Interpretasi puisi Chairil Anwar

Interpretasi puisi Chairil Anwar

“Om Bud, saya baca artikel Om Bud tentang Chairil Anwar. Sebetulnya apa sih makna dari puisi 'Aku'? Bisa tolong kasih pencerahan.”

Gara-gara tulisan saya kemaren yang menyinggung Chairil Anwar, ada dua temen nge-DM. Dua-duanya melemparkan pertanyaan seperti saya tulis di atas. Nah, daripada saya harus menerangkan ke beberapa orang, saya akan tulis jawabannya di sini aja ya....

Puisi 'Aku' adalah salah satu karya yang wajib dipelajari waktu kita sekolah dulu. Itu sebabnya banyak orang yang mengenal puisi ini. Banyak juga yang hafal. Sebagian besar hanya hafal satu bait. Persamaannya seragam. Banyak dari mereka yang sulit memahami artinya kecuali mereka yang gandrung pada puisi. Sebelum saya terangkan, ada baiknya saya tuliskan dulu puisi ini, ya. Silakan dibaca dulu.

AKU

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi!

Sebetulnya apa yang ingin disampaikan oleh Chairil Anwar dalam puisi tersebut? Perlu dipahami bahwa puisi ini dibuat tahun 1943, di masa pendudukan Jepang. Chairil Anwar adalah seorang pejuang 45 yang terus menyuarakan protes pada penguasa dalam karya-karya ditulisnya.

Berdasarkan hal itu, saya menginterpretasikannya sebagai berikut.

AKU

Suatu hari aku akan mati
Tak ada yang bisa menghalangi
Tak seorang pun yang bisa

Tak perlu kau tangisi kepergianku
Bagi Penguasa aku adalah pemberontak
Yang harus dipenjarakan

Meskipun diancam akan ditembak
Aku akan tetap menyuarakan protes melalui karya-karyaku
Segala kesakitan dan kesulitan tidak akan menyurutkan langkahku
Aku akan terus berjuang
Sampai ajal menjemput

Pada akhirnya aku memang akan mati sepenuhnya
Tapi suaraku akan terus terdengar selamanya

Menarik, ya. Chairil Anwar mengajarkan pada kita bahwa kalau kita berkarya maka suara kita akan terus terdengar. Kalau kita berkarya, spirit kita akan terus berlanjut melalui buku yang kita tulis. Jadi teman-teman, mulailah menulis. Sebisa mungkin jadikanlah bucket list kalimat ini: Sebelum mati buatlah minimal sayu buku.

Kalo kalian merasa belum sanggup dan merasa perlu untuk mendalami dulu ilmu literasi, jangan kuatir. Kelas Penulisan The Writers ZOOM, Batch 3 sudah dibuka kembali. Asep Herna dan Budiman Hakim siap mendampingi kalian. Total 8X pertemuan, setiap Sabtu dan Minggu, pukul 20.00, WIB. Dimulai dari tanggal 3 dan 4 Agustus 2024. Peserta yang tidak pernah absen akan mendapatkan sertifikat dari The Writers.

Info lebih lengkap kontak Kak Devina di no. WA 0811 877 4466 

Dapatkan reward khusus dengan mendukung The Writers.
List Reward dapat dilihat di: https://trakteer.id/the-writers/showcase.