Penistaan, Penyesatan, Persekusi, dan Minuman Setan

Perlu diingat bahwa pertama, sejarah cenderung terulang dan kedua, sejarah adalah guru terbaik kita.

Penistaan, Penyesatan, Persekusi, dan Minuman Setan
Plague (Arnold Böcklin, 1898)

 

“Sejak kapan dan mengapa Anda kembali berpakaian seperti laki-laki?”

“Saya melakukan hal tersebut atas kemauan saya sendiri. Tidak ada yang memaksa saya; saya lebih memilih memakai busana pria daripada busana perempuan.”

“Mengapa Anda melakukan hal itu?”

“Tampak lebih cocok memakai busana pria ketika berada di tempat di mana Anda dikelilingi oleh laki-laki. Selama saya di penjara, para lelaki Inggris melakukan pelecehan terhadap saya jika saya berpakaian seperti perempuan (ia meneteskan air mata). Saya melakukan hal ini untuk melindungi diri saya.”

Itulah percakapan antara Bishop Cauchon dan Joan of Arc pada 28 Mei 1431 yang dikutip dari transkrip interogasi pihak Inggris terhadap Joan.

 

The capture of Joan of Arc (Adolphe-Alexandre Dillens, 1847-1852) 

Joan adalah seorang gadis petani Perancis berumur 18 tahun yang memimpin pasukan Perancis melawan Inggris pada 1429 dalam peperangan yang dijuluki “The Hundred Years’ War”. Di bawah pimpinan Joan, pasukan Perancis sempat mengalami kegemilangan sebelum akhirnya kalah. Joan berhasil ditangkap dan menjadi tahanan perang.

Joan mengaku menerima perintah Tuhan melalui malaikat untuk memimpin pasukan Perancis. Karena pengakuannya ini, oleh pihak lawan, yaitu Inggris, Joan dianggap sebagai utusan setan. Ia dituduh melakukan penistaan dan penyesatan agama, antara lain, dengan kebiasaannya berpakaian seperti laki-laki. Meski beberapa kali berjanji akan berpakaian seperti perempuan, Joan ditemukan kembali di penjara berpakaian seperti laki-laki. Akhirnya, pihak Inggris menyatakan Joan bersalah atas penyesatan agama. Joan dihukum mati pada 30 Mei 1431 dengan dibakar hidup-hidup.

Pada abad pertengahan, ada berbagai peristiwa bersejarah menyangkut penistaan dan penyesatan agama yang berbuntut pada persekusi dan pembunuhan. Salah satu contoh adalah saat Eropa mengalami epidemi yang dijuluki The Black Death pada abad ke-14 yang diperkirakan melenyapkan 40% hingga 60% penduduk Eropa sepanjang 50 tahun. Masyarakat Eropa yang saat itu belum mengembangkan ilmu kedokteran modern, mencari jawaban atas penyebab penyakit mengerikan itu pada hal-hal terkait hukuman Tuhan, penistaan dan penyesatan agama Kristen, serta kehadiran komunitas Yahudi di Eropa.

Kaum Yahudi, yang sudah lama menjadi sasaran persekusi berakar ekonomi, dengan mudah dijadikan kambing hitam. Muncullah sebuah rumor, sebuah teori konspirasi bahwa kaum Yahudi telah mencemarkan saluran air dengan racun yang menyebabkan penyakit menyebar. Maka kaum ini diburu dan dibunuh atau dipaksa pindah agama. Meski pihak gereja melarang persekusi terhadap kaum Yahudi, pembantaian oleh masyarakat tidak bisa dihadang hingga hampir membinasakan populasi masyarakat Yahudi di Eropa Barat pada abad ke-14.


Kedai kopi abad  ke-17 di Inggris

Lepas dari abad pertengahan pun, kecurigaan yang tidak rasional terhadap kelompok lain dapat ditemui terkait hal-hal kecil seperti makanan dan minuman. Kasus yang cukup terkenal adalah bagaimana kopi pada awalnya dianggap sebagai minuman yang tidak cocok bagi umat Katolik karena terlanjur diasosiasikan dengan agama Islam, mengingat kopi pertama mulai menyebar di negara-negara Afrika dan Arab.

Mendengar tentang efeknya yang bagai minuman ajaib, kalangan gereja bahkan sempat mencurigai kopi sebagai minuman setan. Syukurlah bahwa setelah mencicipi secangkir kopi, Paus Clement VIII menghalalkan kopi dengan menyebutnya sebagai minuman lezat yang sayang kalau tidak dinikmati umat Katolik. Hal ini mengawali sejarah kopi di Eropa pada abad ke-17, minuman yang keberadaannya kini dirayakan pada Hari Kopi Internasional setiap 1 Oktober.

Memang banyak peristiwa sejarah yang tidak masuk akal bagi kita yang hidup di zaman ini. Namun, sebagai refleksi, perlu diingat bahwa pertama, sejarah cenderung terulang dan kedua, sejarah adalah guru terbaik kita.

 

 

Pertama kali diteribtikan pada halaman Facebook penulis, Some Thoughts from the Cappuccino Girl (https://www.facebook.com/feministpassion/)

 

Sumber:

History Hustle (2018) Coffee Was the "Devil's Drink" Until One Pope Tried it and Changed History. https://historyhustle.com/coffee-was-the-devils-drink-until-one-pope-tried-it-and-changed-history-2/ [Diakses 29 September 2018]

History Magazine (2017) How Joan of Arc turned the tide in the Hundred Years’ War. https://www.nationalgeographic.com/archaeology-and-history/magazine/2017/03-04/joan-of-arc-warrior-heretic-saint-martyr/ [Diakses 6 Februari 2018]

Jewish History (n.d.) The Black Death. https://www.jewishhistory.org/the-black-death/ [Diakses 29 September 2018]

Sumber Gambar:

Gambar utama: Wikipedia
Gambar 1:  History Magazine
Gambar 2:  History Hustle

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.