dia pernah memainkan 2 karakter ayodance bersamaan, dari 2 komputer memakai tangan kanan dan kiri. Dan dia bisa mendapat skor yang tinggi.

Namira hanya menggeleng geleng kepala melihat kamar pacarnya yang didominasi oleh game online.

Di dinding kamar Daniel hampir tak ada foto yang terpasang. Hanya 1 foto mereka berdua di tangga fakultas teknik ,tempat favorit mereka yang terpasang disitu. Di sebelahnya sebuah jam dinding bertuliskan "Reuni SMA 1 angkatan Tahun 75" yang sudah pasti milik ayahnya.

Namira duduk di kasur busa yang digelar di lantai, tanpa ranjang. Matanya tertuju pada rak meja bagian bawah. Ada 2 buah buku kecil dan kain sarung yang terlipat di sana. Namun dia agak ragu dengan apa yang dilihatnya. Akhirnya dia mendekat untuk memastikan.

Namira terperanjat mengetahui itu benar lipatan sarung dan di bawahnya juga ada selembar sajadah. Buku kecil yang tadi di sampulnya bertuliskan "Panduan Sholat" dan " Mengenal Huruf Hijaiyah".

Hati Namira berdegub kencang , perlahan airmatanya meleleh. Dia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Tiba- tiba Terdengar suara pintu dibuka. Namira menoleh, melihat sesosok lelaki yang dirindukannya berdiri di depan pintu.

Daniel tersenyum melihat Namira sudah mengetahui semuanya. Dia mengangguk menandakan apa yang dipikirkan oleh kekasihnya benar adanya.Namira langsung berhambur memeluk Daniel sambil menangis haru.

"Alhamdulillah ya Allah.. Alhamdulillah.." ucapnya diselingi tangis.







Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.