10 Trik

Teknik "show, don't tell" dalam cerita fiksi mengacu pada cara menunjukkan perasaan, tindakan, atau detail yang relevan melalui tindakan dan dialog karakter, tidak sekadar menyatakan secara langsung. Hal ini memungkinkan pembaca untuk lebih terlibat dalam cerita dan memberi mereka ruang untuk membuat kesimpulan mereka sendiri.
Berikut adalah beberapa poin yang perlu diperhatikan ketika menerapkan teknik "show, don't tell" dalam cerita fiksi:
1. Gunakan deskripsi yang mendetail untuk menggambarkan suasana hati atau suasana yang diinginkan dalam cerita. Misalnya, tidak hanya mengatakan karakter sedih, tetapi memberikan deskripsi tentang bagaimana dia menangis atau bersikap lesu.
Contoh: Air mataku mengalir deras dan aku terduduk lemas di lantai. Aku merasa hancur.
2. Gunakan dialog untuk menunjukkan interaksi antarkarakter dan memperlihatkan kepribadian mereka. Dialog harus menggambarkan kepribadian dan emosi karakter tanpa harus menyatakan secara langsung.
Contoh: "Sudahkah kau makan siang?" tanyaku.
"Aku tak merasa lapar," jawabnya. Dia menatap jauh ke depan dan suaranya bergetar.
3. Gunakan aksi dan gerakan karakter untuk menunjukkan keadaan emosi atau situasi yang sedang terjadi. Misalnya, gerakan tangan yang bergetar saat sedang ketakutan.
Contoh: Tangan Sarah bergetar saat dia mengeluarkan kunci dari tasnya. "Ini bukan kunci rumahku," pikirnya. "Aku terkunci di sini."
4. Hindari penggunaan kata-kata yang terlalu umum atau klise. Hal ini dapat membosankan pembaca dan tidak menunjukkan detail yang cukup untuk menggambarkan karakter atau suasana hati.
Contoh: Dia sangat marah. --> Sebagai gantinya: Dia menggertakkan giginya dan menatap ke bawah, menunjukkan kemarahan yang mendalam.
5. Gunakan setting atau latar tempat untuk menunjukkan suasana atau perasaan karakter. Setting yang mendukung dapat meningkatkan keaslian cerita dan membantu pembaca memahami karakter.
Contoh: Taman yang sepi dengan tiang-tiang lampu yang berdiri berjauhan membuatku merasa sendirian di sini. --> Setting taman yang sepi menunjukkan kesepian karakter.
6. Lebih fokus pada pengamatan karakter dan tindakan mereka daripada menyatakan perasaan atau fakta langsung. Ini memberi pembaca kesempatan untuk menafsirkan sendiri apa yang terjadi dan menggali lebih dalam karakter.
Contoh: Dia merasa sangat lelah setelah pekerjaan yang berat. --> Sebagai gantinya: Dia menjatuhkan diri ke sofa dengan napas yang terengah-engah setelah menyelesaikan pekerjaan yang menyedot seluruh tenaganya itu.
7. Berikan detail yang tepat dan relevan dalam adegan. Terlalu banyak detail dapat membuat cerita terasa lambat, sedangkan terlalu sedikit detail dapat membuat cerita terasa dangkal.
Contoh: Dia mengenakan gaun biru panjang dengan sepatu hak tinggi dan kalung mutiara. --> Terlalu banyak detail. Sebagai gantinya: Dia memakai gaun biru, dengan sepatu berhak dan kalung mutiara.
8. Jangan takut menggunakan imajinasi pembaca. Biarkan pembaca membayangkan dan menafsirkan sendiri cerita. Jangan merinci setiap detail atau menyajikan jawaban langsung pada pembaca.
Contoh: Dia menyadari bahwa dia jatuh cinta pada pria itu. --> Sebagai gantinya: Dia merasa jantungnya berdegup kencang saat melihat pria itu. Aliran darah di nadinya pun jadi seketika tak beraturan.
9. Gunakan kata-kata kuat dan deskriptif untuk menunjukkan perasaan atau situasi karakter. Ini membantu membawa cerita ke tingkat emosional yang lebih dalam.
Contoh: Dia merasa sedih --> Sebagai gantinya: Dia merasa hatinya hancur dan kedua kakinya tak sanggup lagi berdiri tegak.
10. Gunakan figur retoris atau perumpamaan untuk menunjukkan perasaan atau situasi karakter. Figur retoris dapat membantu membawa cerita ke tingkat emosional yang lebih dalam dan menunjukkan sisi kreatif dari penulis.
Contoh: Air mataku mengalir seperti sungai yang deras dan tak terkendali.
Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.