Perempuan Berpayung Merah

Cerita pendek tentang seorang pria yang dihantui delusi hingga akhir hidupnya

Perempuan Berpayung Merah

Sudah dini hari, kota medan mulai sunyi. Sesekali terdengar sayup-sayup, suara kendaraan dari seberang. Sampah yang menggunung meniupkan bau busuk di sekitar pasar tradisional.


Cahaya keemasan dari lampu jalan memperjelas sosok pria kumal berbadan kurus. Rambut ikalnya berminyak. Baju yang dikenakannya berlumuran darah. Begitupula parang yang dia letakkan disebelahnya.


Pria itu mencoba menidurkan diri diatas kursi kayu panjang. Teras warung dipinggir pasar, jadi tempat beristirahatnya sebentar, sebelum melanjutkan pelarian. Tapi disetiap menutup mata, gambar dalam pikirannya menampilkan kejadian tadi pagi. 


Memang Desember penuh hujan. Tapi malam ini, hujan tiba dengan suara  seperti langkah kaki ribuan serdadu. Suara itu membawa pria itu hanyut semakin jauh dalam ketakutan. Dia duduk dan menunduk, kedua tangannya memeluk tubuh sendiri. Sambil bernyanyi pelan.


Ding ding ding dong, 
Dua kelinci menari,
Ding ding ding dong,
Dua kelinci menari,


Hujan yang semakin deras membuat pria itu bernyanyi semakin keras dan semakin cepat, begitupula detak jantungnya. Dia menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya. 


Ding ding ding dong,
Dua kelinci menari,
Ding ding ding dong,
Dua kelinci menari,


Pria itu bernyanyi sekeras mungkin menggunakan sisa tenaga yang dimilikinya. Seketika hujan terdengar lebih pelan dan lembut.


Setelah pria itu  membuka mata, seorang perempuan berpayung merah berdiri dihadapannya. Perempuan itu berambut panjang. Parasnya ayu. Seluruh tubuhnya pucat. Dia memakai gaun putih sederhana. Perempuan itu juga tidak memakai alas kaki.


"Jangan lagi, jangan" pria itu mengelengkan kepala. Perempuan itu mendekat dengan tatapan tajam.
"Tolong, jangan lagi" Pria itu memohon lagi sampai menangis, kemudian mengangkat kedua tangannya untuk menghalangi perempuan itu, tapi dia tidak berhenti. Kemudian mendekatkan wajahnya sampai kedua bibir mereka bersentuhan. Perempuan  itu memiringkan wajah lalu menjulurkan lidahnya. Pria itu menutup matanya ketakutan. Perempuan itu mendesah, nafasnya yang hangat selaras dengan lidah yang bermain-main dibibir pria itu. 


Seperti terhipnotis pria itu membuka mata dan menatap mata perempuan itu. Bola mata perempuan itu perlahan membesar, tiba-tiba mengecil dengan cepat lalu menghilang. Seketika pria kembali pada masa kecilnya.


Saat  ibu pria itu memasak makanan kesukaannya.


Saat dia bermain di taman bersama ibunya.


Saat ibunya menyanyikan lagu Ding ding ding dong dimalam hari agar dia tertidur.


Suara keras Petir mengejutkan pria itu. Dia kembali dari masa kecilnya, dia panik kemudian berlari sekencang mungkin meninggalkan perempuan itu. Ditengah hujan air matanya tidak terlihat lagi. Pria itu membatin meminta maaf.


Tanpa sadar pria itu berlari menyeberang jalan. Kemunculannya tiba-tiba, membuat pengendara mabuk menghantamnya. Badan pria itu terbang kemudian terjatuh dan berguling-guling di jalan raya. Kepalanya pecah, mulut dan kuping mengalirkan darah, Air matanya menjadi darah. Sebelum akhirnya dia mati dia mendengar bisikan perempuan berpayung merah  itu.


Ding ding ding dong.
Dua kelinci berlari.
Ding ding ding dong.
Dua kelinci berlari.

 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.