Kendalikan Emosi, Renovasi Komunikasi

Jika kita mulai merasa ada hubungan retak dengan seseorang, maka turunkanlah keegoisan kita untuk memulai berkomunikasi baik dengannya.

Kendalikan Emosi,  Renovasi Komunikasi

 

"Eh, mengapa mereka kok kelihatannya tidak mengenakkan kepadaku?"

Pernahkah kau berpikiran demikian pada kawan-kawanmu? Jika pernah, tidak bisa dipungkiri, jika hal itu seringkali karena kita salah paham karena tidak mau diselesaikan dengan komunikasi.

Ah, tulisan macam apa ini, Kawan? Receh sekali. Bodo amat.

Beberapa masalah, kerap terjadi bukan karena ‘masalah’ itu sendiri, melainkan karena ‘ciptaan’ kita sendiri.
Lihatlah, kau yang tengah sumpek saat ini, memutuskan diam ketika bertemu dengan kawanmu. Lantas kawan yang melihatmu juga diam, tak menegur, karena melihat ekspresimu yang sepertinya tidak mau diganggu.

Kau pun ambil kesimpulan, jika kawanmu itu tak menyapamu. Whats? Apa kau setuju dengan kesimpulannya, Kawan? Bodo amat.

Tentu kalau kaca helmmu bersih, kau tak akan menyimpulkan seperti itu. Bahkan kau menyadari, jika kelakuanmu sendirilah yang membuat kawanmu seperti itu. Segan, tak enak sendiri mencampuri detail urusan orang.

Ayo, Kawan, kau juga setuju dengan ocehanku, bukan?

Maka jika aku diperkenankan memberi saran, alangkah baiknya jika masalahmu itu kau komunikasikan baik-baik dengan kawanmu. Pastinya yang kau ajak berkomunikasi itu orang yang tepat, lebih-lebih tidak mulut ember.

Eh, kenapa sih kok bisa disebut dengan mulut ember? Kenapa kok nggak mulut sumur, bukankah lebih keren?

Berkomunikasi dengan orang tepat, di samping kau lega keluarkan unek-unek, kau juga dapatkan bagaimana puasnya ketika masalah kita dipahami tanpa harus dihakimi.

Eh, kok ‘dihakimi’ sih, emang sejahat itu ya orang yang punya masalah?

Percaya atau tidak, tulisan ini pun ditulis oleh orang bermasalah. Ia sumpek, pilu hati. Bagaimana tidak, ia sedih melihat yang ia cintai jatuhkan bulir mata. Hiks. Hiks.

Loh, katanya kalau punya masalah baiknya dikomunikasikan?

Nah, inilah bentuk komunikasinya, Kawan. Karena belum menemukan orang yang tepat—perihal menanggapi masalah perasaan, ia pun berkomunikasi dengan dirinya sendiri.

Loh, gila dong, ngomong sendiri.

Nah, sebagai jawabannya, baca dan share banyak-banyaklah tulisan ini, Kawan. Biar ia menjangkau lebih banyak komunikasi dengan yang lain. Biar tidak tambah gila, bukan?

Baiklah, Kawan, izinkan aku sedikit serius. Jika kita mulai merasa ada hubungan retak dengan seseorang, maka turunkanlah keegoisan kita untuk memulai berkomunikasi baik dengannya. Kecuali kalau kau anggap ini cakap kentut, maka berhentilah membacanya sejak saat ini.

Wasalam.

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.