Cintaku Berat di Bensin!

Cintaku Berat di Bensin!

Ngiiik, hooooh, ngiiiik, hoooh,
Nafas Radya tersengal-sengal selagi dia berlari sekuat tenaga menuju stasiun. Kereta menuju Serpong akan tiba sekitar dua menit lagi; dia sudah membayangkan hari ini bakalan sampai di rumah sebelum Maghrib, bisa cepet-cepet mandi air dingin dan berbuka puasa bersama Ibu.

Jadi, Radya harus naik kereta yang akan datang ini kalau mau sampai rumah tepat waktu. Benar saja, begitu dia sampai di peron, pas kereta datang. Sambil memegang erat ranselnya di pelukan, Radya ikut berdesakan dengan pejuang senja lainnya agar bisa masuk ke gerbong kereta. Tubuhnya yang kurus tinggi membuat Radya gampang nyempil dan terbawa lautan manusia masuk ke dalam.

Gini kali ya rasanya naik haji, itu yang selalu terlintas di pikirannya setiap dia desak-desakan di kereta.

Kagak usah protes, malih, ntar kalo lu bisa ke Mekkah bakalan lebih parah. Anggep aja latian.

Itu juga yang Radya selalu bilang dalam hati buat menghibur diri di tengah lautan manusia yang semerbak aroma asem-asem-kecut di peak hour pulang kantor ini.

Entah karena hari ini dia puasa Sunnah atau emang Tuhan lagi baik, Radya dapat tempat duduk di kereta! Sebuah mukjizat bagi seorang pejuang senja buat dapet tempat duduk di kereta jam ini. Tanpa ragu, Radya langsung duduk di kursi tersebut, di samping bapak-bapak bertubuh besar dan, yah, beraroma pulang kantor.

Sambil sedikit senyum, Radya mengambil earphone dari dalam tasnya dan memasang lagu di handphonenya. Wah, asyik banget ni bisa dengerin podcast kesayangannya sepanjang jalan Tanah Abang - Serpong. Dia pun mulai pilih-pilih lagu yang enak, bahkan udah siap-siap mau merem sebentar.

Tiba-tiba dia mencium wangi parfum yang manis dan segar. Iya, ada di kereta jam 17.30 sore. Sungguh langka, bukan?

Radya mendongakkan kepalanya dan Masya Allah, ini cewek apa bidadari.... begitu pikirnya. Di depannya, berdiri seorang perempuan berkacamata yang tinggi semampai, dengan rambut pendek yang terlihat sedikit berombak dan berwarna gelap tapi bukan hitam. Radya paling nggak ngerti warna rambut cewek dari dulu, bisa ada yang hitam tapi coklat tapi eh kalo kena silau kok hitam lagi, yak?

Bidadari di depannya ini pakai celana jeans yang gak ketat, tapi gak longgar. Dia pakai kaos hitam pudar dengan tulisan The Strokes, band yang ada di playlist Spotify Radya sore ini, dan sepasang sepatu Converse belel berwarna biru. Matanya tajam memandang ke jendela, bibirnya mengatup rapat seperti sedang kesal.

Refleks Radya berdiri, mempersilakan Sang Bidadari buat duduk di tempatnya. Tapi dia senyum kecil sambil geleng kepala, "nggak usah, duduk aja nggak apa-apa," katanya.

Ya tengsin dong gue masa duduk aje, pikir Radya.

"Nggak apa-apa, gue berdiri aja," kata Radya sambil pegangan di handle kereta, masih mencoba mempersilakan si cewek duduk. Tapi dia tetep nolak.

Akhirnya ada ibu-ibu bawa tas belanja
besar yang nyelip ke depan mereka dan duduk sambil tersenyum simpul.

Radya melirik ke cewek The Strokes dan mereka berdua pun tertawa kecil. "Kan, udah gue bilang duduk aja sih," kata si cewek.

"Ya kan gue mau coba jadi gentleman gitu," kilah Radya, bikin mereka berdua ketawa lagi. Kali ini, sebuah lesung pipi muncul di pipi Sang Bidadari.

Ya Allah, sahur apaan gue tadi pagi kok bisa ketemu makhluk cakep amat gini?

Kereta sudah lewat Stasiun Kebayoran Lama, menuju Stasiun Pondok Ranji tempat Radya akan turun. Mereka asyik ngobrol soal The Strokes, Franz Ferdinand dan band-band favorit mereka yang kebanyakan sama, juga bercanda soal bapak-bapak yang bau bawang putih serta si ibu di sebelahnya yang kayaknya abis belanja kerudung di Tanah Abang.

Namanya Nila. Cantik, ya? Nila suka dengerin The Strokes, kerja di sebuah majalah musik dan suka makan ayam penyet di sebuah warung di Jalan Setiabudi, deket Kuningan. Radya tau karena dia juga suka makan di situ.

Tak terasa, kereta pun memasuki Stasiun Pondok Ranji. Ah, udah sampe Bintaro aja, pikir Radya, agak lupa kalau dia tadi lagi nggak sabar pengin buru-buru sampai rumah. Dia harus ketemu lagi sama Nila. Nggak mungkin Tuhan kasih kesempatan kenalan sama cewek sempurna begini kalo bukan buat dilanjutin.

"Gue turun di sini, Nil. Lo di mana?" Tanya Radya, berharap Nila juga turun di sini karena berarti dia bakalan deket nih kalo mau jemput kencan.

Wow, kencan banget, Rad?

"Gue di Serpong, ada janji wawancara di The Breeze BSD," jawab Nila sambil senyum.

"Oh. Emang rumah di mana?" Lanjut Radya, sembari siap-siap menuju pintu keluar dan ngebayangin besok-besok bisa janjian sama Nila buat naik kereta bareng. Bahkan mungkin dia bisa jemput Nila dulu di rumahnya dan barengan naik dari stasiun terdekat...

"Oh, gue di Bekasi," jawaban Nila seperti geledek di siang bolong yang meruntuhkan dunia Radya seketika.

Bintaro ke Bekasi??? Ya berat di bensin dong cinta gue, Maemunaah....

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.